Gempa Bumi Dan Brokenhome Membawa Kami Kejalanan
* Kisah Tiga Anak Asal Nias
Oleh: Misran Lubis dkk*
Pemulihan Nias pasca gempa bumi 4 tahun lalu masih menyisakan banyak masalah terutama anak-anak. Beberapa kali saya (Misran Lubis) pernah mengatakan disetiap pertemuan Child Protection dan dikesempatan lainnya selama di Nias, bahwa saya masih mengkhawatirkan banyak persoalan anak yang belum selesai, terutama keberadaan anak-anak yang terpisah dari orang tuanya. Namun hampir tidak ada yang percaya dan bahkan menggap hal itu bukan sesuatu yang serius. Akhirnya satu-persatu kasus-kasus anak yang terpisah mulai terungkap, yang terbaru adalah kisah petualangan 3 anak yang diterlantarkan oleh kedua orang tuanya. Sang ayah seorang Pemabuk meninggalkan rumah dan menikah lagi. Sementara si-ibu meninggalkan Nias tanpa pesan dan tidak diketahui keberadaannya. Si Ibu lari dari rumah karena sering mendapat kekerasan dari suami.
Anak-anak malang kakak-beradik itu adalah Pide Nduru (16 tahun), Agus Druru (14 tahun) dan Antonius Druru (12 tahun). Pide mengajak kedua adiknya meninggalkan Nias menumpang kapal feri menuju si-bolga dan hidup berpidah-pindah dari satu kota ke kota lain di Sumatera Utara, sampai akhirnya mereka tiba di kota Medan menjadi anak jalanan. Hidup tanpa tujuan dan penuh resiko harus dijalani karena tak ada lagi orang yang mempedulikan nasib mereka. Meskipun kehidupan mereka penuh penderitaan namun masih tersimpan rasa rindu pada sang Ibu dan Kampung halaman “tano niha†mereka berharap suatu saat masih bisa bertemu Ibu dan kembali ke Nias…â€lebih senang lagi jika dapat kembali sekolah, 4 tahun sudah menjadi anak jalananan masa depan kami makin tak jelas bang†. (Kata Pide Nduru).
Selain cerita tiga anak tersebut, masih terdapat sederet kisah lain anak Nias yang mengadu nasib dijalanan kota Medan. Dalam sebuah penelitian tahun 2010, PKPA menemukan sedikitnya 14 anak asal Nias di Medan. Berikut adalah sepenggal kisah-kisah mereka;
Petrus Nazara
Seorang anak laki-laki penjual plastik, Ia sudah tidak bersekolah lagi sejak kelas V SD. Petrus merupakan putra asli asal Nias. Ia adalah anak kedua dari tiga orang bersaudara. Ia tinggal bersama ayah kandungnya. Ayahnya bernama S. Nazara sehari-hari bekerja sebagi penarik beca. Ibunya bernama F. Lase, sudah lama pergi meninggalkan rumah dan tidak diketahui keberadaannya. Pria tinggi dan pemalu ini terpaksa bekerja untuk membantu ayahnya meringankan beban keluarga.
Firman Tuhan Gulö
Firman kelahiran Gunung Sitoli, Nias. Ia bekerja sebagai penjual plastik. Ia adalah anak kedua dari empat orang bersaudara. Ia memiliki dua saudara laki-laki dan satu saudara perempuan. Ia tinggal bersama Ibu kandungnya yang sudah bercerai dengan ayahnya yang bernama R.Gulo dan ayahnya sudah kawin lagi. Ibu Firman berprofesi sebagai Pemulung (pencari botol plastik dan barang bekas). Penghasilannya tidak tetap antara IDR. 30.000,00 – 40.000,00/hari (Euro 2-2.5/day). Kondisi keluarga mengharuskan Firman putus sekolah dan harus bekerja untuk menambah pendapatan keluarga.
