Ini Dia 7 Pedoman Memilih Presiden Menurut PGI

Thursday, June 12, 2014
By susuwongi

Pesan Pastoral PGI | pgi.or.id

Pesan Pastoral PGI | pgi.or.id

NIASONLINE, JAKARTA – Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menerbitkan pesan pastoral bagi umat Kristiani yang akan memilih pada Pilpres 2014. Pesan pastoral yang terbit pada Rabu, 11 Juni 2014 itu ditandatangani oleh Ketua Umum PGI Pdt. Dr. A.A. Yewangoe dan Sekretaris Umum Pdt. Gomar Gultom.

Pesan itu sendiri telah disampaikan secara resmi pada 9 Juni 2014. Namun, baru pada Rabu (11/6/2014) diperbanyak dan dikirimkan ke seluruh gereja anggota PGI untuk dibacakan di mimbar-mimbar gereja dan disebarluaskan melalui warta jemaat.

Dalam pesannya, PGI mengawali dengan imbauan agar umat Kristiani menggunakan hak pilihnya pada Pilpres pada Rabu, 9 Juli 2014.

“Dalam Pilpres yang akan berlangsung pada Rabu, 9 Juli 2014 nanti, kita akan memilih siapa yang akan menjadi nakhoda bangsa ini 5 (lima) tahun ke depan. Karena itu, gunakan hak pilih Anda sebagai bentuk tanggung jawab iman percaya Anda. Dengan memilih, Anda bisa menentukan orang yang tepat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden,” jelas Pdt. Yewangoe.

Selanjutnya, PGI juga dengan tegas mengingatkan umat Kristiani agar tidak terjebak pada permainan politik uang dalam memberikan pilihannya. Menurut PGI, untuk menentukan siapa yang akan dipilih, Pemilu tidak semata-mata soal hasil. Melainkan sangat ditentukan oleh proses. Proses yang baik akan menentukan hasil yang baik pula.

Terlalu terfokus pada hasil seringkali tanpa disadari menjerumuskan pemilih kepada partisipasi politik yang pragmatis dan transaksional. Pengalaman pada Pemilihan Umum Legislatif, 9 April lalu, menunjukan bahwa politik transaksional dalam bentuk politik uang merajalela dimana-mana! Bahkan ada warga gereja dan gereja sendiri ikut-ikutan terlibat di dalamnya.

“Kita perlu memaknai kembali substansi partisipasi gereja dalam kerangka memperkuat integritas proses dan kualitas hasil Pemilu itu sendiri. Jangan lagi terlibat dalam politik uang! Politik uang merupakan pembodohan rakyat dan merusak substansi demokrasi kita,” tegas dia.

Dia merujuk pada 1 Timotius 6:10 yang menegaskan bahwa “… akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman …” Begitu juga dalam Kitab Keluaran 23:8 ditegaskan bahwa “Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar.” (Lihat juga Ulangan 16:19). “Dengan demikian, politik uang adalah dosa,’ tandas dia.

PGI juga memberikan kriteria pemimpin yang baik yang layak dipilih. Untuk hal ini, dia mengawali dengan penjelasan bahwa keterlibatan dalam memilih berarti sedang menjalankan manda ilahi untuk melahirkan pemimpin yang baik dan bertanggungjawab.

Adapun kriteria pemimpin yang baik tersebut, merujuk pada Kitab Keluaran 18:21 yang mengatakan, bahwa mereka yang layak dipilih sebagai pemimpin haruslah “orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap.” Juga dalam kitab Kisah Para Rasul 6:3 “… pilihlah tujuh orang di antara kamu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat …”.

“Dua pesan Alkitab ini kiranya bisa menuntun kita untuk menentukan pilihan dalam Pilpres, demi menghasilkan pemimpin bangsa yang baik dan bertanggungjawab bagi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia,” papar dia.

Pedoman Memilih

Di bagian akhir pesan pastoralnya, PGI memberikan 7 pedoman memilih bagi warga gereja. Yakni,

1. Pelajarilah dan cermatilah visi dan misi pasangan calon sebelum anda menentukan pilihan. Sebab visi dan misi inilah yang akan menjadi kerangka kerja dan program pasangan calon jika terpilih. Berikan penilaian dan kritisi apakah visi dan misi itu dapat dilakukan atau hanya sekedar “mimpi” untuk mempengaruhi suara hati Anda. Bandingkan juga visi dan misi tersebut dengan “idiologi” masing-masing partai pendukung. Hal ini penting agar kita bisa mengukur derajat kesungguhan bangunan koalisi partai pengusung dan tidak terjebak memilih “kucing dalam karung.”

