7 Tahun Jembatan Gantung Tugala Oyo Rusak Parak, 8 Kades Minta BRR Alias Bangun Jembatan Permanen
Gunungsitoli (SIB)
Tujuh tahun sudah jembatan gantung sepanjang 105 meter di desa Lasara Kecamatan persiapan Tugala Oyo kondisinya rusak parah dan dikeluhkan warga setempat. Padahal jembatan gantung ini merupakan jembatan yang menghubungkan Gunungsitoli ibukota Kabupaten alias dengan empat kecamatan yaitu Mandrehe, Alasa, Hiliduho dan Lotu yang terkenal sebagai penghasil terbesar karet dan kakao di kepulauan Nias.
Aspirasi menuntut perbaikan jembatan gantung tersebut disampaikan 8 kepala desa di Kecamatan Tugala Oyo Kab. Nias kepada pihak Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) perwakilan Nias, Jumat (14/9) pada acara tatap muka dengan kepala BRR perwakilan Nias dan wakil ketua DPRD Kab. Nias Sirila Baeha dibalai pertemuan Kecamatan Persiapan Kecamatan Tugala Oyo.
Mewakili masyarakat di 8 desa, Kades Tugala Oyo, Faozaro Hulu mengemukakan, selama ini wilayah mereka sangat terisolir, sehingga sering terhambat pembangunan di berbagai sektor akibat mobilitas ke wilayah mereka tidak dapat dilintasi kendaraan roda empat.†Selama ini kami hanya bisa mengandalkan jembatan gantung untuk mengangkut hasil perkebunan dari daerah kami, namun 7 tahun terakhir ini, jembatan gantung tersebut telah rusak parah dan nyaris ambruk serta mengancam keselamatan pengguna jembatan tersebut,†ujarnya.
Faozaro Hulu mewakili masyarakat minta pihak BRR Nias dapat segara merealisasikan pembangunan jembatan permanen sungai Oyo. “Kami berharap, BRR dapat merealisasikan pembangunan jembatan gantung Oyo menjadi jembatan permanen, karena selama ini perekonomian masyarakat semakin terpuruk akibat sulitnya menjangkau daerah kami,†katanya.
Menurut dia, saat ini warga semakin kuatir untuk melintasi jembatan gantung tersebut, selain sudah termakan usia, jembatan gantung sudah mengalami kerusakan yang cukup parah. Sebagian kayu penahan sudah membusuk bahkan papan lantai jembatan sudah banyak yang patah serta beberapa batang besi pengikat sudah lepas.
Menanggapi keluhan warga tersebut, kepala BRR perwakilan Nias William P Sabandar PhD kepada wartawan menjelaskan, sejauh ini BRR baru memprioritaskan pembangunan jembatan yang berada pada level I (Diwilayah jalan propinsi) dan level II (Diwilayah yang masuk dalam jalan kabupaten strategis), sedangkan jembatan gantung Oyo masuk dalam kategori level III.
Semestinya, kata William, Pemkab Nias pro aktif mengatasi keluhan masyarakat di daerah pedesaan dan pelosok-pelosok, sebab kerusakan jembatan gantung Oyo bukan karena gempa, tapi karena termakan usia dan kurangnya perawatan dari instansi yang bersangkutan.†Selama ini jumlah jembatan yang rusak di Kab. Nias sebelum bencana sangat banyak dan hal itu tidak mungkin seluruhnya ditangani BRR, Pemkab seharusnya ikut berperan mengatasi keluhan masyarakat, khususnya yang berada di kawasan pedesaan dan pelosok-pelosok, sehingga kehadiran BRR di Kab. Nias terfokus pada program rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa 2005 lalu. Kita sangat pahami keinginan masyarakat, tapi kita pun perlu membangun dengan mempertimbangkan skala prioritas penanganan di Kab. Nias,†katanya.
Namun demikian, kata pria tamatan Doktor bidang transfortasi dari New Zealand ini, BRR akan berusaha membantu masyarakat di kecamatan Tugala Oyo dengan cara menyisipkan 1 unit jembatan Baili (semi permanen) dari 10 unit jembatan yang masih tersedia di BRR. “Kita sudah turunkan tim perencana untuk melakukan survey dan analisa tehnik pembangunan jembatan semi permanen di kecamatan Tugala Oyo,†ujar William P Sabandar. (T4/T15/y)
Sumber: SIB, 17 September 2007