Mohon Dikirim ke Email Saya …
Di banyak situs, termasuk situs Yaahowu ini, tersedia sarana komunikasi antara sesama pengunjung, antara pengunjung dan tim Redaksi. Sarana ini muncul dalam bentuk: buku tamu, ruang diskusi (forum), atau ruang komentar di akhir setiap artikel. Sarana ini memang banyak dimanfaatkan olah para pengunjung untuk memberi masukan, meminta bantuan dan sebagainya. Ada juga yang mengisinya hanya untuk iseng.
Mari kita melihat dari sisi positif: setiap pengunjung yang meninggalkan pesan, entah di buku tamu atau di ruang-ruang lain adalah bermaksud baik – menyampaikan saran, mengkritik, menginformasikan sesuatu, atau mencari informasi akan sesuatu hal.
Informasi lowongan kerja, pendidikan, beasiswa, informasi ilmiah adalah contoh-contoh informasi yang sering diburu oleh “peselancar” di dunia maya. Kata kuncinya adalah: buru, memburu; artinya: mengejar buruan sampai dapat. Dalam kata “buru”, “memburu” dan “mengejar” terkandung pengertian aktif, bahkan “proaktif”, yang berarti: bertindak dengan perhitungan dan persiapan untuk mengantisipasi kesulitan yang bakal dihadapi.
“Mohon dikirim ke email saya” … bukanlah tindakan proaktif, melainkan tindakan pasif, yang hanya akan semakin menjauhkan buruan kita. Ia juga mencerminkan lemahnya atau tiadanya niat atau determinasi kita untuk mengejar tujuan.
Dulu, istilah: “mengejar sampai ke ujung bumi” rasa-rasanya hanya “slogan kosong” tak berarti. Dengan hadirnya internet, slogan tadi bisa kita realisasikan … sejauh kita bersikap “proaktif”. Kalau kita belum memilikinya, mari kita menumbuhkannya sekarang. (*)
Kemajuan zaman yang kita alami seperti sekarang ini, telah mampu menghadirkan dan menyajikan kepada kita berbagai kemudahan. Sebut saja sebagai misal, teknologi komputer dan internet yang telah memudahkan kita untuk mendapatkan banyak informasi hanya dengan “mengklik” satu atau dua kali pada tombol tertentu. Belum lagi tuntutan hidup khususnya di kota-kota besar di mana waktu terasa senantiasa tidak cukup untuk mengakomodasi semua kegiatan orang-orang. Kondisi ini telah telah mengarahkan para produsen barang-barang dan penyedia jasa untuk menghasilkan produk dan layanan yang praktis, tidak ruwet, dan yang lebih penting adalah gampang dan cepat. Ini telah membawa kita pada sebuah pola atau gaya hidup yang menginginkan segala sesuatu secara serba instan.
Sayangnya, bagi sebagian orang “demam keinstanan” ini telah mengakibatkan perubahan pada sikap, pola bertindak, juga pada etos seseorang. Bahkan hal yang lebih buruk lagi bila fenomena ini tercipta menjadi pengalaman yang menimbulkan kepercayaan dalam diri seseorang hingga membuat orang tersebut percaya dan beranggapan bahwa segala sesuatu dapat dilakukan dengan lebih mudah. Orang mulai lupa bahwa proses untuk menghasilkan produk serta teknologi yang telah mendatangkan kemudahan dan”keinstanan” itu sendiri sebenarnya tidaklah instan, melainkan dibutuhkan banyak energi, pemikiran, serta upaya yang keras dan waktu yang panjang untuk menghasilkannya. Bila sudah sampai pada stadium ini, maka bukan tidak mungkin seseorang akan cenderung pasif, lebih banyak berharap daripada berupaya.
Bila kita tidak waspada dan hati-hati, maka gejala ini dapat menggerogoti dan menghalangi kemajuan kita. Ajakan redaksi Situs Ya’ahowu dalam artikel ini adalah ajakan yang baik. Sebaiknya kita mempertimbangkannya bila kita tidak ingin tertinggal oleh laju perkembangan zaman serta hal-hal di sekitar kita yang berlangsung begitu cepat dan kadang-kadang membuat kita kewalahan.
Ya’ahowu
Syalom.
Salam Kenal. saya di yogyakarta tinggal.Gbu.
http://nias-yogyakarta.blogspot.com/