Aktivis Gereja Sesalkan Sikap Pemimpin Agama Dukung Protap
* Tidak Ada SDA Yang Bisa Menghidupinya
P. Sidimpuan, WASPADA Online
Aksi demo pendukung Provinsi Tapanuli (Protap) berujung anarkis di DPRD Sumut berdampak akan munculnya konflik Suku, Agama, dan Ras (SARA). Polisi dan DPRD SU harus tegas dan jangan ikut ambisius kelompok orang yang ingin berkuasa dengan doktrinisasi dan pembodohan rakyat.
Direktur Program Yayasan Kompak, organisasi yang bergerak dibidang issu keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan (JPIC), Timbul Simanungkalit, STh, (foto) mengungkapkan hal itu kepada Waspada di Padang Sidimpuan, Selasa (1/5). “Saya sesalkan aksi itu, karena mencuatkan isu etnis dan agama dalam demo,” katanya.
Mantan Majelis Sinode Gereja GPKB Departemen Humas dan Luar Negeri itu juga menyesalkan tindakan tokoh-tokoh gereja yang secara lisan, tulisan dan fisik telah ikut mendorong terbentuknya Protap. “Saya tidak tahu landasan theologis apa yang melegitimasi mereka untuk melakukan aksi itu. Saya menyesalkan aksi itu karena hanya dimotivasi oleh sentimen kedaerahan belaka yang tidak dikaji secara matang dampak dan akuntabilitasnya,” kata Timbul.
Sebenarnya, lanjut mantan sekretaris Cabang GMKI Pematang Siantar ini, tokoh-tokoh gereja itu bertugas mengembangkan ajaran agamanya secara universal dan bukan ikut-ikutan terlibat dalam intrik politik lokal. Jika gereja mau memperjuangkan Provinsi Tapanuli, berarti gereja juga harus turut memperjuangkan semua pemekaran di Indonesia dan bahkan dunia.
Seharusnya sebelum ikut dalam proses dukung-mendukung tersebut, gereja mesti bersikap arif dan cerdas dengan cara mengkaji tujuan dari pemekaran itu sendiri. Karena bila ditinjau dari sisi ekonomi, wilayah Protap itu tidak menjamin kemakmuran. Hingga kini belum ada sumber daya alam (SDA) yang bisa menghidupi daerah tersebut.
“Jangan terlalu suka menduga-duga akan potensi alam dan wisata. Silahkan tunjukkan SDA yang mana itu ? Yang jelasnya potensi wisata di Tapanuli akan susah dikembangkan karena merupakan simbol kampung halaman (Bona Pasogit) orang-orang Batak ternama dan hebat di perantauan. Pasti tidak ada yang suka dengan wisata yang bersinggungan dengan norma adat di Bona Pasogit,” tegasnya.
Seandainya pembentukan Protap itu terealisasi, lanjutnya, sudah pasti akan menghambat ruang gerak orang-orang Batak yang cukup potensial namun bertugas di daerah otonom lain. Sehingga pada akhirnya, orang-orang Batak itu akan dilokalisasi di Provinsi Tapanuli. Sedangkan orang Batak itu cukup mobile di mana-mana.
Berbicara mengenai otonomi, Timbul Simanungkalit aktivis LSM yang sudah tidak asing lagi di kalangan tokoh-tokoh gereja ini mengatakan, jauh hari sebelumnya kewenangan itu telah diberikan pemerintah pusat kepada daerah-daerah tingkat II yang ada di wilayah Tapanuli. Nyatanya sampai saat ini masih ada yang tidak sanggup menutupi kebutuhan sendiri dan terancam degradasi, bagaimana jika nantinya Protap itu terbentuk.
Tentunya beban negara akan bertambah lagi jika Protap yang notabene ‘disusui’ APBN dijadikan sebagai daerah otonom tingkat satu yang baru. Sekali lagi Timbul menyatakan bahwa demo pendukung Protap ke DPRD Sumut sangat rentan terhadap isu SARA.
“Mengcounter isu SARA dengan tindakan SARA, ini sama halnya dengan melarang orang mencoret tembok, sementara tulisan larangan itu sendiri menggunakan cat dan menggoreskannya di dinding tersebut,” ujarnya. Timbul Simanungkalit juga berkeyakinan kuat, seandainya rencana Protap itu benar-benar disosialisasikan kepada masyarakat maka masih banyak sekali warga yang tidak setuju dengan pembentukannya. Kepada semua pihak diminta agar tidak terlalu mengikuti keinginan ambisisus sekelompok orang haus kekuasaan yang melakukan doktrinisasi dan pembodohan kepada warga.
“Pemimpin agama bertaubatlah. Anda bekerja melayani kepentingan seluruh umat manusia, bukan sekelompok orang yang haus tahta dan mammon (uang). Pemekaran Provinsi Tapanuli bukan jalan keluar satu-satunya untuk mensejahterakan rakyat tapi melakukan desakan terhadap pemerintah. Dalam hal ini legislatif Sumut yang mewakili daerah pemilihan masing-masing,” seru Timbul mengakhiri. (a20)
sumber dari : www.waspada.co.id
tanggal : 02 Mei 07 04:41 WIB
berbicara soal Pelayanan silahkan
tapi jangan Halangi keinginan untuk maju
Protap Perjuangkan.
Jangan menimbilkan atau mengeluarrkan kata2 SARA.
TUHAN PUNYA RENCANA LAIN
Saya 100% setuju dengan Bapak Simanungkalit. Jangan bawa-bawa agama ke ranah politik. Lindungi orang Batak dan Tapanuli dari rasisme, sarkastis, dan segala macam fanatisme daerah. Lindungi orang Batak dari kekejian dan kekejaman politik yang tak beretika.
Jangan buat orang Batak terpancing bunuh-bunuhan. Hidup orang Batak… celakah buat perusuh dan pembunuh. Tidak ada tempat bagi pengacau dan perusak di dunia demokrasi