Ratapan Anak Negeri, dari Bima Hingga Mesuji
By. Julianto Simanjuntak**
Ini kisah ratapan anak negri
Yang merasa Terasing di negri sendiri
Karna Dimusuhi pejabat kami
Dari Bima hingga Mesuji
Katanya Kami satu bahasa
satu tanah air dan bangsa
Tapi badan kami disiksa
tanah kami dijarah
Ayah bersimbah darah
Demi kolusi penguasa- pengusaha
Sesungguhnya…
Kami tinggal di negri kaya
Tapi Hidup dari remah roti pengusaha
Rela Terinjak saat terima derma
Bantuan ”proyek” si penguasa
Kami Tak lagi punya harga diri
demi sekilo beraspun kami rela ngantri
Sebab kekayaan kami telah dicuri
Lewat korupsi, kolusi dan koalisi
Darah kami seolah menjadi sesaji
Peluru akrab di kampung kami
Air mata menjadi makanan sesehari
Kebohongan sarapan setiap pagi
Di negri ini kami tertindas
Keadilan telah dilindas
Membuat kami kadang tak waras
Tapi kami tak mampu membalas
Di negri kami….
Uang telah menjadi ilah
Pangkat menjadi berhala
Suap menjadi sangat lumrah
Dari pejabat tinggi hingga terendah
Agar bisa menjadi pejabat
Mereka harus pandai menjilat
Pangkat bisa naik secepat kilat
Asal berkoalisi dengan yang jahat
Ahh sungguh beda nasib kami….
dengan Bupati dan Dewan Negri
Merekalah anak kandung ibu pertiwi
Hidup dari upeti bak centeng berdasi
Kekayaan mereka berpeti-peti
Sementara kami di mesuji
Bima dan pelbagai daerah tragedi
Air matalah Kekayaan kami
Kami seolah anak tiri
Serasa menumpang di republik ini
Pasar kami harus siap di relokasi
Sesuka hati pejabat kami
Bahkan hanya Karna sandal jepit
Harga diri kami dihimpit
Anak kami sakit
Disiksa hingga menjerit
Meski lahir dari Ibu pertiwi
Tapi beda nian Nasib kami
sampai kapan kesenjangan ini
Menjadi anak ‘tiri’ di negri sendiri
Ahhh…..
Betapa kejamnya dikau pejabat negri
Jangankan kami para petani
Anak mantan Presidenpun merasa dizolimi
Calon Partainya diakali staf menteri
Di negri kami…
Jangankan kami petani
Yang Lahannya dicuri dan dicap PKI
Anggota Dewan jujurpun merasa ditirani
Oleh teman dan atasan sendiri
Karena bersaksi di depan televisi
Di negri kami….
Penjahat biasa disebut oknum
Kami selalu dituntut maklum
Sementara si oknum hanya tersenyum
Karena nyaris tidak dihukum
Di negri ini….
pembohong punya jabatan tinggi
Koruptor disegani dan dicintai
Penjarapun tak terasa seperti Bui
semua kebutuhan difasilitasi
Bukalah mata Pakailah telinga
Jutaan warga di Nusantara
Kini Hidup merana dan tersiksa
Karena menjadi warga ”kelas dua”
Dengarlah seruan kami…
Bertobatlah hakim negri
Aparat Polisi
Jaksa tinggi
Pejabat di wilayah kami
Sebelum terjadi revolusi
kau dicampakkan
Oleh Yang Maha Tinggi
Dan dinista warga sendiri
Berapa lama lagi Berapa lama lagi
Berapa lama lagi wahai petinggi negri
kami ini menjadi anak “tiri” di negri sendiri
Berapa lama lagi…?
Bang JS
Terinspirasi dari pengalaman sdr kita di Papua, Mesuji, Bima dan Aceh
(Ini Hanya pengalaman sekelompok kecil di masyarakat, tidak mayoritas. Namun tetaplah signifikan untuk diperhatikan)
Catatan Redaksi: Tulisan ini pertama sekali dimuat di Kompasiana.com oleh penulisnya, Julianto Simanjuntak. Redaksi telah meminta izin dari penulis untuk menayangkannya di situs ini.