Samuel Zagötö
Ia bercita-cita menjadi Polisi, anak ketiga dari tiga orang bersaudara ini memiliki dua saudara laki-laki. Ia tinggal bersama orang tua kandung di Medan Helvetia. Ayahnya bekerja sebagai penarik beca. Penghasilan setiap harinya rata-rata IDR. 30.000,00 (Euro 2/day). Ibunya bernama R. Ibu tiga anak ini memilih berjualan rokok untuk membantu perekonomian keluarga. Biasanya, Ibu Samuel berpenghasilan IDR. 30.000,00/hari (Euro 2/day). Penghasilan keluarga yang tidak menentu memaksa Samuel Jagoto bekerja menjual plastik sebelum pergi ke sekolah.
Novita Zagötö
Anak perempuan ini merupakan anak kedua dari tiga orang bersaudara ini merupakan kakak kandung Samuel Zagötö. Ia tinggal bersama kedua orang tua kandungnya di Kampung Lalang, Medan. Ayahnya bernama M. Zagötö bekerja sebagai penarik becak. Penghasilan ayahnya antara IDR. 30.000 – 40.000/hari (Euro 2-2.5/day). Ibunya bernama R. Ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga. Keadaan ekonomi keluarga yang sulit menyebabkan Novita bekerja sebagai penjual plastik di pasar Kampung Lalang sebelum berangkat ke sekolah.
Arisman Zebua
Anak yang bercita-cita menjadi tentara ini adalah anak ketujuh dari tujuh orang bersaudara. Ia tinggal bersama Pamannya, abang kandung dari Ibunya. Pamannya bernama F.Zai. bekerja sebagai penarik Becak. Penghasilan pamannya antara IDR. 30.000 – 40.000/hari (Euro 2-2.5/day). Ayah kandungnya bernama Feri Zabua. Menurut informasi dari Arisman, ayahnya bekerja sebagai tukang babat rumput di Pekan Baru. Penghasilan ayahnya tidak tau karena tidak pernah memberikan kiriman uang kepadanya. Ibunya bernama M. Zai.
Eber Gulö
Ia adalah anak pertama dari empat orang bersaudara. Ia mempunyai tiga orang saudara perempuan. Eber tinggal bersama ibu kandungnya di Medan-Binjai km. 10,5. Ayahnya bernama K. Gulo telah meninggal dunia ketika Eber masih kecil. Ibunya bernama B. Simbolon bekerja sebagai pencari barang bekas yang terbuat dari besi dan plastik (botot). Penghasilan ibunya tidak tetap rata-rata IDR. 30.000/hari (Euro 2/day). Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terutama adik-adiknya, ia terpaksa putus sekolah dan bekerja menjual kantongan plastik di pasar Kampung Lalang.
Juniar Derianto Nazara
Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara, Juniar mempunyai dua orang saudara laki-laki dan empat orang saudara perempuan. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya di Simalingkar, Medan Tuntungan. Ayahnya bernama D. Nazara bekerja sebagai penarik becak. Penghasilan ayahnya tidak tetap antara IDR. 20.000 – 30.000/hari (Euro 1.5-2/day). Ibunya bernama F. Sihotang. Ibunya hanya bekerja mengurusi rumah tangga dan mengurusi adik.
Martinus Nazara
Ia merupakan anak ketiga dari tujuh orang bersaudara, Martinus mempunyai dua orang saudara laki-laki dan empat orang saudara perempuan. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya di jSimalingkar, Medan Tuntungan. Ayahnya bernama D. Nazara. Ayahnya bekerja sebagai tukang becak. Penghasilan ayahnya tidak tetap antara IDR. 20.000 – 30.000/hari (Euro 1.5-2/day). Ibunya bernama F. Sihotang. Ibunya hanya bekerja mengurusi rumah tangga dan mengurusi adik.
Adi Aman Nazara
Anak laki ini adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Ia tinggal bersama kedua orang tua kandungnya di jalan Simalingkar, Medan Tuntungan. Nama ayahnya D. Nazara. Ayahnya bekerja sebagai tukang becak. Penghasilan ayahnya tidak tetap antara IDR. 30.000-40.000/hari (Euro 2-2.5/day). Ibunya bernama F. Sihotang. Sehari-hari, ibunya hanya mengurusi rumah tangga. Terutama mengurusi dua adiknya. Adi mengamen setelah pulang sekolah sampai menjelang malam. Ia bekerja untuk membantu ekonomi keluarga.
