Pernyataan Pimpinan OBI-Nias Juga Dikecam Warga Luar Nias
JAKARTA, NIASONLINE – Kepala Desa Bawömataluo Ariston Manaö mengatakan, pihaknya tetap mengambil sisi positif dari pernyataan-pernyataan Area Manager Yayasan Obor Berkat Indonesia (OBI), Bernart, di www.tribun-medan.com tentang Desa Bawömataluo.
Namun, di sisi lain, untuk menghindari kesalahpahaman, pernyataan-pernyataan yang dibeberkan ke media seperti itu, juga harus diklarifikasi kebenarannya. Sebab, kenyataannya, di lapangan tidak seburuk yang dipaparkan di media tersebut. Karena itu, atas nama warga Desa Bawömataluo, dia menuntut pemberi pernyataan itu juga minta maaf atas pernyataannya yang berlebihan dan melukai warga Desa Bawömataluo.
Ternyata, pernyataan-pernyataan itu juga mendapat kecaman dari luar warga Desa Bawömataluo. Di antara mereka, bahkan bukan warga Pulau Nias, namun beberapa kali ke desa itu.
Donny Iswandono, salah satu pimpinan majalah online www.nias-bangkit.com yang berkali-kali ke desa itu dalam dua tahun terakhir ini, mengaku kaget dengan pernyataan dan pemberitaan itu. Dia mengatakan, pernyataan-pernyataan itu sama sekali tidak benar.
“Wah, gak benar itu. Saya bisa bersaksi, kok,†kata dia kepada Nias Online, usai membaca berita tersebut di Jakarta, Kamis (17/11/2011).
Dia juga menilai berita itu tendensius karena tak menjelaskan kenapa itu terjadi. Menurut dia, kalaupun itu terjadi, para pelaku itu adalah korban dari sikap abai dari pihak-pihak yang seharusnya bertanggungjawab.
Seorang kamerawan profesional dari sebuah Production House (PH) di Jakarta, yang awal bulan ini mengunjungi desa Bawömataluo dan melakukan syuting di desa itu untuk kegiatan sebuah lembaga di lingkungan kantor Sekretariat Wakil Presiden, juga mengaku kaget membaca berita itu. Kepada Nias Online, pria yang biasa dipanggil Pey tersebut bahkan mengaku sangat betah di desa itu dan berjanji akan ke sana lagi.
“Wah gak bener tuh. Saya baik-baik saja dan betah selama di sana. Emang siapa yang bilang begitu? Itu orang yang gak suka Nias maju, pastinya†kata Pey.
Dia mengaku, saat di sana, dia juga didatangi oleh para penjaja cinderamata dan juga para pemuda yang menawarkan atraksi lompat batu. Namun, tidak ada yang minta-minta uang seperti ditulis di media itu. Menurut dia, kehadiran para penjual cinderamata itu masih wajar dan tidak sedramatis yang digambarkan di tulisan itu. Begitu juga dengan permintaan kompensasi bagi para pelompat batu bila diminta melakukan atraksi.
“Kalau yang lompat batu itu, wajib ada imbalannya. Sebab, itu berisiko. Tarif Rp 150 ribu itu masih wajar. Kecuali kalau diminta Rp 500 ribu sekali lompat. Dan, gak mungkinlah minta tarif sebesar itu,†tandas dia.
Sementara itu, Apolonius Lase, seorang pekerja media di Jakarta yang mengunjungi desa itu belum lama ini mengatakan, pernyataan-pernyataan dalam berita tersebut merupakan bentuk pemberian stigma negatif kepada desa dan warga Bawömataluo.
“Saya pikir berita tersebut terlalu berlebihan. Pengalaman buruk yang bersangkutan harusnya tidak sampai menjadi alasan generalisasi bahwa itu merupakan sifat semua penduduk Bawömataluo,†kata dia.
Dia menambahkan, bahwa ada satu-dua anak-anak seperti yang bersangkutan lihat, hal itu bisa dimaklumi. Namun, tidak pada tempatnya lalu kemudian si bersangkutan membuat stigma negatif terhadap semua penduduk desa adat Bawömataluo.
“Kita minta yang bersangkutan menyampaikan klarifikasi atas pernyataannya ini,†kata dia.
Pernyataan Bernart itu muncul di situs tribun-medan.com edisi Kamis (17/11/2011). Pernyataan itu sendiri disampaikan ke media itu pada Rabu (16/11/2011). Kontroversi berita itu sudah kelihatan dari judulnya, “Orientasi Warga Desa Bawomataluwo Kabupaten Nias Selatan Selalu Uangâ€.
