Menyongsong Nias 30 Tahun Ke Depan
JAKARTA – Keterpurukan Nias (Pulau Nias, red) semakin bertambah sejak ditimpa bencana gempa-tsunami, baik pada 26 Desember 2004 maupun gempa tektonik pada 28 Maret 2005. ironisnya, proses rehabilitasi dan rekonstruksi Nias yang dilakukan oleh BRR berjalan tanpa blueprint. Kini, Bappenas telah menyetujui penyusunan blueprint Nias yang akan dibiayai oleh BRR.
“Sudah dua tahun kita memperjuangkan hal ini. Setelah gempa, Aceh mendapat prioritas penyusunan blueprint oleh Bappenas dimana Nias hanya disebut-sebut pada bagian akhirnya sebagai pelengkap tanpa penjelasan,†ungkap Bupati Nias Binahati B. Baeha saat menyampaikan paparannya dalam acara Penyampaian Pokok-Pokok Pikiran Terhadap Blueprint BRR Nias dan Pemekaran Kabupaten Nias Utara, Nias Barat dan Kota Gunungsitoli di Hotel Sahid Jakarta, Sabtu (14/04).
Acara yang dihadiri sekitar 100 orang itu dilaksanakan oleh Tim Fasilitasi Pemekaran Nias-Jakarta dan dihadiri oleh sejumlah anggota dan mantan anggota DPR RI. Mereka adalah Yasona Laoli, Idealisman Dakhi, Firman Jaya Daely dan Daniel Tanjung. Sedangkan dari pemkab Nias dihadiri oleh Wakil Ketua DPRD Arisman Harefa dan sejumlah anggota DPRD Nias, Bupati Nias Binahati B. Baeha dan jajarannya serta masyarakat Nias dari wilayah Jabodetabek.
Bupati Nias dan Wakil Ketua DPRD Nias Arisman Harefa menilai acara itu sangat penting dan strategis untuk menjaring pemikiran dari seluruh elemen masyarakat untuk penyusunan blueprint tersebut. Dia menuturkan, pada 18 April, tim Bappenas akan datang ke Nias untuk pembahasan blueprint tersebut. â€Blueprint itu akan berisikan hal-hal penting mengenai seperti apa Nias pada 30 tahun mendatang. Itu yang harus kita pikirkan dan siapkan,†ujar Bupati Niasnya.
Berdasarkan paparan Bupati Nias, ada lima pilar yang menjadi fokus blueprint tersebut. Pertama, infrastuktur, yaitu pembangunan serta peningkatan status sejumlah ruas jalan. Juga termasuk rencana pembangunan jalan lingkar Nias dan pelabuhan yang memungkinkan akses ke dalam dan luar Nias lebih banyak dan terjangkau. Bandara Binaka juga akan diperluas sehingga bisa didarati oleh pesawat besar. Kedua, pendidikan. Setelah pengiriman sejumlah mahasiswa di Universitas Gadjah Mada (UGM) akan diupayakan lagi pengiriman ke perguruan tinggi lainnya pada jurusan berbeda. Juga dipikirkan pembangunan sekolah-sekolah kejuruan yang masih langka di Nias, misalnya kejuruan kelautan.
Ketiga, kesehatan, yaitu pembangunan rumah sakit besar dan sejumlah rumah sakit pembantu dengan kemampun rawat inap. Pilar keempat, yaitu ekonomi dan sosial budaya. Salah satunya adalah upaya pelestarian budaya Nias dengan menginventarisasi seluruh fondrakö yang masih ada. Diketahui, saat ini terdapat 32 fondrakö di Nias. Sedangkan pilar kelima adalah peningkatan kelembagaan dan institusi pemerintahan.
Acara ini juga tidak lepas dari kritik peserta. Sebab, dari awal disebutkan bahwa acara ini merupakan ajang menjaring pemikiran dari masyarakat Nias untuk blueprint dan pemekaran kabupaten Nias. Tetapi dalam kenyataannya, tidak semua elemen masyarakat dihadirkan pada acara ini. â€Bagaimana kita membicarakan blueprint Nias 30 tahun ke depan sementara Nias Selatan sebagai bagian dari Pulau Nias juga tidak diikutsertakan dalam diskusi ini. Kita tidak tahu apakah mereka yang tidak datang atau panitia yang tidak mengundang mereka,†kritik beberapa peserta. Kritik yang sama juga disampaikan terkait topik pemekaran. Peserta mengkritisi ketidakhadiran tokoh-tokoh representasi masyarakat Gunung Sitoli.
Kritik lainnya disampaikan anggota Komnas Perlindungan Anak wilayah Banten Era Era Hia terkait paparan Bupati Nias. â€Memikirkan Nias 30 tahun ke depan tanpa perhatian serius pada pembangunan anak tidak akan berhasil dengan baik,†ungkap salah satu kandidat anggota Komnas Perlindungan Anak pusat tersebut.
