SBY Jelaskan Cawapres ke 3 Partai
* Boediono Cawapres SBY ? – PKS absen dalam pertemuan.
Partai Demokrat agak lega sebab tiga dari empat partai koalisi tetap mendukung SBY yang menggandeng Boediono. Penjelasan tentang hal ini langsung disampaikan oleh SBY di Wisma Negara pada utusan tiga partai malam tadi.
“Pertemuan tadi malam, parpol mendapat penjelasan langsung dari Pak SBY, akhirnya orang-orang partai koalisi bisa menerima Boediono,” ujar Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Ahmad Mubarok seperti dikutip detikcom.
Tiga partai yang hadir memenuhi undangan SBY adalah PAN, PKB dan PPP. Sedang PKS absen.
“Masalah sudah selesai, sudah dicapai titik temu,” ujar Mubarok saat berbincang dengan detikcom, Rabu 13 Mei 2009.
Mubarok menambahkan, menentukan cawapres adalah hak prerogatif SBY sebagai calon presiden, bukan parpol peserta koalisi. Oleh karena itulah pertemuan SBY dan parpol koalisi PD tadi malam tidak berlangsung alot.
“Tidak terjadi perdebatan, bagaimana pun mereka harus menghormati, karena cawapres kan hak prerogatif presiden karena kita kan negara presidensiil,” tutur Mubarok.
Mubarok mengaku tak tahu mengapa PKS tidak hadir memenuhi undangan. “Semua yang ingin keluar (dari koalisi PD) hadir, cuma PKS saja yang tidak hadir, saya tidak tahu alasannya,” kata Waketum.
Sebelumnya detikcom melaporkan walaupun SBY belum resmi mengumumkan nama cawapresnya, namun, kepastian Gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono akan menjadi pendamping SBY sudah 99%.
Kepastian itu disampaikan koran cyber itu mengutiup Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Ahmad Mubarok di DPR, Senayan, Jakarta, Rabu 13 Mei 2009.
“Saya kira ada 99%. Yang 1% itu kehendak Tuhan. Memang tadinya nama cawapres akan diberitahukan 2 hari sebelum deklarasi. Tetapi, kemarin sudah beredar yaitu berarti ada pertimbangan-pertimbangan lain,” kata Waketum.
Namun demikian, menurutnya, hanya SBY yang tahu alasan memilih Boediono. Pilihan cawapres SBY banyak berasal dari berbagai sumber, termasuk dari partai-partai yang tidak bisa mencalonkan capres.
“Alasan mengapa Boediono yang dipilih, menurut saya itu subyektif, hanya Pak SBY yang tahu. Sebenarnya yang lain dari kalangan profesional juga ada Pak Jimly dan Sri Mulyani. Tetapi, kenapa Pak Boediono yang dipilih, kita hanya bisa mengira-ngira,” papar dia.
Dikatakan dia, presiden dan wakil presiden harus ada satu kesatuan yang jelas. Posisi presiden adalah sebagai lokomotif. Sedangkan partai-partai adalah gerbong di belakangnya.
“Jadi, Pak Boediono sebagai wapres tugasnya adalah memperkuat posisi Pak SBY sebagai presiden dan juga lokomotif. Sedangkan untuk masalah di parlemen, tidak menjadi tugas wapres tetapi lebih ke partai dan menteri-menteri yang ada di dalamnya,” kata Mubarok.
Ketika ditanya Boediono tidak dekat dengan Muhammadiyah dan NU, Mubarok tidak mempersoalkannya.
“Kalau menurut saya justru yang seperti itu yang kita cari karena nantinya ia wapres tidak ada pikiran ke mana-mana. Dibutuhkan wakil yang tidak condong ke kanan atau ke kiri. Tetapi, yang loyal kepada presiden,” tutur dia.
Waketum juga menilai karakter Boediono yang dinilai neoliberal pun bukan ancaman.
“Kalau Boediono menjadi ancaman untuk neoliberal karena karekter Boediono menurut saya tidak menjadi ancaman sama sekali,” uangkap Waketum. (Sumber: Situs Partai Demokrat)