Berikut adalah beberapa kalimat kontroversial dalam berita itu. Di antaranya,
“Contoh kecil, ia memberikan gambaran bagaimana masyarakat di Desa Bawomataluwo, Kabupaten Nias Selatan, orientasinya hanya uang. Kawasan yang sangat familiar dengan kegiatan adat lompat batunya tersebut, tidak bisa melepaskan pengunjung begitu saja. Ia mengaku, setiap pengunjung datang 100 masyarakat di sana baik tua, muda, pria, wanita, anak-anak atau dewasa, selalu mengulurkan tangan meminta uang kepada pengunjung.â€
“….masyarakat di desa tersebut memberlakukan turis lokal dan manca negara seperti “bank berjalanâ€.â€
“Jangan berfikir mereka mau melakukan atraksi lompat batu tanpa Anda bayar. Sekali lompat Anda akan dikenakan bayaran Rp 150 ribu. Jadi hitung saja jika mereka melompat 10 kali berarti Anda membayar Rp 1,5 juta,†ujarnya.†( EN)
pak bernart , bapak mungkin belum pernah ke istana tampak siring dan pura besakih di bali, kalau bapak pernah kesana tentunya bapak dapat membandingkannya. tks
Wah…. pengalaman seperti ini perlu diterima dengan lapang dada. Tak perlu ditutupi, pengalaman saya juga ketika berkunjung ke Bawomataluo merasa kurang nyaman.
Anak-anak meminta uang. Tempat parkir di depan rumah Ariston (Kades) seolah tempat meminta uang. Sekali lagi, kita tak perlu tersinggung dengan itu. Yang perlu ialah berbenah diri. Bagaimana warga Nias menciptakan suasana nyaman bagi para pengunjung. Itulah PR bagi aparat pemerintah termasuk KADES, Ariston Manaö (alias Ama Roki).
Salam
Surat Bantahan Dari Area Manager OBI Cabang Nias Bernard
Selasa, 22 November 2011 16:30 WIB
Salam Hormat,
Dalam hal ini kami sengaja melampirkan gambar surat resmi yang menunjukkan bantahan yang diajukan Area Manager Cabang Nias Bernard kepada tribun-medan.com.
Saya, Irfan, yang menuliskan berita tersebut memohon maaf karena telah membuat masyarakat resah di kepulauan Nias. Berita sendiri saya tulis berdasarkan pengalaman saya berkunjung ke Nias beberapa waktu lalu sekaligus berbincang-bicang dengan teman dan saudara saya yang kebetulan ada di daerah tersebut.
Semua kata-kata dan berita di artikel yang saya buat, juga sebelumnya tidak pernah diinformasikan kepada saudara Bernard untuk digunakan dalam kepentingan berita dan saya tidak melakukan wawancara secara resmi oleh saudara Bernard atas nama seorang jurnalis.            Â
Saya juga ingin menyampaikan, penulisan berita dan keruhnya suasana di beberapa situs akibat berita yang saya buat, tidak ada hubungannya dengan kegiatan Tango Peduli Gizi Anak Indonesia 2011, yang digelar 16-18 November 2011.
Demikian ucapan maaf dan lampiran bantahan pernyataan OBI Nias kepada situs kami tampilkan, dan mudah-mudahan tidak ada lagi kemarahan masyarakat Nias kepada OBI ataupun kepada pihak situs tribun-medan.com.
Salam hormat,
Irfan Azmi Silalahi
Penulis : Irfan Azmi Silalahi
Editor : Irfan Azmi Silalahi
Link Berita:
http://medan.tribunnews.com/mobile/index.php/2011/11/22/surat-bantahan- dari-area-manager-obi-cabang-nias-bernard
Kok berita ini aja diributkan, bila berita itu benar ya wajar-wajar saja, yang penting gini, pemerintahnya bikin aturan, atau keluarkan perarutan daerah dalam hal pengelolaan wisata di Nias, kok gitu aja repot, lihat didaerah lain kita masuk bayar, mau ini mau itu bayar, tapi harga dan tarifnya dikelola oleh pemerintah setempat, kapan mau maju coy
bila mau maju, dan mau NIAS itu jadi tujuan favorit untuk berwisata, ya dibenahin dong, jangan fake lagu lama, tidak usahlah kita bandingkan dengan Bali, Danau Toba saja, ya pemerintah setempat mulai berbenah, dan mereka lihat kelemahan-kelemahan pengelolaan wisata beberapa tahun lalu, dan wisata mereka mulai bangkit,
Salam
Semua apa yang diutarakan Yayasan Obi Tersebut jangan kita terlalu alergi masyarakat nias,, mungkin saja sebagian benar perbuatan-2 yg mereka alami dilapangan.. ditanya satu-perstu pun anak disana pasti tak ada yang mengaku yang terpenting… introprksi diri seraya berbenah diri demi kemajuan pulau nias..
salam YAAHOWU
obi itu salah satu berkat
bgi nias tuk itu mri pulau nias
kta bangga dalam hal ni,.
mri kita ucapkan trima kasi kpd pimpina
(obor berkat indonesia)