Praktek Pungli Marak Di RSU Gunungsitoli

Saturday, February 24, 2007
By nias

Gunungsitoli, WASPADA Online
Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Gunungsitoli sangat memprihatinkan, terutama bagi keluarga miskin yang memiliki Kartu Jaringan Sosial (JPS) dan menjalani perawatan.

Mereka diwajibkan membayar sejumlah uang mencapai ratusan ribu rupiah. Akibatnya banyak pasien merasa resah terhadap pungutan liar oleh oknum petugas medis di rumah sakit tersebut. Beberapa pasien yang menjalani perawatan di RSU Gunungsitoli mengeluhkan tindakan oknum petugas di rumah sakit. “Petugas medis tidak akan melakukan pelayanan jika dana yang mereka minta mencapai ratusan ribu rupiah tidak dipenuhi walau kami memiliki kartu sehat dan telah mendapat rujukan dari Puskesmas,” kata sejumlah pasien keluarga miskin yang menjalani perawatan di RSU Gunungsitoli, kemarin.

Mereka mengaku, petugas bagian operasi berinisial MST memaksa mereka membayar antara Rp600-Rp800 ribu. Oknum MST mengatakan kepada keluarga pasien dana yang diminta untuk biaya benang operasi. Ada tiga pasien mengaku menjadi korban pungli oknum bagian ruang operasi itu masing-masing, Krilismalawati, 36, warga Kel. Lahewa Kec. Lahewa, Riadi Gulo, 22, warga Desa Hilimbuasi, Kec. Moi. Keduanya diwajibkan membayar Rp800 ribu dan Karina Laia, 29, warga Kec. Lolowau diminta membayar Rp600 ribu.

Erwin Polem, suami Krilismalawati, Rabu (21/2) di RSU Gunungsitoli menuturkan, sebelumnya istrinya menjalani perawatan di Puskesmas Lahewa namun karena fasilitas disana tidak memungkinkan untuk operasi, dokter di Puskesmas memberi rujukan ke RSU Gunungsitoli menjalani perawatan lebih insetif. Pada hari Senin (12/2) Krilismalawati sampai di RSU Gunungsitoli dan melapor kepada petugas bahwa dia mendapat rujukan dari Puskesmas Lahewa untuk menjalani perawatan, karena hendak melahirkan sambil melampirkan Kartu JPS sebagai bukti mereka keluarga miskin. Setelah dilakukan pemeriksaan kondisi pasien, ternyata Krilismalawati mengalami kelainan janin dalam rahimnya dan harus menjalani operasi.

Kondisi Krilismalawati saat itu sudah sangat kritis, namun petugas RSU Gunungsitoli berinisial MST menyampaikan kepada Erwin Polem selaku suami pasien tidak bisa dilakukan operasi jika belum membayar Rp800 ribu untuk biaya operasi. Walau suaminya Erwin Polem telah menjelaskan bahwa mereka dari keluarga miskin dan memiliki Karu Sehat serta tidak mampu menyediakan uang sebesar itu, namun petugas medis RSU Gunungsitoli tetap ‘ngotot’ mengatakan tidak akan dilakukan operasi sebelum menyediakan dana yang telah diminta.

Erwin Polem merasa bingung, untungnya salah seorang warga meras iba dan membantu meminjamkan uang sebesar yang diminta pihak RSU Gunungsitoli. Penuturan senada disampaikan keluarga pasien miskin lainnya masing-masing Faonasokhi Halawa, 25, dan istrinya Riadi Gulo, 22, serta Aronaso Halawa dan istrinya Karina Laia. Mereka mengaku telah menjadi korban pungli pihak RSU Gunungsitoli mencapai ratusan ribu rupiah.

Direktur RSU Gunungsitoli, dr. Yulianus Mendrofa, MARS didampingi Kepala Seksi Pelayanan dan penunjang Medis, Baziduhu Lase dikonfirmasi Waspada, Rabu (21/2) membantah bahwa pungli yang dilakukan oknum petugas bagian operasi tersebut merupakan petunjuk darinya dan hal itu sangat disesalkan. Karena menurutnya, setiap ada pertemuan sudah berulangkali menegaskan kepada seluruh petugas medis di RSU Gunungsitoli tidak diperbolehkan meminta uang kepada keluarga miskin yang memiliki JPS bila menjalani perawatan di RSU Gunungsitoli.

Saat didesak apa tindakan yang akan diambil, Mendrofa menjelaskan, pihaknya akan memberi teguran keras kepada oknum yang terbukti melakukan pungli tanpa menjelaskan bentuk tindakan yang akan diambil. Dia juga menegaskan, akan memerintahkan uang yang telah diminta kepada para pasien dikembalikan. Untuk menuntaskan masalah itu Waspada mendesak pihak RSU mengecek langsung pasien korban pungli.

Kasi Pelayanan dan Penunjang Medis RSU Gunungsitoli, Baziduhu Lase didampingi wartawan langsung menemui ketiga pasien korban pungli. Dihadapan para keluarga pasien dia mengatakan, sesuai perintah Direktur RSU uang yang telah diserahkan kepada oknum petugas bagian operasi segera dikembalikan.

Sejumlah masyarakat Nias menyesalkan terjadinya praktek pungli terhadap pasien yang memerlukan pertolongan. Mereka meminta Bupati Nias segera mengevaluasi kenerja Direktur RSU Gunungsitoli yang dinilai lalai melakukan pengawasan dan penertiban bawahannya karena praktek pungli disinyalir sudah lama terjadi. (cbj) (wns)

Sumber: Waspada Online, 23 Feb 2007

7 Responses to “Praktek Pungli Marak Di RSU Gunungsitoli”

  1. Orang Tua

    Ono Niha harus berani melawan praktek yang tidak berperikemanusiaan ini.