Siasati Pasca BRR
Sementara itu, anggota dewan pengarah BRR-Nias Arkian Zebua mengatakan perlu disiasati mengenai apa yang harus dilakukan pasca BRR 2009. â€Sebab setelah April 2009, masalah RR akan diserahkan kepada pemerintah daerah,†jelasnya. Dia mengatakan penyiasatan itu sangat penting karena keberadaan BRR-Nias sangat tergantung pada keberadaan BRR-Aceh. Dia menjelaskan, saat ini Aceh sedang bersiap-siap untuk berdiri sendiri tanpa tergantung pada pemerintah pusat dalam pelaksanaan RR-nya.
Menurut Arkian, Nias membutuhkan dana sekitar Rp 10 triliun sementara dana yang tersedia sejauh ini hanya sekitar Rp 4 triliun. â€Jadi, dana itu tidak akan meng-cover hingga 50% RR Nias. Karena itu perlu disiasati dengan baik, salah satunya dengan membuat blueprint,†tandasnya. (tr2)
Ya’ahowu
Suatu perencanaan pembangunan yang dilakukan tanpa blue print yang tepat dan jelas akan menyebabkan pembangunan yang dilakukan menjadi kehilangan arah dan fokus. Hal tersebut akan mengakibatkan dampak pembangunan tidak dapat dirasakan oleh masyarakat.
Saya sangat menghargai pilar yang menjadi fokus pembangunan. Harapan saya, blue print pembangunan fisik di Nias, juga disinergikan dengan capacity building terhadap sumber daya manusia melalui pemberdayaan manusianya, terutama yang terkait dengan maintenance (pemeliharaan) fasilitas fisik yang sudah dibangun.
Saohagolo
Ya’ahowu!
Salam hangat kepada semua pembaca Situs Yaahowu. Sebagai orang yang setiap hari bergelut dan menjadi bagian dari proses rekonstruksi Nias dan Nias Selatan yang lebih baik, Saya sangat terhibur membaca berita mengenai pertemuan di Jakarta guna menjaring pikiran menngenai blueprint dan pemekaran wilayah Nias. Saya juga sangat bangga, karena terobosan untuk menyatukan pendapat masyarakat Nias itu dilakukan oleh pimpinan daerah Nias, yaitu Bupati dan jajarannya.
Pembangunan Nias dan Nias Selatan yang lebih baik, tidak bisa lain, harus oleh masyarakat Nias dan Nias Selatan sendiri. Karena itu, daripada menunggu konsep dan pandangan dari Bappenas atau pihak lainnya, memang sangat baik jika Pak Bupati (dan akan lebih baik lagi melibatkan pimpinan daerah Nias Selatan) yang menjadi motornya.
Ini adalah awal yang baik untuk menyatukan potensi masyarakat Nias di mana pun berada untuk peduli dengan pembangunan jangka panjang di Nias dan Nias Selatan.
Menurut hemat saya pribadi, melalui upaya-upaya seperti ini, bukan hanya dapat terus mempertahankan momentum pembangunan yang ada saat ini di Nias dan Nias Selatan, tetapi sekaligus mendorong refleksi nyata atas keterlibatan dan tanggung jawab sebagai bagian dari masyarakat Nias dan Nias Selatan, terhadap proses pembangunan menuju Nias dan Nias Selatan yang lebih baik.
Salam,
Migo
Saya kecewa membaca blue print 30 tahun ke depan di bidang ekonomi, sosial & budaya. Kok hanya inventaris fondrakö saja? Itu tak perlu makan waktu 30 tahun. Lalu visi apa sebagai pemimpin Nias tentang produk unggulan yang bisa memajukan Nias? Pertaniankah? Bagaimana cara penjualannya? Ah…. sedih hatiku. ….. Lalu apa yang ingin dicapai secara konkret pada pilar peningkatan kelembagaan dan institusi pemerintahan? Pengurangan tingkat korupsi sampai setengahnya-kah? Pemangkasan proses birokrasi, kah? Semoga sebenarnya bupati kita terhormat punya visi, cuma tak tertuliskan di artikel di atas. Kalau ada yang punya/hadir di acara itu, apakah mau membagi info di sini?
Yaahowu…
Sdra[i] autha, thanks atas tanggapannya.
Saya memahami kekecewaan Anda. Cuma, saya pikir tidak perlu terlalu merasa kecewa. Sebab, di tulisan di atas disebutkan bahwa inventarisasi fondrako tersebut, hanyalah “salah satu” dari sekian banyak yang dipaparkan.
Tentu saja, karena dalam bentuk berita dan akan membutuhkan space yang besar sekali, rincian paparan itu dicukil saja dengan mengambil salah penjelasan sebagai salah satu contoh. Kebetulan contoh yang dicukil tersebut adalah tentang fondrako.
tks.