Sudah Dua Agenda Wisata di Nias Selatan Dibatalkan, Cukuplah!
Tidak berlebih bila ada yang berpendapat bahwa satu-satunya sektor yang sebenarnya tinggal dibenahi sedikit dan langsung akan memetik hasilnya, ya, sektor kepariwisataan itu.
Dua situs wisata yang paling menonjol adalah Desa Bawömataluo dan Pantai Sorake-Lagundri. Potensi lainnya sebenarnya banyak dan sangat perlu keberpihakan pemerintah untuk membuatnya muncul ke permukaan, dikenal.
Tapi tampaknya tidak demikian bagi Pemerintah Kabupaten Nias Selatan. Dalam catatan Nias Online, Dalam dua tahun ini, sudah dua agenda penting terkait kepariwisataan di Nias Selatan dibatalkan.
Pertama, agenda Pagelaran Budaya Bawömataluo 2012. Pagelaran perdana pada 2011 dan berjalan sukses itu ternyata tidak serta merta menarik perhatian pemerintah daerah untuk menyiapkan infrastruktur yang lebih baik ke desa itu.
Jalan yang sudah rusak dari tahun lalu, bahkan sebelum pagelaran itu dilakukan pada 13-15 Mei 2011, sampai kini tetap rusak, bahkan lebih parah lagi.
“Terpaksa kita undurkan jadwalnya, mengingat akses jalan sekitar ke Bawömataluo rusak berat, rawan kecelakaan,†ujar Kepala Desa Bawömataluo Ariston Manaö kepada Nias Online, Kamis (24/5/2012).
Ketika dikonfirmasi, Bupati Nias Selatan Idealisman Dachi mengatakan, perbaikan jalan akses sepanjang 3 kilometer ke Desa Bawömataluo akan dibangun tahun ini.
“Tahun ini sudah diproses dan sedang tender,” ujar Bupati Idealisman kepada Nias Online melalui pesan singkat, Jum’at (25/5/2012).
Sekedar mengingatkan lagi, pada Mei 16 Mei 2011 lalu, kepada Nias Online, Bupati Idealisman pernah menyatakan komitmennya untuk membenahi jalan-jalan akses ke daerah-daerah tujuan wisata. Salah satunya akses jalan ke Desa Bawömataluo.
Kedua, agenda kejuaraan surfing “Nias Selatan Open 2011” yang semula dijadwalkan digelar pada 1-6 Juni 2011, juga dibatalkan. Dalam suratnya bernomor 556/344/2011 kepada Indonesian Surfing Championship (ISC), Pemkab Nias Selatan menyatakan ketidaksiapan menggelar acara itu dan salah satunya karena kekurangan anggaran.
Meski begitu, sekelompok peselancar muda di Pantai Sorake berinisiatif menggelar sendiri surfing contest pada akhir tahun lalu. Para peselancar lokal yang tergabung dalam Beach Boiz tersebut menggelar kontes dengan nama acara “Nias Board Rider I”.Ketua Panitia yang juga seorang peselancar Rahel Wau mengatakan, kontes dengan tiga tingkat tersebut, yakni Grommet, Jounior dan Legends dilakukan salah satunya sebagai bentuk protes kepada pemerintah daerah Nias Selatan.
“Kami tidak mau mengharapkan Pemda sekarang. Ya, itu sebenarnya kenapa kami nekad melakukan acara ini. Ingin tunjukkan kepada pemda bahwa kami sangat kecewa dengan pembatalan perlombaan bulan Juni tahun lalu itu. Bahwa kami bisa melakukannya. Kami sudah berpengalaman di sini. Sebenarnya tinggal sedikit pembenahan saja,†ungkap Rahel awal tahun ini kepada Nias Online.
Semoga kedua kejadian pembatalan acara kepariwisataan yang bernilai jual tinggi ini adalah yang terakhir. Pemda Nias Selatan harus bisa belajar dari pengalaman ini.
Bila tidak, publik pantas mempertanyakan, “Kalau untuk dua daerah yang sudah menjadi magnet turis itu saja tidak ada perhatian, bagaimana dengan potensi besar lainnya yang masih butuh upaya besar untuk tampil di permukaan. Lalu, pemerintah daerah ini sebenarnya maunya apa. Apakah memang tidak lagi melihat sektor pariwisata sebagai hal yang penting?”
Khusus di bidang pariwisata yang menjadi potensi andal daerah ini, tidak semua harus mulai dari awal. Dengan sedikit sentuhan saja, sudah bisa menghasilkan.
Tapi, tentu saja, itu semua akan menjadi pepesan kosong belaka bila tidak ada komitmen dan keberpihakan pada agenda yang senantiasa menyedot perhatian turis hingga mancanegara itu. (EN)
yaahowu,
kami,dan saya pribadi yang ada diperantauan sangat kecewa dan kesal kepada PEMDA NISEL,yang tidak memperhatikan akses jln ditempat2 wisata diNISEL,sehingga moment2 yang diharapkan bisa mendongkrak pariwisata NISEL dibatalkan.bagaimana bs menggali potensi diNISEL kalau pemerintahnya gak peduli ? apa lagi mau mengajukan kegiatan bahari seperti yang diutarakan bupati NISEL yaitu NIAS SELATAN SAIL, apakah mungkin bisa,sementara yang sudah didepan mata saja batal.dan inilah salah satu pelajaran buat kita semua khususnya warga NISEL kita jangan menilai/mempercayai pemimpin dengan kata-kata(janji muluk2),seakan-akan yang diutarakan itu benar2 akan terealisasi,kalu menurut saya sih penghargaan yang baru dianugerahkan kekepala daerah NISEL BELUM SEPANTASNYA DISEMATKAN KARNA YANG DINILAI ITU HANYA MERUPAKAN POLESAN MANIS DARI LUAR YANG MENYILAUKAN.saohagolo.
Pemda Kepulauan Nias nggak mau ketinggalan korup sama pejabat2 yg di jakarta bro.