The Butler: Kisah Nyata Mantan Pelayan di Gedung Putih dan Jiwa Kepahlawanan Dalam Diri Kita
Mariah Carey turut bermain dalam film ini sebagai ibu dari tokoh utama. Dalam salah satu hits Mariah Carey yang berjudul Hero, syairnya tertulis: ada pahlawan dalam diri setiap kita / jika anda melihat kedalam hati anda / anda tidak perlu takut / akan siapa diri anda (there’s a hero / if you look inside your heart / you don’t have to be afraid / of what you are). Demikianlah kiranya jiwa yang ingin digambarkan dalam film ini.
Film ini menceritakan perjalanan hidup Cecil Gaines, seorang pensiunan pelayan Gedung Putih. Gaines mengabdi selama masa pemerintahan 7 presiden sepanjang 34 tahun masa kerjanya disana.
Kisah film diawali pengalaman Gaines kecil yang bekerja sebagai budak di perkebunan. Pada tahun 1926, ia bekerja disana bersama orang tuanya. Meski pada tahun 1865 perbudakan telah dihapus di AS, dengan adanya Amandemen ke-13 dibawah pemerintahan Abraham Lincoln, namun film ini memperlihatkan betapa saat itu kaum kulit hitam masih berjuang demi mendapatkan persamaan hak. Sewaktu di perkebunan, ibu Gaines diperkosa oleh pemilik perkebunan, sedangkan ayah Gaines ditembak mati oleh si pemerkosa. Gaines kecil kemudian diangkat oleh ibu dari pemilik perkebunan untuk bekerja di rumah mereka sebagai pelayan.
Setelah beranjak remaja, “dilepaslah” Gaines kecil untuk merambah dunia luar oleh ibu si pemilik perkebunan. Terlunta-lunta dan lapar, Gaines remaja mencuri makanan di sebuah restoran. Justru setelah dipergoki pelayan restoran karena mencuri itulah jalan Gaines menjadi pelayan profesional. Selama menjadi pelayan, ia berpindah-pindah pekerjaan hingga hasil kerjanya akhirnya dilirik salah satu kepala rumah tangga gedung putih. Lewat kepala rumah tangga gedung putih inilah ia mendapat pekerjaan untuk bekerja disitu.
Gaines bekerja selama masa pemerintahan Dwight Eisenhower, John F. Kennedy, Lyndon B. Johnson, Richard Nixon, Gerald Ford, Jimmy Carter, dan Ronald Reagan. Menarik digambarkan bagaimana sebagai pelayan di gedung putih Gaines diminta hanya melayani, ditengah-tengah pembicaraan “tingkat tinggi” atas isu-isu nasional. Banyak kebijakan-kebijakan penting lahir disitu. Terbayang jika Gaines membocorkannya ke media atau ke istrinya, akan seperti apa drama yang terjadi di film yang dibintangi oleh Forest Whitaker yang berperan sebagai Gaines dan Oprah Winfrey yang berperan sebagai Gloria, istri Gaines. Betapa Gaines diwanti-wanti untuk tidak melihat dan tidak mendengar apapun, hanya melayani (you see nothing, you hear nothing, you only served).
Uniknya, keberadaan Gaines sebagai pelayan di gedung putih sedikit banyak turut memberikan warna kebijakan di negara adi kuasa tersebut sehubungan dengan perlakuan terhadap kulit hitam. Kala itu, kebijakan segregasi masih diberlakukan. WC untuk orang kulit putih dan kulit hitam terpisah, demikian juga restoran, sekolah, dan fasilitas umum lainnya. Pada masa pemerintahan Eisenhower, dikisahkan bagaimana Gaines ditanya oleh sang presiden berkenaan pendidikannya dan anaknya. Pendidikan untuk warga kulit hitam saat itu tidak mudah. Betapa kulit hitam saat itu menghadapi tentangan yang luar biasa untuk dapat menempuh jalur pendidikan. Disitu digambarkan bagaimana presiden Eisenhower memutuskan untuk mengawal siswa-siswa kulit hitam di sekolah integrasi di Arkansas.