    Ada sumber berita yang layak dipercaya, seorang dari luar Pulau Nias, yang merasa kasihan sama masyarakat Nias karena “tidak memiliki keberanian memperjuangkan haknya”.

    Kelompok intelektual(yang telah berhasil), hanya berani di lingkungan sendiri (Ono Niha), sedangkan kalau berada di luar lingkungannya “cari selamat sendiri”. Mereka kalau mengunjungi kampung-kampung di Nias memakai atribut-atribut yang menunjukkan bahwa mereka telah berhasil. Mereka berharap supaya dihormati-ditakuti oleh orang kampung. Sedangkan apabila mereka di luar lingkungannya : “ha solo’o-lo’o”. Tidak memiliki keberanian untuk memajukan konsep.

    Saya tidak mengakui 100 % kebenaran pendapat orang luar itu. Tetapi semoga menjadi cambuk bagi kaum intelektual Ono Niha sehingga ” barani wangoroma’o wa Ono Niha ia” dalam hal yang positif-baik.

    ORTU

    #851
  2. Marthin D. Laia

    Saya rasa kasus pungli ini bukan hanya terjadi di lingkungan RSUD Gunung Sitoli saja. Ini baru satu contoh yang diangkat. Tapi masih banyak contoh kasus semacam ini terjadi di lingkungan birokrasi atau instasi pemerintah daerah Nias / Nisel. Mulai dari pelabuhan laut di KM 2 dengan sistem “AHORI TIKET” tapi kalo mau tiket pasti ada di tangan “CALO”,sampai dalam hal pengurusan surat surat di instansi terkait. Tak ada bedanya dengan sistem premanisme diterminal bis. Bedanya paling pada teknik dan cara melakukannya saja, kalau di terminal bis mungkin agak terkesan kasar tapi kalau di instasi pemerintah caranya halus tapi toh tujuan akhirnya cuma satu “KEFE”.
    Kok masih ada yang tega berbuat semena mena pada rakyat yang baru saja dilanda bencana alam. Dimanakah hati nurani para pejabat kita yang seharusnya memberi pelayanan yang baik pada rakyatnya? Ini harus diproses sesuai jalur hukum. Jangan kita biarkan terus berjalan yang pada akhirnya menjadi suatu kebiasaan bagi para oknum oknum berwatak bejat.Kenapa Kepala RSUD Gunung Sitoli tidak mengambil tindakan hukum bagi oknum tersebut? Kok malah seakan akan tidak tahu? Dimana rasa tanggungjawab sebagai pimpinan?

    #854
  3. aduhhh kasihan bangat .? dimana sich rasa kemanuasiaan oknum itu..? sy gak tau klau dalam keluarga saya terjadi hal demikian.saya udah merasakan hal yang sama.Tolong Management pihak RSUD Gunung sitoli saya sarankan agar oknum yang melakukan hal demikian di mutasikan ke bagian atau ke daerah yang cocok dengan perbuatannya dan sebagai teguran KERAS dan ini tolong jangan di biarkan terus menerus dan di tindak lanjutin.
    itu aja dech
    fr berkat

    #869
  4. esther telaumbanua

    _Tentang pungli terhadap masyarakat miskin di RSU Gunung Sitoli ini sangat memprihatinkan. Sebaiknya masalah ini diperhatikan oleh Pemda/Dinas terkait. Jangan sampai terulang kembali. Setiap anggota masyarakat Nias berhak atas pelayanan sosial bagi dirinya, termasuk dalam bidang kesehatan. Kartu Gakin adalah alat mengakses hal itu. Tentang ‘Gakin’seyogianya Pemda atau Dinas Kesehatan mensosialisasikan kepada seluruh masyarakat sehingga dalam pelayanannya semua bisa jelas. Pemda harus memberikan perlindungan terhadap masyarakatnya, yang mendapat tekanan dalam mengakses hak-nya ini.

    _’Pungli’ adalah ‘budaya’ yang harus dimusnahkan dalam kehidupan masyarakat Nias. Tetapi tidak mudah menghapusnya, karena ini berkaitan dengan ‘pola-pikir’. Hanya dengan kesadaran dan kemauan keras dari setiap komponen masyarakat, maka hal ini setahap demi setahap bisa dihapus.
    Persoalannya sekarang, mau apa tidak? Jangan-jangan kita yang teriak disana ada pungli, kita pula melakukan pungli secara tak langsung dan tak sadar.
    Bagaimana caranya, ya dimulai dari sekarang, dari lingkup yang kecil, maka niscaya ‘pungli ‘ yang tersistem sekalipun pelan-pelan akan terkikis.

    Semoga ya.

    Esther Telaumbanua

    #873
  5. Pasza

    Saya tertarik dengan dan JPS yang masih terus bergulir di Kabupaten Nias. Apakah sudah tepat sasaran? Contohnya di RSU Gunungsitoli, saya dengar bulan november ini Dana JPS gila-gilaan dibagikan di kalangan intern RSU. dokter dan perawat mendapat bagian jutaan rupiah setiap pencairannya, bahkan katanya staf PPM yang bukan orang kesehatan bisa dapat dana JPS Rp. 3 jutaan. wah..gila bener. Ini juga terjadi bertahun-tahun, bikin pungli lagi. cape deh.. kaya bener para karyawan RSU Gunungsitoli. tolong dong redaksi pantau dan laporkan kalau ada kesalahan penggunaannya, saya pribadi sangat prihatin dengan situasi ini. Trims.

    #2362
  6. alex

    until now….the corruption still on this hospital….i think is better than resuflle the management staff on the official cause they always do on the years and next years….

    #37369

Leave a Reply

Kalender Berita

February 2007
M T W T F S S
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
262728