Warga Kepulauan Batu Desak Pemerintah Sediakan Transportasi Yang Layak
Ketua Umum Himpunan Masyarakat Hulo Batu Pdt Foluaha Bidaya, M. Div, menjelaskan, Kepulauan Batu yang menyimpan ‘mutiara’ sumber daya alam yang sangat kaya, yaitu hasil laut, hutan dan objek wisata yang belum terkelola secara maksimal bahkan sering luput dan terabaikan di mata pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten baik pada waktu bergabung dengan pemerintahan Kabupaten Nias maupun setelah bergabung di wilayah Kabupaten Nias Selatan.
“Sekarang masyarakat sangat mengeluh setiap mereka ke Telukdalam, baik dalam urusan bisnis (karena yang keluar daerah pun harus melalui Telukdalam) maupun dalam urusan pemerintahan selalu mengalami rasa “daripada tidak adaâ€. Mereka rela duduk berdesak-desakan bersama ikan asing dan ternak seperti anjing dan babi di kapal-kapal kayu berukuran kecil untuk mengangkut barang, sementara harus melayari laut ganas dengan pelayaran sekitar enam jam,†ungkap Pdt Foluaha Bidaya kepada Nias Online pada Sabtu (25/2/2012).
Dia menjelaskan, sebelumnya, pemerintah pusat pernah menyerahkan satu unit kapal motor penyeberangan (KMP) Pulau Tello yang mengambil nama salah satu pulau di wilayah tersebut. Meski sempat beroperasi dengan rute Sibolga-Telukdalam-Pulau Tello, namun kemudian dihentikan hingga saat ini.
“Sejak Desember 2010 dengan alasan dermaga Telukdalam tidak layak sandar, KMP Pulau Tello yang melayani transportasi laut Telukdalam-Pulau Tello macet. Masyarakat menggantungkan nasibnya pada boat kecil milik swasta dengan pertaruhan nyawa karena tidak ada alternatif lain,†jelas dia.
Bahkan, meski kini sudah ada kapal pengganti, KMP Raja Enggano yang mulai dioperasikan PT ASDP Indonesia Ferry sejak Oktober 2011 dan melayani rute Sibolga-Telukdalam 3 kali dalam seminggu, namun, sampai saat ini kapal tersebut tidak pernah satu kalipun berlayar ke Pulau Tello.
“Hal ini sangat berdampak buruk bagi kemajuan perekonomian masyarakat, bagi peningkatan taraf hidup sehat, bagi peningkatan pendidikan, dan bagi kelancaran tugas pemerintahan. Hal ini sangat disesali oleh masyarakat dan berharap agar sebelum pelaksanaan UN 2012 kapal milik PT. ASDP Indonesia Ferry sudah dapat melayani rute Telukdalam-Pulau Tello,†tandas dia.
Tidak hanya itu, menurut Ketua Umum Pemekaran Calon Kabupaten Kepulauan Batu – Nias Selatan itu, penerbangan yang selama ini dilayani maskapai NBA ke kepulauan itu juga tidak berjalan lancar.
“Kami minta agar penerbangan yang selama ini dilayani maskapai NBA dengan rute Medan-Gunungsitoli-Pulau Tello-Padang lebih aktif dan dengan pesawat yang lebih besar, setidaknya Cassa 200. Selama ini, kata dia, selain sering macet, penerbangan juga menggunakan pesawat Cassa 100,†papar dia.Surati Menteri Perhubungan
Dia mengatakan, untuk segera mengatasi kesulitan vital ini, masyarakat sedang mengirim surat kepada Menteri Perhubungan agar persoalan ini dapat secepatnya teratasi karena taruhannya adalah keselamatan nyawa manusia.
Kepulauan Batu dulu dikenal dengan nama Pulau-pulau Batu dan sering dijuluki “Pulau 101â€. Sebab, terdiri dari 101 pulau besar dan kecil dikelilingi laut yang sangat luas. Wilayah itu berjarak 42 mil laut dari Telukdalam, Ibu Kota Kabupaten Nias Selatan.
Saat ini Kepulauan Batu terdiri dari tujuh kecamatan. Yakni, tiga kecamatan lama, yaitu Pulau-pulau Batu, Hibala dan Pulua-pulau Batu Timur. Empat kecamatan baru adalah Hamasa, Pulau-pulau Batu Barat, Pulau-pulau Batu Utara dan Simuk.
Wilayah ini, juga terkenal dengan keindahan laut yang menjadi objek wisata. Selain itu, juga menjadi salah satu wilayah penghasil ikan terbesar di Indonesia, selain potensi hutannya. (EN)
Semoga keluhan ini menjadi perhatian yg serius kpd pemerintah untuk masyarakat Pulau Batu. Hendaklah pemerintahan kita tdk cuma berbangga dan mengeluk-elukkan nama pulau nias, pada hal tidak sensitif memperhatikan rakyatnya, khususnya para saudara/i kita di pulau batu ini.
Coba pemerintah mencari tau sebab tidak operasinya kapal laut yg pernah pemerintah berikan. Apakah karena sudah rusak? Kl rusak, coba pemerintahan daerah mecari solusi spy pd akhirnya dpt beroperasi kembali.
Sebenarnya kalo PEMDA mau fokus untuk menuntaskan akses, baik itu jalan darat, transportasi laut, sangat cukup mata anggarannya untuk membangun transportasi laut yang memadai. dan ini juga bisa kembali modal. Andai pemerintah mengalokasikan pembelian kapal besi 2 unit untuk jurusan teluk dalam pulau tello, Swakelola oleh badan usaha milik daerah misalnya, ini kan sudah tuntas, bahkan akan menambah PAD Nisel sendiri setiap tahun. Kenapa tak dicoba untuk itu. Pulau-pulau batu moda transportasi adalah kapal, bangunlah dermaga-dermaganya tiap-tiap pulau, fasilitasi kapal yang layak untuk setiap pulau, agar masyarakat mudah memasarkan hasil-hasil buminya ke teluk dalam misalnya, atau ke daerah-daerah lain. Semua orang tahu Pulau-pulau batu luar biasa besarnya menyimpan kekayaan alam. Sebut saja ikan laut. Kebun Karet, Pariwsata, dll. Tapi itu semua akan sulit dikelola mana kala akses ke daerah tersebut terhambat. Implikasinya yang sangat terkena dampaknya adalah masyarakat yang tinggal disana. Mari kita jauhkan sentimen kedaerahan, sentimen pilkada, Bupati yang terpilih itu kemenangan seluruh daerah Nisel. Jangan sekali-kali punya pikiran, wah itu kan daerah yg gak memilih saya. tolong dijauhkan lah hal seperti itu. Kita percaya wawasan bupati sudah nasional, sudah menjadi bapak daerah Nisel, ketika beliau dilantik. Mudah2an dalam waktu dekat, Pemda Nisel mendengar keluhan masyarakat pulau-pulau batu ini, dan segera merealisasikannya.
Surat Dirjen perhubungan telah keluar pada bulan september 2011 tahun lalu, tapi sampai saat ini belum ada realisasinya tentang Pengembalian rute kapal KMP Pulo Tello dan KMP Raja Enggano.
Mungkin hal ini baru terealisasi jika sudah ada korban yang menimpa masyarakat Hulo batu. Dan Buat Para wakil rakyat Pemilihan Dapil IV kabupaten Nias selatan, Kursi empuk itu ada karna masyarakat dan jangan lupa masyarakat sebelum roda kursi empuk itu patah…