Antonius Kecil Nduru
Tius panggilan akrabnya anak laki-laki lahir di Nias pada 13 tahun lalu. Tinggal bersama teman-teman dijalanan, anak ke3 dari 4 bersaudara. Aktifitasnya dijalanan adalah mengamen di Simapang Juanda dengan rata-rata penghasilan IDR 15.000 atai sekitar 1,2 Euro perhari. Mengamen bersama teman-teman selama 24. Anak putus sekolah SMP kelas 1 membuat Tius menggantungkan cita-citanya menjadi sarjana. Ayah bekerja sebagai penarik becak dengan Penghasilan rata-rata orang tua dapat mencapai IDR 25.000 atau sekitar 2 Euro perhari. Ibu jualan cabe di simpang Limun – Medan.
Ardin Gea
Andrin panggilan akrabnya anak Laki-laki lahir di Nias pada 15 tahun lalu. Tinggal bersama orang tua. Anak ke-5 dari 7 bersaudara bekerja sebagai mengamen di Glugur, Medan dengan rata-rata penghasilan IDR 15.000 atai sekitar 1,2 Euro perhari. Anak putus sekolah sejak SD yang ingin menjadi Polisi. ayah bekerja sebagai penarik becak dengan Penghasilan rata-rata orang tua dapat mencapai IDR 25.000 atau sekitar 2 Euro perhari.
Luminar Waruwu
Linar panggilan akrabnya anak Perempuan lahir di Jakarta pada 10 tahun lalu. Tinggal bersama orang tua. Anak ke-3 dari 5 bersaudara. Aktifitasnya dijalanan adalah mengamen di Gurupatimpus. dengan rata-rata penghasilan IDR 15.000 atai sekitar 1,2 Euro perhari. Anak putus sekolah sejak SD yang ingin menjadi Polisi. ayah bekerja sebagai penarik becak dengan Penghasilan rata-rata orang tua dapat mencapai IDR 25.000 atau sekitar 2 Euro perhari.
Imanuel Waruwu
Nuel panggilan akrabnya anak Laki-laki lahir di jakarta pada 13 tahun lalu. Tinggal bersama orang tua anak ke3 dari 5 bersaudara. Aktifitasnya dijalanan adalah mengamen di Petisah dengan rata-rata penghasilan IDR 15.000 atai sekitar 1,2 Euro perhari. Mengamen bersama teman-teman sepulang sekolah hingga pukul 8 malam. ayah bekerja sebagai penarik becak dengan Penghasilan rata-rata orang tua dapat mencapai IDR 25.000 atau sekitar 2 Euro perhari.
Meirani Syahputri Gulö
Anak perempuan ini bernama Meirani Syahputri Gulö umurnya 12 tahun. Rani nama panggilannya, Rani duduk di kelas 2 SLTP Alwashliyah Pinang Baris, Medan. Rani bercita – cita ingin menjadi guru dan hobbynya membaca . Rani anak kedua dari 4 orang bersaudara dia mempunyai 1 orang kakak perempuan, 1 orang adik perempuan dan 1 orang adik laki – laki. Saat ini Rani tinggal bersama Ayahnya yang beralamat di jalan wakaf II P. Baris. Ayahnya bernama Siduhu Gulö, sehari – hari bekerja sebagai buruh bangunan dengan pendapatan Rp.200.000,-/minggu (16 Euro/week). Ibunya bernama Almarhumah Habsah, mendiang Ibunya baru saja meninggal beberapa bulan yang lalu karena sakit paru – paru.
*Tim PKPA-Medan – Email: lubiscom@yahoo.com, Mobil: 08126064126
*Saat istirahat siang, anak-anak jalanan ini menghabiskan uang dan waktunya di meja bilyar, rokok, minuman keras dan “ngelem†menemani saat-saat istirahat siang maupun malam.
semoga ada negara donor ngasih bantuan,!@#$%^&*()PROJECT
kamu itu harus menemukan tempat tinggal jikalau ada bolehlah kamu membujuknya. terima kasih
ttD
william