Ada RS Mewah, Masyarakat Nias Selatan Tetap Pilih Cara Tradisional
Khairul Ikhwan – detikcom
Jakarta – Kendati sudah dibangun rumah sakit berbiaya Rp 5 miliar, ternyata masyarakat di Pulau Tello masih enggan berobat ke rumah sakit. Mereka masih lebih percaya kepada pengobatan tradisional. Jadinya, rumah sakit itu lebih banyak lengang.Rumah Sakit Umum Tello, yang berada di Desa Loboi, Pulau Tello, Kecamatan Pulau-pulau Batu, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara (Sumut), secara resmi mulai beroperasi sejak 15 Maret 2007. Namun menurut Kepala Rumah Sakit, Yulia Yustina Marampak, masih terhitung sedikit pasien yang datang ke rumah sakit tersebut.
Â
“Masyarakat masih takut untuk berobat. Mereka khawatir dengan biaya pengobatan karena melihat rumah sakit yang mewah. Padahal tidak demikian, karena biaya rawat inap hanya berkisar Rp 15 ribu per hari. Itu sudah termasuk makan. Masalah biaya murah ini juga sudah disosialisasikan kepada masyarakat, melalui rapat desa, pertemuan-pertemuan lainnya,” kata dr Yulia yang berbicara melalui telepon kepada wartawan di Medan, Minggu (25/11/2007).
Â
Rumah sakit mewah ini dibangun atas donasi dari Medical Assistance Programe (MAP) Internasional dan Yayasan Surya Kebenaran Internasional, merupakan bagian dari kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Kepulauan Nias yang dikoordinir oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Perwakilan Nias. Fasilitasnya antara lain berupa 47 tempat tidur, termasuk 10 untuk balita. Kemudian fasilitas pendukung seperti ruang Unit Gawat Darurat, laboratorium, radiologi, ruang operasi, Farmasi dan rawat gigi. Sementara pelayanan didukung 35 dokter, termasuk dokter spesialis.
Â
Pada awalnya, rumah sakit ini direncanakan untuk menangani masalah kesehatan penduduk yang berada di Kecamatan Pulau-pulau Batu dan sekitarnya, yang berupa gugusan kepulauan. Terdapat 101 pulau kecil di kawasan ini, namun hanya beberapa pulau yang didiami, yaitu Pulau Tello, Tanamasa, Sibaranum, Pini dan Hibala.
Â
Menurut Yulia, dokter yang berasal dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan ini, penyakit yang banyak diderita masyarakat di daerah ini adalah TBC dan Gizi Buruk. Selain itu, tingkat kematian usia muda termasuk tinggi. Temuan selama dua tahun terakhir ini, dari 304 anak yang didata dengan usia 1 hingga 2 tahun sedikitnya 42 anak dinyatakan positif gizi buruk. Namun, ternyata masyarakat tidak menjadikan rumah sakit itu sebagai rujukan untuk pemulihan kesehatan.
Â
“Jika sakit, masyarakat Pulau–pulau Batu lebih cenderung mengkonsumsi obat ringan yang dijual di warung-warung ketimbang berobat ke rumah sakit,†kata Yulia.
Â
Selain masalah khawatir dengan biaya berobat, sebenarnya aspek transportasi juga menjadi masalah. Sumber penghasilan yang minim menyebabkan mereka sulit secara ekonomi dan upaya pemeliharaan kesehatan. Untuk datang berobat ke RS Tello, penduduk yang mendiami beberapa pulau kecil harus membiayai ongkos transportasi melalui laut yang berbiaya cukup mahal.
saya rasa masyarakat pulau tello dan sekitar nya bukan enggan atau takut berobat ke rumah sakit “mewah” … tapi memang perekonomian masyarakat yang kurang bisa memadai untuk itu. jangankan untuk membayar biaya inap rp 15.000/hari, untuk biaya sekolah yang sebulan tidak sampai rp.15.000 saja mereka tidak sanggup. jadi bukan faktor masyarakat yang lebih memilih pengobatan tradisional daripada ke rumah sakit “mewah” … tapi memang keadaan yang memaksa mereka. dan seperti diutarakan diatas karena pulau-pulau batu terdiri dari gugusan pulau, maka biaya yang mereka keluarkan juga menjadi lebih mahal, itu pun apabila ada kapal yang kebetulan lewat / singgah di pulau mereka. dan juga KWALITAS tenaga medis apa sudah lebih baik …?? setahu saya yang bertugas di sana adalah dokter / perawat yang kebanyakan baru lulus sekolah / kuliah. jadi mereka belum berpengalaman menangani jenis sakit pasien. mereka masih mengandalakan “TEXT BOOK” yang mereka pelajari di bangku sekolah. dan semoga rumah sakit “mewah” ini bisa lebih bertahan dn bisa meningkatkan mutu nya. karena masyarakat pulau-pulau batu memang SANGAT memerlukan rumah sakit.
Saya cuma berharap agar rumah sakit Pulau Tello lebih ditingkatkan mutunya, baik dalam fasilitas maupun tenaga medisnya. Jangan hanya memperhatikan sudah berapa banyakkah masyarakat yang mau berobat disana?tetapi sudah berapa banyakkah masyarakat Pulau-pulau Batu yang sudah terselamatkan jiwanya di rumah sakit “mewah” tersebut??
I hope, Rumah Sakit Tello maju terus coz masih banyak orang-orang yang sangat memerlukan rumah sakit..oc3.GBU
saya rasa rumah sakit yang ada di pulau tello ,tidak seperti yang telah ditulisskan di website ini deh,,?bukan enggan atu takut berobat ke rumah sakit. beberapa bulan yang lalu saya pulang ke pulau tello,kebetulan famili saya sakit,kami berunjuk di rumah sakit itu,saya perhatikan semuanya bagunannya,fasilitasnya,dokternya,sepertinya belum bisa dikatakan mewah.dokternya saja yang aktif cuman seorang,kebanyakan pelaya2 yang baru2 lulusan sekolah,.munkin saja dari situ penyebabnya masyarakat disana,lebih cenderung mengkomsumsi obat2 diwarung.saya berharap tolong di telusuri lebih detail baik bagunannya,fasilitasnya,perawatnya.dan tolong bagi seluruh penggurus2 rumah sakit yang telah dibagun jangan mengatakan rumah sakit mewah,karena saya malu mendengarkannya dan membacanya di semua berita-merita.terimah kasih..!!!!