Dr. Hekinus Manaö: Sangat Minimal, Keuntungan Nias Bergabung Dengan Bakal Provinsi Tapanuli
Fakta membuktikan bahwa sebagian besar dari provinsi/kabupaten baru hasil pemekaran tidak berkorelasi langsung pada peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah. Demikian diungkapkan oleh Dr. Hekinus Manaö, Ak. M.Acc., Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Departemen Keuangan, dalam sebuah percakapan dengan Situs Yaahowu pada akhir Desember 2006 lalu.
“Hanya sedikit dari provinsi/kabupaten baru, seperti Gorontalo, yang membuktikan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerahnya setelah pemekaran. Yang lain-lain baru sekedar mencapai kepuasan di bidang politik dan peningkatan kesejahteraan para aparaturnya. Sementara dari segi ekonomi belum mencapai apa-apa,” ungkap Hekinus.
Ditanya pendapatnya mengenai keuntungan yang akan diperoleh Nias(Kabupaten Nias dan Nisel) apabila bergabung dengan “bakal” Provinsi Tapanuli (Protap), Hekinus mengatakan hampir tidak ada, dengan mengemukakan tiga alasan. Pertama, dari sisi peningkatan kesejahteraan, pemekaran daerah (baik Kabupaten maupun Provinsi) ternyata tidak secara langsung menyentuh peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kedua, dari segi koordinasi, Nias lebih “dekat” ke Medan dari pada ke calon ibu kota bakal Protap (dalam hal ini Siborongborong). Ketiga, manfaat langsung bagi Nias hampir tidak ada. “Paling – paling, sejumlah putra Nias akan menduduki posisi tertentu di bakal Protap. Tetapi hal ini tidak serta merta membawa pengaruh positif bagi masyarakat Nias,” Hekinus menjelaskan.
“Kalau Provinsi Tapanuli jadi dibentuk, maka tambahan ‘kue’ anggaran pembangunan dari Pusat pertama-tama akan terkonsentrasi untuk pengembangan berbagai sarana Provinsi: pembentukan lembaga-lembaga dan pembangunan sarana-sarana fisik di ibu kota provinsi yang baru. Nias kebagian apa dari sana ?,” tandas Hekinus.
Mengenai kelayakan ekonomis Protap, Hekinus menjawab secara diplomastis. “Usulan pembentukan Protap sah-sah saja. Akan tetapi sampai saat ini daerah-daerah lain yang jauh lebih potensial dan kini menjadi Provinsi tidak mampu membuktikan bahwa mereka bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat”.
Atas dasar itulah, Hekinus mengatakan pilihan terbaik bagi Nias saat ini adalah tetap di Provinsi Sumatera Utara, walau secara georafis Nias seyogianya bergabung dengan bakal Protap. “Dari segi geografis, Nias memang seperti di-“fait accompli“, Nias terpojok secara geografis. Namun, apabila diberi alternatif, menetap di Provinsi Sumut merupakan pilihan terbaik saat ini, karena secara ekonomis, Nias tidak akan mendapat banyak keuntungan apabila bergabung dengan bakal Provinsi Tapanuli”.
Ketika disinggung tentang dukungan dan pernyataan resmi yang telah disampaikan oleh DPRD Nisel untuk ikut bergabung dalam bakal Protap, Hekinus mengatakan bawa DPRD Nisel baru belajar bagaimana berbuat dan mengambil keputusan. Hekinus berharap semoga keputusan itu benar-benar diambil demi kepentingan masyarakat Nisel dan bukan hanya sekedar ikut-ikutan apalagi kalau hanya ingin mengambil kesempatan dalam proses itu.
Selanjutnya mengenai proses Rekonstruksi dan Rehabilitasi yang kini sedang berlangsung di Nias, menurut Hekinus, tidak akan terpengaruh oleh ikut tidaknya Kabupaten Nias dan Nias Selatan bergabung dengan Protap. “Bergabung tidaknya Nias dengan Provinsi Tapanuli tidak mempengaruhi program Rekonstruksi dan Rehabilitasi karena program ini adalah program Pemerintah Pusat yang diatur dalam Undang-Undang melalui Perpu No. 2. Yang menjadi pertanyaan utama sebenarnya adalah apakah Nias akan meraup keuntungan ekonomis dengan bergabung dengan bakal Provinsi Tapanuli. Dan menurut saya, itu sangat minimal,” tegasnya.
Tentang nama “Tapanuli” sebagai Provinsi yang sedang digagas, Hekinus mengatakan bahwa wilayah Tapanuli sudah jelas batas-batasnya, dan Nias tidak temasuk di dalamnya. “Oleh sebab itu, apabila Nias mau diajak bergabung, nama itu sebaiknya dimodifikasi sehingga mencerminkan keterlibatan daerah – daerah yang ikut di dalamnya”.
Apabila tidak ada pilihan lain dan Nias terpaksa bergabung dengan bakal Protap, Hekinus menyampaikan pesan kepada DPRD dan Pemda di kedua Kabupaten agar sungguh- sungguh memperjuangkan agar Sibolga menjadi ibu kota bakal Provinsi baru itu. “Kalau Siborongorong yang menjadi Ibu kota, maka jelaslah Provinsi baru itu hanya mementingkan daerah Tapanuli dan sama sekali tidak memperhatikan kepentingan kedua Kabupaten di Nias,” kata Hekinus mengakhiri percakapan.(brk) [Foto: Situs Apik]
Pak Hekinus, kita harus konsisten dong. Sekali tidak, tetap tidak bergabung dengan balon Protap! Kok masih tawar-menawar lagi tentang Ziboga? Justru kita harus merintis mulai dari sekarang… Provinsi Tano Niha.
Saya setuju dengan pak Hekinus, oleh karena itu tidak perlu bergabung dengan Propinsi Tapanuli. Tetap di Propinsi Sumatera Utara, menurut saya jauh lebih baik.
Komentar saya atas Pak Hekinus :
1. Setuju komentar Saudara Saroziduhu Humendru
2. Kita tegakkan cara berpikir hati nurani-intelektual- rasional
3. Dalam masalah ini mari kita hindari cara berpikir diplomasi-intelektual-politik
Saohagolo
Piet
Saya sangat setuju dengan Pak Hekinus, karena dari sisi ekonomi, Nias sama sekali tidak diuntungkan. Justru saat ini Nias menjadi penentu “permainan”. Kenapa? Karena akan sangat sulit bagi Protap menjadi provinsi kalau Nias tidak mau bergabung karena secara geografis Nias dekat dengan Tapanuli. Hal ini saya pikir sebagai peluang bagi Nias untuk melobi provinsi Sumut yakni meminta kompensasi agar Nias tetap di bawah Sumut tetapi alokasi dana pembangunan Nias dari APBD Sumut harus di perbesar. Jika dapat dana lebih besar dari Sumut, hasilnya jauh lebih baik daripada ikut-ikutan Provinsi Tapanuli. Tapanuli pada awal pemerintahannya jelas masih kosentrasi mengurus pembangunan infrastruktur pemerintahan provinsi sehingga Nias bisa ketinggalan. Semoga para pemimpin kita di Nias bisa berpikir seperti Pak Hekinus.
Saohagolo