Toko Kelontong di Jerman
Oleh: Lovely C. Zega
Emang di Jerman ada toko kelontong? Oh, jangan salah. Ada juga. Namanya: Tante Emma Laden. Laden itu bahasa Jerman yang artinya toko. Nah, kalau tante Emma, nggak tahu juga deh kenapa namanya bisa jadi tante Emma. Tapi ya begitulah, toko kelontong di Jerman namanya ya Tante Emma Laden alias Tokonya si Tante Emma, hehe.
Emang isinya apa aja? Apa sama kayak toko kelontong di Indonesia? Ya, isinya kurang lebih sama. Ada minuman, bahan-bahan makanan, roti, sayuran, buah, daging, atau juga bumbu-bumbu. Toko ini biasanya ada di desa-desa, mengingat desa satu letaknya berjauhan dari desa lain. Sebagai perkiraan, jarak antar desa bisa sekitar 10-15 menit naik mobil. Jadi bisa dibayangkan kenapa hampir tiap desa dulu kemungkinan pasti punya minimal satu Tante Emma Laden.
Dulu? Loh kok dulu? Iya, soalnya saat ini Tante Emma Laden sudah hampir punah alias sudah jarang ditemui. Kemajuan jaman membuat toko-toko franchise seperti Indom*rt atau Alfam*rt berkembang. Bedanya kalau di Jerman, toko-toko kelontong modern ini juga menyediakan sayur, buah, daging, makanan-makanan beku, dan juga keju. Ya maklum lah ya, emang makanannya ya begitu. Nah, toko kelontong jenis ini juga menyediakan produk-produk yang dipakai dirumah, misalnya pasta gigi, sabun, dsb. Namun, untuk toko kelontong jenis ini biasanya menyediakan lebih banyak pilihan untuk bahan makanan, ketimbang pilihan untuk bahan non-makanan. Seperti misalnya, lebih banyak macam-macam keju, dibandingkan jenis-jenis detergen. Nah, jenis toko yang lain lagi lebih banyak menyediakan pilihan untuk produk-produk non-makanan, seperti pasta gigi, tisu toilet, atau kosmetik. Toko kelontong modern jenis ini menjual juga bahan makanan, walaupun dalam jumlah amat terbatas dibandingkan toko kelontong yang fokus menjual bahan makanan.
Untuk toko kelontong modern ini, dibagi menjadi dua: kelas ekonomi dan kelas premium, hehe. Kelas ekonomi jelas: harganya murah meriah. Kalau untuk toko kelas premium, harga-harganya cenderung lebih mahal karena sebagian besar barangnya dijual dengan label “bio”. Label ini berarti bahwa produk yang dipasarkan tidak menggunakan bahan kimia. Kalau dari segi kualitas sih baik kelas ekonomi maupun premium sama-sama berkualitas, karena kualitas bahan makanan termasuk dijaga ketat disini.
Ada juga sih toko yang agak besar yang menjual semuanya, baik produk-produk makanan maupun produk-produk non-makanan, dengan banyak pilihan. Nah, kalau ini mungkin kelasnya sama seperti C*rrefour. Apa aja deh dijual disini. Selain itu, harga-harganya juga lumayan terjangkau.
Selain toko kelontong, di Jerman saya juga pernah lihat pedangang kaki lima. Memang ga banyak sih, tapi ada. Nah, yang saya belum pernah liat itu pedagang keliling, ya pedagang bakso, siomay, atau mie ayam keliling. Lucu juga kali ya kalau pas musim panas ada yang keliling-keliling pake kentongan, trus teriak, “Baksooo!!! Baksoooo!!!”, hehehe. Pasti saya langsung buka jendela, teriak dari atas manggil abangnya (maklum saya tinggal disamping jalan utama), trus turun kebawah, siap-siap menghampiri si abang bakso. Nah, lucu lagi kalau orang yang pesen minta makanannya dianterin. Secara kan banyak juga tempat tinggal disini di apartemen. Kalau tinggalnya di lantai 4 atau 5 trus minta dianter gitu gimana ya? Hihihi, kalau ini sih udah paragraf penutup plus OOT ya pembaca sekalian. Maaf kalau jaka sembung. Maklum kangen sama makanan-makanan Indonesia.. Salam dari anak nusantara yang merantau di negeri Tante Emma Laden. 🙂