Dr. Hekinus Manaö: Nias Tidak Butuh Pejabat, Tapi Pemimpin

Tuesday, August 26, 2014
By susuwongi

Dr. Hekinus Manaö, Ak., MACC, CGFM | DPD RI

Dr. Hekinus Manaö, Ak., MACC, CGFM | DPD RI

NIASONLINE, JAKARTA – Dr. Hekinus Manaö, salah satu putra terbaik Nias yang selama ini telah mengabdikan diri di pemerintahan bahkan di lembaga internasional mengungkapkan keprihatinan dan harapannya mengenai kondisi di Kepulauan Nias saat ini.

Menjelang suksesi pemilihan kepala daerah yang tahapannya akan dimulai tahun depan, Dr. Hekinus berbagi pemikiran sebagai bagian dari upaya mengedukasi masyarakat Nias agar pada Pilkada ke depan, memilih secara bertanggungjawab dan menempatkan orang yang tepat pada posisi strategis memimpin setiap daerah di Kepulauan Nias. Bagi dia, ke depan, kebutuhan utama Nias adalah pemimpin, bukan pejabat.

Mantan Direktur Eksekutif Bank Dunia tersebut menjelaskan, kondisi masyarakat Nias dari berbagai segi, terutama dalam kesejahteraan sosial dan ekonomi, masih di posisi yang sangat tertinggal. Pertanian dan perkebunan masih sangat tradisional dan tanpa melalui pengolahan. Volume produksi pun bahkan tidak mencukupi kebutuhan pangan kita.

Begitu juga bidang perikanan, tingkat produktivitasnya sangat memprihatinkan. Peternakan rakyat belum memadai untuk kebutuhan konsumsi di Nias. Sementara, di Nias industri pengolahan dan industri modern masih bisa dikatakan absen.

Ada sektor ekonomi yang juga menjanjikan, yaitu sektor pariwisata. Tapi itupun masih sangat kecil kontribusinya dan pertumbuhannya cenderung stagnan. Nah, lebih parah lagi ketika kesejahteraan sosial kita tinjau kondisinya. Bisa jadi hampir 100 persen masyarakat Nias hidup tanpa sarana air bersih. Padahal, air bersih merupakan kebutuhan paling dasar.

Di Nias, tutur pria yang pernah jadi kandidat kuat calon anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tersebut, kita hidup dari sumber air yang dibangun secara tradisional atau telah disediakan oleh alam dengan kondisi yang sangat terbatas dan tercemar. Demikian pula sarana kesehatan masih jauh dari jangkauan sebagian masyarakat Nias.

“Seakan itu belum cukup, kualitas lingkungan hidup di Nias semakin memprihatinkan. Hutan-hutan kita babat. Bukit-bukit kita kikis. Pantai-pantai kita keruk. Sementara aliran sungai kita biarkan menyempit,” ujar lulusan doktoral bidang studi Business Administration di Cleveland State University, Ohio, USA pada 1995 tersebut.

Nah, dengan kondisi demikian, Nias merindukan orang-orang yang jadi pemimpin. Pemimpin dalam arti memiliki visi yang jelas untuk kesejahteraan rakyat. Sosok yang memiliki kualitas “pemimpi” dan sekaligus “aktor”.

Menurut mantan Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Ditjen Perbendaharaan, Kemenkeu tersebut, mereka harus mampu menuangkan visi itu secara jelas dan workable dalam rencana strategis. Lalu, memanfaatkan berbagai peluang dan sumber daya, termasuk dukungan keuangan dari pemerintah lewat APBN dan APBD, untuk mewujudkan secara bertahap dan terperingkat apa yang menjadi cita-cita tadi. Hasilnya harus bermuara pada kesejahteraan masyarakat.

“Bagi saya, “pemimpi yang sekaligus aktor” itulah yang saya maksudkan sebagai “pemimpin”. Itu berbeda dengan pejabat yang cenderung sebagai hamba penikmat kekuasaan yang cuma tunduk pada langgam birokrasi, dan selalu menuntut untuk diistemewakan dan dihormati oleh rakyat. Di tingkat nasional, kini kita sedang menyongsong seorang “pemimpin” ketimbang sebagai “pejabat” dalam diri Jokowi. Kira-kira itulah poin saya dengan ungkapan itu (Nias tidak butuh pejabat, tapi butuh pemimpin, red),” ujar mantan Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan itu.

