Paus Benediktus XVI Menghangatkan Hati 200,000 Peziarah
Paus Benediktus XVI menghangatkan Hati 200,000 Peziarah yang tinggal di tenda-tenda di bawah langit terbuka di lapapangan pacuan kuda Randwick, Sydney, tadi malam. Paus berterima kasih kepada Tuhan atas “karunia besar” kepercayaan mereka.
Dalam pesannya kepada para muda-mudi yang berjaga-jaga di malam penantian misa agung hari ini – yang diperkirakan akan dihadiri oleh sekitar 500,000 umat Katolik – Paus Benediktus mendorong muda-mudi untuk mendengarkan “suara kemanusiaan yang konsisten” melalui disonansi dan divisi dunia mereka.
“Dari anak yang kehilangan harapan di tenda Darfur, atau seorang remaja yang bermasalah, atau seorang orang tua yang gelisah di sebuah desa pinggiran, atau barangkali bahkan sekarang dari hatimu yang terdalam, muncullah keinginan besar manusia untuk pengakuan, untuk dimiliki, untuk persatuan,” katanya.
“Siapa yang bisa membuat menjadi kenyataan keinginan besar manusia untuk bersatu, untuk dibangun, untuk dipimpin ke arah kebenaran ?”
“Roh Kudus,” katanya kepada para peziarah yang berkumpul mengitari panggung raksasa yang dilengkapi sejumlah televisi layar besar. Mereka mendapat lilin, air, makanan ringan dan jaket hangat tahan hujan.
“Malam ini, dipersatukan di bawah keindahan langit malam, hati dan pikiran kita dipeuhi dengan rasa syukur kepada Allah atas karunia besar: kepercayaan trinitas kita,” katanya.
Paus yang telah berumur 81 tahun itu mengakhiri wejangannya dengan komentar khusus untuk para suster St Joseph yang mengharapkan Suster Mary MacKillop menjadi santa pertama Australia.
“Saya mengulangi kepadamu kata-kata yang disampaikan oleh Mary McKillop yang terberkati ketika ia baru berumur 26 tahun,” katanya.
“Percayalah kepada bisikan-bisikan Tuhan dalam hatimu.”
Para peziarah masih dalam semangat tinggi walau cukup lelah setelah sebagian besar dari mereka – sekitar 180,000 orang – tumpah ruah menyeberang lewat jembatan tersohor Sydney Harbour Bridge dalam sebuah prosesi seharian ke lokasi di mana hari ini (Minggu, 20 Agustus) misa agung kepausan untuk Hari Mudika (Muda-i Katolik) Sedunia (World Youth Day – WYD) akan diselenggarakan.
“Sangat menyentuh, begitu banyak orang dari generasi yang sama berdoa bersama, ketika begitu banyak anak muda seumur kami larut dalam obat-obatan atau minuman keras,” kata Shane Govender, 16 tahun, dari Afrika Selatan.
“Dengan begitu banyaknya orang di sini, kami tidak merasakan dinginnya musim dingin,” kata Neil Philander, 18 tahun, yang juga berasal dari Afrika Selatan.
“Kami berada di sini bukan untuk tidur, kami berada di sini untuk memuliakan Tuhan. Kami tidak akan tidur,” kata Loma Falekaono, 36, dari Hawaii.
Gelombang pertama mudika (muda-mudi Katolik) memulai arak-arakan sepanjang 9 km dari Sydney Utara pagi-pagi sekali, sambil bernyanyi dan berdoa dalam perjalanan 3 jam yang merefleksikan perjalanan mereka dalam Kristus.
Para peziarah tidak merasa terganggu oleh ratusan para pemrotes yang ‘menyambut’ mereka di suatu titik dalam perjalanan itu, walau seorang anak muda ditahan oleh polisi karena memaki seorang demonstrator yang memakai T-shirt dengan tulisan: “Pope Go Homo”.
Para pemrotes Hari Mudika Sedunia (WYD) – yang dipimpin oleh rombongan dalam sebuah truk yang membawa patung Paus – mendapat kemenangan di pengadilan federal Australia atas hak mereka untuk “mengganggu” para peziarah. Pemerintah Negara Bagian New South Wales sebelumnya mengeluarkan aturan ketat untuk membatasi sejumlah hak para pemrotes. Sebagian dari aturan ketat ini dibatalkan oleh Pengadilan Federal.
Marah karena sikap keras Paus terhadap kondom, homoseksualitas dan aborsi, para pemrotes yang bergabung dalam Koalisi “No To Pope” termasuk seorang ‘setan’, seorang ratu ‘obat-obatan’ dan ‘makhluk asing warna jingga’ mengganggu para peziarah tetapi masih tidak sampai menimbulkan ketegangan.
Jean Baptite, 20 tahun’ dari Perancis, yang hanya tidur sekitar 4 jam semalam sejak tiba di Sydney pada hari pertama, mengatakan perarakan yang dimulai pagi sekali menunjukkan komitmen terhadap kepercayaan mereka.
“Karena itulah kami berada di sini hari ini – untuk menyaksikan, untuk menyebarkan kabar baik,” kata Baptiste.
“Saya berharap semua anak muda yang tidak percaya pada Allah akan memiliki sesuatu hari ini yang dapat memicu sesuatu dalam otak mereka.”
Jalan-jalan di pusat kota dan 25 daerah sekitarnya ditutup, demikian juga jembatan Sydeny ditutup untuk ketika kalinya dalam sejarah.
Brenda Schoeninger dari Amerika, 28 tahun, menelpon keluarganya di Denver, Colorado, subuh kemarin memberitahu bahwa ia salah seorang dari 13 peziarah yang mengusung salib WYD.
“Walau bersama dengan 12 yang lain, salib itu masih terasa sangat berat dan membuat saya memahami bagaimana dulu Tuhan Yesus,” katanya.
“Saya pikir (mengusung salib WYD) membantu saya merenung tentang siapa saya dan iman saya.”
Sesampainya di lapangan pacuan kuda dengan gembira dan ‘lepas’ dari dari beban berat, mereka disambut dengan roti dan buah-buahan.
“Akhirnya kami tiba,” kata Timwatbru Nubono, 19 tahun, dari Raratonga, Cook Island.
“Hal terberat adalah bangun pagi di tengan dinginnya pagi hari hari; tetapi setelah kami memulainya, Roh Kudus membimbing kami.”
Para peziarah diwanti-wanti untuk mempersiapkan obat untuk hipotermia di tengah udara malam serendah 7 derajat Celcius. (AAP/Herald Sun – Foto: Vatican/The Age/Kiama Ind.)