Apakah Keluarga Harus Mendapat Perhatian … ?
Di mana-mana ada yang disebut keluarga. Keluarga yang dimaksud terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Keluarga ini tidak saja hidup hanya di dalam keluarga mereka sendiri tetapi juga di tengah-tengah masyarakat bahkan juga dalam pengaruh perkembangan zaman. Bagaimana hidup keluarga dalam kehidupan bermasyarat, dapat menjadi sebuah bahan direfleksi yang tetap aktual.
Keluarga Kristiani ada untuk membangun persekutuan pribadi-pribadi dalam kasih. Gereja dan keluarga, dengan caranya masing-masing, merupakan gambaran hidup dalam sejarah persekutuan abadi yang penuh kasih dari tiga Pribadi Tritunggal Maha Kudus (Bapa, Putera, dan Roh Kudus). Pada kenyataannya, keluarga disebut sebagai Gereja kecil, “gereja domestikâ€, wujud Gereja yang istimewa melalui pengalaman kasih dan kehidupan sehari-hari manusia. Seperti Gereja, keluarga semestinya menjadi tempat di mana ajaran Tuhan diwartakan dan dari mana ajaran itu dipancarkan kepada keluarga lain dan seluruh masyarakat.
Para kepala keluarga harus siap menerima tanggungjawab penuh atas kelangsungan hidup dan cara anak-anak mereka di didik. Orang tua harus melewati waktu bersama anak-anak dan secara pribadi memperhatiakan pendidikan moral dan religius mereka. Anak-anak tidak sekadar membutuhkan dukungan material dari orang tua mereka, tapi yang lebih penting lagi kehidupan keluarga yang aman, penuh kasih dan mampu membedakan yang baik dan tidak baik.
Para kepala keluarga semestinya terus belajar membangun keluarga mereka sebagai Gereja domestik, sebuah Gereja yang berada di rumah di mana Tuhan dihormati, perintah-Nya ditaati, doa menjadi kebiasaan, kebajikan diwujudkan dengan perkataan dan perbuatan, dan semua orang saling berbagi harapan, suka dan duka. Semua itu tidak bermaksud mendukung kembalinya gaya hidup yang sudah ketingalan zaman, tetapi lebih sebagai sebuah kepulangan pada akar perkembangan dan kebahagiaan manusia. Kebahagiaan setiap individu dan masyarakat tergantung pada keluarga yang sehat secara jasmani, rohani dan moral.
Keluarga dapat berperan sebagai sekolah dasar untuk mendidik dan mengembangkan setiap pribadi secara penuh dan utuh, jasmani dan rohani. Menyiapkan setiap pribadi mengalami secara obyektip perbedaan dan kesamaan antar pribadi. Dengan cara itu, setiap keluarga mempersiapkan anggota keluarganya untuk hadir ditengah masyarakat luas di mana perbdaan kebutuhan, kemampuan dan tuntutan jauh lebih besar daripada dalam keluarga sendiri, tetapi merupakan suatu kenyataan yang harus dihadapi dengan pengertaian dan bijaksana.
Keluarga memang harus memperhitungkan masa depan. Maka penting memanfaatkan masa kini untuk bekerja keras. Dalam segala aspek berusaha dan kerja kerasnya hendak dicapai suatu keberhasilan untuk menjaga kesinambungan hidup. yang bahagia dan sejahtera. Namun, tidak boleh dikesampingkan, apalagi dilupakan hasil yang dicapai semestiya juga terbuka bagi kepentingan hidup bersama. Maksudnya, kelimpahan hasil kerja bisa dimanfaatkan untuk mendukung terwujudnya kesejahteraan masyarakat sekitar. Keluarga mestinya berusaha bisa menjadi pengayom bagi anggota keluarganya pertama-tama dan selanjutnya bagi keluarga-keluarga lain di sekitanya, terlebih bila muncul berbagai kesulitan hidup. Keluarga yang diberkati dengan kemampuan seperti itu bisa sangat berarti bagi kehidupan bersama.
Dalam masa sekarang ini, keluarga mempunyai tugas dan tanggungjawab menciptakan kehidupan baru, dengan memelihara dan membesarkan berkat Allah dalam keluarganya dan menjadi penyalur berkat bagi keluarga disekitarnya untuk mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan bersama. Dengan keyakinan seperti itu, berbagai kesulitan dan penderitaan yang dihadapi oleh keluarga dalam kehidupan nyata, bukan saja dapat diperkecil atau diatasi, tetapi juga bisa menjadi jalan berkembangnya berkat bagi keluarga. Setiap keluarga harus memperhatikan kehidupan dan kesejahteraan keluarganya, tetapi juga jangan lalai berperan sebagai keluarga untuk sesama dalam kehidupan bermasyarakat. Apakah kehidupan keluarga seperti itu hanya berarti untuk masa lalu dan tidak lagi untuk masa kini ?
P. Metodius Sarumaha, Ofm Cap.
Frankfurt – Jerman, 27 Januari 2007