Jernih Niat Memimpin Nias

Lalu, bagaimana dengan stok pemimpin yang diharapkan tersebut dan bagaiman masyarakat berperan menempatkan mereka di posisi yang seharusnya mereka ada di sana?

Menurut pengajar program doktoral di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI) tersebut, kebutuhan akan pemimpin yang bersih, jujur, dan hadir hanya bagi kemakmuran masyarakat Nias merupakan suatu yang mutlak saat ini.

“Kita sangat kecewa dalam sejarah kepemimpin di Nias dari dahulu hingga sekarang kita tidak memperoleh pemimpin yang berkualitas seperti itu. Barangkali, hanya Bapak Almarhum Dalimend yang layak dicatat mendekati kualitas pemimpin visioner yang mampu melakukan eksekusi atas sebagian cita-cita penyejahteraan rakyat, lagi bersih dan jujur. Di luar periode kepemimpinan beliau yang hanya lima tahun itu, kita tidak pernah lagi mengalami masa yang memberi kebanggaan bagi Nias terhadap pemimpinnya. Yang lain umumnya bergaya pejabat, yang hanya rajin bolak-balik ke Medan dan Jakarta dan bikin rapat ini-itu, sementara kondisi kehidupan masyarakat nyaris tidak tersentuh,” tegas dia.

Dia mengatakan, pemekaran memang telah terjadi, dari satu kabupaten, menjadi empat kabupaten plus satu kota. Jumlah kecamatan pun sudah melonjak jadi ratusan. Tapi, menurut dia, yang gemuk hanya aparaturnya. Nilai APBD menaik dari tahun ke tahun, tapi pada hakikatnya terserap hampir seluruhnya untuk kesejahteraan birokrasi.

“Karena itu, Nias butuh orang-orang yang punya compassion (cita-cita yang dalam) untuk datang berbuat dan berdedikasi hanya bagi perbaikan kehidupan rakyat Nias. Saya yakin pasti ada orang-orang Nias yang potensial dan masih jernih niatnya untuk berbuat bagi Nias. Cuma apakah ada kesediaan mereka, dan kalau bersedia apakah mereka diberikan kepercayaan oleh rakyat,” papar dia.

Poin terakhir ini, jelas dia, menjadi krusial karena rakyat yang berhak menentukan orang untuk jadi pemimpinnya. Yang amat mengkhawatirkan karena dewasa ini proses demokrasi di Nias telah dicemarkan amat sangat oleh pembodohan rakyat di bidang politik melalui pertarungan yang tidak fair dalam proses demokrasi.

Dia menambahkan, amat memalukan memang bahwa hampir tiap pemilihan umum, Nias selalu tercatat dalam wilayah kisruh dan kecurangan. Alangkah mengecewakan! Lalu apakah kondisi ini bisa kita perbaiki? Tentu saja kalau ada upaya penyadaran kepada rakyat kita bahwa pilihan mereka adalah penentu kualitas hidup bermasyarakat di lingkungan Nias untuk periode pemerintahan. Peranan tokoh masyarakat untuk “menjual dan hanya membeli” calon pemimpin yang jujur tanpa embel-embel menjadi kontribusi penentu oleh masyarakat.

“Saya percaya, walaupun sangat terbatas jumlahnya, masih terdapat orang-orang kita yang berkualitas sebagai pemimpin dan berhati nurani untuk berbuat bagi rakyat. Persoalannya, maukah kita?” tandas dia.

Profil lengkap Dr. Hekinus bisa dilihat di sini: Hekinus Manaö: “Ini Bagian dari ‘Spiritual Journey’”(en)

One Response to “Dr. Hekinus Manaö: Nias Tidak Butuh Pejabat, Tapi Pemimpin”

Leave a Reply

Kalender Berita

August 2014
M T W T F S S
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031