Prof. Jerome A. Feldman, Ph. D: ‘Acara ”Bawömataluo 2011” Sökhi Sibai’
“I think the cultural exhibition in Bawömataluo is very exiting. Unfortunately, I will not be able to attend. (Saya pikir pagelaran budaya di Bawömataluo itu akan sangat menarik. Sayang sekali, saya tidak bisa menghadirinya),” ujar Feldman kepada Nias Online, Kamis (6/5/2011).
Feldman mendapat informasi acara Bawömataluo itu melalui salah satu redaksi Nias Online, Etis Nehe, yang kenal dengannya sejak peristiwa gempa Nias pada Maret 2005.
Ditanya mengenai pentingnya acara tersebut bagi pelestarian budaya Nias, khususnya di Desa Bawömataluo, Feldman menjawab dalam bahasa Nias. “Sökhi sibai.” Kemudian, Feldman melanjutkannya dengan bahasa Indonesia, “Saya pikir, itu (acara itu, red) sangat penting.
Feldman menjelaskan, masa depan kebudayaan Nias Selatan dan budaya Nias pada umumnya, sesungguhnya terletak di tangan Ono Niha sendiri. Hanya orang Nias sendiri yang bisa memahami kekayaan mereka dan berusaha untuk menjaga budaya itu tetap hidup.
“Atraksi budaya seperti yang dilakukan di Desa Bawömataluo itu, akan menolong mempromosikan kebanggaan pada kebudayaan Nias dan itu merupakan langkah pertama untuk kebangkitan kebudayaan bagi masyarakat Nias. Saya pikir itu ide yang luar biasa,” jelas dia.
Feldman bukanlah orang baru bagi warga Desa Bawömataluo. Pada tahun 1974, Feldman dan istrinya tinggal selama beberapa bulan di desa itu. Keduanya menginap di Omo Sebua. Selama di desa itu, Feldman fokus pada penelitian tentang sejarah Omo Sebua.
Dalam beberapa kali percakapan, Feldman bahkan masih sangat hafal beberapa kosakata bahasa Nias. Juga selalu membuka pembicaraan dengan salam Ya’ahowu. Feldman terakhir mengunjungi Bawömataluo pada 1988.
Feldman juga dikenal karena tulisan-tulisannya tentang sejarah seni dan budaya. Salah satu bukunya yang terkenal yang sekaligus merupakan hasil dari penelitiannya selama beberapa bulan di Bawömataluo adalah Dwellings, Settlements, and Tradition: Cross-Cultural Perspectives (University Press of America, 1989).
Di buku itu, Feldman mengulas secara komprehensif mengenai sejarah, arsitektur dan berbagai keunikan lain tentang Omo Sebua di Desa Bawömataluo. Di buku itu, tulisannya diberi judul The Design of the Great Chief’s House in South Nias, Indonesia. Tulisan tentang Desa Bawömataluo lainnya, juga dimuat dalam buku berjudul Fragile Traditions: Indonesian Art in Jeopardy (1994). (EN)
May 8th, 2011 at 7:35 PM
Setelah diundurnya Pagelaran Budaya Bawomataluo 2011 dari tgl 30 April-1 Mei menjadi pada tgl 13-15 Mei 2011 bisa Gagal kembali pelaksanaannya.
Kegagalan pelaksanaan ini, disebabkan kesiapan tentang gambaran kegiatan yang secara teknis belum mengadakan sosialisasi dan juga pemberitahuan yg disebut “Orahua Fabanuasa” sebagai stake holder. Kepanitian terlihat adem-ayem dan sangat minimnya Pelibatan masyarakat untuk mengambil bagian dalam atraksi yang di gelar.
Sampai saat ini, kepanitian belum mengadakan pembenahan baik melalui latihan-latihan kepada pelaku budaya tersebut. Tidak teroganisirnya item kegiatan pagelaran ini, akan berpengaruh pada performance nantinya.
Pengakuan salah seorang Tokoh Masyarakat bahwasanya sangat pesimis kegiatan pagelaran budaya ini akan terlaksana dengan baik, karena kurangnya penggalangan keterlibatan masyarakat desa dan kurangnya pemberdayaaan dimana pagelaran budaya ini bentuknya swadaya.
Sangat disayangkan bila terjadi penundaan ini kembali, salam Ya’ahowu