Kepemimpinan — Kesalahan Logika, Pernyataan yang Sebut Pemimpin Sebaiknya Pebisnis
Jakarta, Kompas – Pernyataan yang menyebutkan pemimpin Republik, nasional maupun lokal, sebaiknya berlatar belakang pebisnis merupakan kesalahan logika. Seorang pemimpin semestinya melampaui bidang- bidang sektoral seperti itu karena dia harus berjalan di atas keragaman berbagai sektor kegiatan dengan cirinya masing-masing.
Demikian disampaikan B Herry Priyono, pengajar Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta, dalam seminar akhir tahun “Peta Baru Indonesia Muda” yang diselenggarakan Lingkar Muda Indonesia-Kompas, Selasa (18/12).
“Kebiasaan menyamakan secara kategoris bisnis dan Republik ibarat memaksa kita menganggap sebatang pohon sebagai hutan,” kata Herry menunjuk pernyataan Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengenai soal pemimpin dari kalangan pengusaha (Kompas, 22/11/2006).
Dia mengibaratkan, gagasan Kalla itu sama validnya dengan pernyataan, misalnya, jika dikemukakan seniman Butet Kertaradjasa bahwa pemimpin Republik sebaiknya berlatar belakang seniman.
Menurut dia, tidak perlu pendidikan khusus untuk mengerti bahwa Republik bukanlah bisnis atau bidang-bidang sektoral lainnya. “Republik punya kategori berbeda dengan itu semua,” katanya.
Herry menyebut sejumlah kriteria untuk mengukur gerak-gerik mereka yang berniat menjadi pemimpin Republik. Apakah dia mampu melampaui kesempitan sektoral; memiliki kepekaan wawasan seorang pemimpin; apakah mampu melakukan tindakan pemihakan (affirmative actions) untuk kaum yang membutuhkan.
Seminar yang dipandu Fadjroel Rachman itu juga menghadirkan pembicara Nono Anwar Makarim, Wali Kota Pekalongan Basyir Ahmad, Bupati Kebumen Rustriningsih, dan Rektor Universitas Paramadina Anis Baswedan. (ush)
Sumber: http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0712/21/Politikhukum/4093579.htm