2. Pemimpin yang baik biasanya lahir melalui sebuah proses yang baik dan alamiah. Proses inilah yang kami yakini membentuk karakter dan sedikit banyak akan mempengaruhi kinerja kepemimpinannya. Proses yang baik akan menentukan orientasi kepemimpinan, apakah berorientasi “kekuasaan” atau “kepentingan rakyat.” Olehnya, pelajari jugalah rekam jejak para calon, apakah mereka memang selama ini berjuang demi rakyat dan sungguh-sungguh
menghargai harkat dan martabat manusia.

3. Pasangan calon dipilih dalam satu paket mesti saling melengkapi sebagai Calon Presiden dan calon Wakil Presiden. Nilailah dan cermatilah, apakah pasangan itu memang betul-betul pasangan yang harmonis dan bisa saling melengkapi dalam tugas dan pekerjaannya atau tidak! Sejauh mana Calon Wakil Presiden bisa bekerjasama, mendukung dan melengkapi Calon Presiden. Sebab jika pasangan calon tidak kompak, tidak harmonis, tidak saling mendukung, maka sudah pasti proses pemerintahan akan mengalami hambatan dan rakyat akan merasakan akibatnya.

4. Pasangan calon diusung oleh gabungan partai politik. Hal ini jangan hanya dimaknai sebagai sebuah syarat keikutsertaan dalam Pilpres semata, sebab partai pendukung memiliki peran yang penting, sehingga akan mempengaruhi proses kepemimpinan ke depan. Maka cermatilah “idiologi” apa yang ada di balik partai-partai pengusung, rekam jejak mereka di masa lalu, kelompok organisasi sayap pendukung apa yang ada di dalamnya, siapa saja tokoh utama yang berpengaruh terhadap partai tersebut, apakah partai-partai itu bersih dan tidak terlibat korupsi. Hal-hal ini penting agar jangan sampai pasangan calon terpilih disandera atau dipengaruhi oleh partai-partai tersebut dalam menjalankan pemerintahan.

Perhatikan juga apakah bangunan koalisi partai itu bersifat transaksional atau memang sungguh-sungguh untuk kepentingan kesejahteraan rakyat. Manakah partai koalisi itu yang tidak secara jelas menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, melainkan ideologi lain. Bagaimana komitmen partai-partai pendukung tersebut terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia.

5. Waspadai Kampanye Jahat (bad campaign) yang hanya bertujuan menjelek-jelekkan calon tertentu dan memuji calon yang lain. Model kampanye yang menyinggung isu SARA sudah pasti mencederai demokrasi dalam pemilu dan merusak bangunan kebangsaan kita. Jangan memilih berdasarkan SARA. Jangan terpengaruh dan terprovokasi serta ikut serta melakukannya. Pemilu harus menjadi ajang bagi kita untuk memilih pemimpin yang mampu menjaga tegaknya NKRI
berdasarkan Pancasila dan UUD 45.

6. Untuk memastikan proses dan hasil Pemilu baik dan berintegritas, maka kami menganjurkan warga gereja untuk terlibat aktif dalam pengawasan Pemilu. Laporkan pelanggaran kepada pihak yang berwajib, termasuk para pelaku kampanye jahat. Peliharalah kedamaian agar proses pemilu ini dapat berlangsung secara tertib dan aman.

7. Sebagai institusi, Gereja tidak dalam posisi mendukung atau menolak salah satu Pasangan Calon. Gereja tidak berpolitik praktis. Politik gereja adalah politik moral, bukan politik dukung-mendukung. Janganlah jadikan gereja sebagai arena kampanye untuk pemenangan salah satu pasangan calon, agar tidak menimbulkan konflik di antara jemaat dan memicu hal-hal yang tidak kita inginkan bersama. Gereja harus tetap suci, dan tidak boleh dikotori oleh kepentingan-kepentingan politik tertentu!

Lebih lengkap mengenai Pesan Pastoral PGI tersebut, bisa dilihat di sini: www.pgi.or.id (en)

3 Responses to “Ini Dia 7 Pedoman Memilih Presiden Menurut PGI”

Leave a Reply

Kalender Berita

June 2014
M T W T F S S
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
30