Pada masa pemerintahan Kennedy, anak pertama Gaines, yakni Louis, diserang oleh Ku Klux Klan. Dan pada masa pemerintahan Johnson, Louis masuk penjara. Berita ini sampai pada para presiden, yang kemungkinan mempengaruhi dikeluarkannya Keputusan atas Hak-hak Sipil (Civil Rights Act) pada tahun 1964. Kebijakan ini diantaranya mengatur hak untuk memilih, hak untuk menggunakan fasilitas publik, dan hak untuk berpendidikan.
Sedangkan pada masa presiden Reagan, dikisahkan bagaimana sang presiden menaruh hormat pada Gaines dan mengundangnya beserta istri untuk makan malan di gedung putih. Pada acara makan malam ini ia datang bukan sebagai pelayan, namun sebagai tamu. Pada masa presiden Reagan jugalah akhirnya gaji Gaines disetarakan dengan gaji karyawan yang berkulit putih.
Kisah Gaines yang membangkitkan simpati para presiden AS tersebut tidak hanya disebabkan karena kiprah Gaines semata, namun juga karena anaknya. Anak sulungnya, Louis (diperankan oleh David Oyelowo), menjadi anggota dari gerakan yang memperjuangkan persamaan hak antara kulit hitam dan kulit putih. Sejak menjadi mahasiswa di Universitas Fisk, Louis mengikuti gerakan yang diilhami oleh perjuangan Mahatma Gandhi dan Bunda Teresa tersebut. Gerakan ini diikuti baik oleh kulit hitam maupun juga kulit putih. Perjuangan awal adalah masuk ke restoran dan duduk ditempat yang disediakan khusus untuk orang kulit putih. Aksi ini mendapat perlakuan keras dan sangat ditentang. Louis dkk dipukul, diludahi, disiram kopi panas, hingga akhirnya polisi datang dan memenjarakan mereka. Louis digambarkan berpengalaman keluar-masuk penjara lewat aksi-aksinya tersebut. Louis juga digambarkan menjadi salah satu orang yang berjuang langsung dengan Martin Luther Jr. Setelah Martin Luther Jr. dibunuh, Louis mengikuti gerakan perjuangan kulit hitam lainnya. Namun karena gerakan ini sangat ekstrim dan tidak sesuai dengan nilai perjuangan yang ingin diraih oleh Louis, iapun memutuskan untuk keluar dari gerakan tersebut.
Perjuangan Louis tersebut dipandang berbeda oleh Gaines sebagai ayah dan Charlie, adiknya. Mereka memandang Louis sebagai pembangkang yang ditandai dengan diusirnya Louis oleh Gaines. Belakangan, setelah pensiun, Gaines menyadari bahwa yang dilakukan Louis adalah demi perjuangan akan persamaan hak. Disitu Gaines baru sadar bahwa yang dilakukan Louis adalah baik adanya. Barulah kemudian Gaines menjalin hubungan kembali dengan Louis.
Selain Louis, Charlie, anak kedua Gaines, berjuang dalam perang Vietnam dan gugur disana. Ia dikebumikan sebagai pahlawan dalam upacara kemiliteran.
Gaines yang bekerja sebaik-baiknya sebagai pelayan, Louis yang memperjuangkan persamaan hak, dan Charlie yang gugur dimedan perang menunjukkan betapa mereka menjalankan dengan sebaik-baiknya peran apapun yang mereka emban. Dalam film peraih box office ini terlihat bagaimana peran dalam diri orang-orang kebanyakan, entah sebagai pelayan, tukang demo, ataupun prajurit, tidak hanya menjalankan tugas semata, namun juga menjalankannya dengan sebaik-baiknya. Meski “hanya” sebagai pelayan gedung putih, Gaines telah berhasil memberi teladan bagi Louis dan Charlie dengan memberikan contoh bahwa tugas apapun yang kita peroleh, tetap dapat membangkitkan jiwa kepahlawanan dalam diri kita.