Anggota DPR RI Arisman Zagõtõ Minta Buku Kepahlawanan Kota Sibolga Sebut Warga Nias Budak Ditarik untuk atau Dimusnahkan

Friday, March 13, 2009
By nias

Medan – Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai Damai Sejahtera Arisman Zagõtõ meminta buku Inventarisasi dan Pelestarian Nilai-nilai Kejuangan/ Kepahlawanan Kota Sibolga dicabut ditarik dari peredaran untuk direvisi dan buku awalnya dimusnahkan. Menyusul itu, ujar anggota legislatif yang membidangi Pendidikan, Kepariwisataan dan Kebudayaan minta penyusunnya mengklarifikasi dari mana dikutip sumber yang menceritakan orang Nias guna ditelusuri niat penyusunan buku yang dinilai ceroboh. “Kalau memang tidak berniat denotatif, orang Nias pasti memakluminya. Bila tidak, kami orang Nias ingin ada klarifikasi positif biar masalahnya tidak berkembang dan menyimpang,” tandas Arisman Zagõtõ yang dihubungi di Medan, Rabu (11/3).

Menurut Arisman Zagõtõ , buku yang diterbitkan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Pemko Sibolga dimaksudkan untuk mengetuktularkan hal-hal positif bagi generasi muda terkait Sibolga, tapi jangan justru mendiskreditkan satu puak yang telah berperan positif dalam pembangunan Sibolga. Arisman Zagoto mengatakan, buku 136 halaman dengan omslag wajah Kota Sibolga di halaman 24 termuat kalimat yang menyayat hati dan melecehkan etnis Nias. “Di sana dijelaskan, tahun 1766 Inggris membawa 54 orang budak melalui Pulau Poncan Ketek dan para budak itu berasal dari Afrika dan Nias… Itu tidak benar, itu halusinasi dan penafsiran dangkal” kata Arisman Zagoto sambil mengatakan kenyataan yang sahih dan benar adalah Inggris membawa budak dari Afrika dan singgah di Nias untuk melapor pada Belanda karena di Nias ada pos Belanda yang mengontrol pembangunan di wilayah pantai bagian barat Sumatera.

Arisman Zagõtõ mengatakan, tidak mungkin warga Nias jadi budak ke Sibolga karena orang Nias justru jadi pemikir dan pekerja klasifikasi ahli saat Inggris membangun Benteng Malborgh di Jambi. Saat membangun benteng itu, Inggris meminta tenaga kerja terampil dari Nias. “Buktinya, di Benteng Malborg Jambi ada ruang Tuanku Nias yang dibangun sebagai ucapan terima kasih Inggris karena pekerja Nias berandil signifikan hingga benteng berdiri,” tandas Arisman Zagõtõ sambil menegaskan buku Inventarisasi dan Pelestarian Nilai-nilai Kejuangan/Kepahlawanan Kota Sibolga seperti memercik permusuhan hingga membuat suasana inkondusif.

Arisman Zagõtõ mengatakan, dari sisi kebudayaan, di Nias ada 3 klasifikasi warga yakni kelompok Si’rulu atau Belugu yakni kelompok bangsawan, kelompok Si’ila yakni kelompok cendikiawan dan pemikir dan kelompok Sato yakni kaum kelompok kebanyakan. “Tak ada struktur budak di Nias,” tandasnya.

Arisman Zagõtõ yang Wakil Sekretaris Fraksi Partai Damai Sejahtera dan kini calon anggota legislatif (caleg) DPR RI dari daerah pemilihan Sumut 2 dari PDS dinomor urut 2 itu mengatakan, pihak sebagai warga Nias dan anggota legislatif meminta komisi 3 DPRD Sibolga memanggil pihak penyusun guna klarifikasi dan berharap mencabut buku tersebut untuk tidak menambah kondisi tak enak yang saat ini tercipta pasca perilisan buku dimaksud. “Saya juga minta warga Nias jangan terpancing emosi dengan kekurangcermatan penyusunan buku Inventarisasi dan Pelestarian Nilai-nilai Kejuangan/ Kepahlawanan Kota Sibolga yang di bagiannya menyakiti warga Nias,” tandasnya sambil mengatakan betapapun tersinggung karena merasa dilecehkan warga Nias tetap harus menjaga kekondusifan apalagi menjelang pemilihan umum. (SIB – www.hariansib.com – 13/3/2009)

5 Responses to “Anggota DPR RI Arisman Zagõtõ Minta Buku Kepahlawanan Kota Sibolga Sebut Warga Nias Budak Ditarik untuk atau Dimusnahkan”

  1. Bang Arisman, budak yang dimaksud boleh jadi bukan ‘orang Nias’ melainkan ‘orang Batak’. Waktu itu di ‘slaves trade’ budak disebut ‘Orang Nihe’ hingga terkesan mereka orang Nias. Tahun 1964 Mangaradja Onggang Parlindungan menulis buku “Pongkinangolngolan Sinambela Gelar Tuanku Rao”. Berikut ini kutipannya (masih ejaan lama).

    “… Slaves sangat paju di tepi Teluk Siboga, terutama dibeli oleh aneka/warna seafaring people. Didjadikan awak-kapal jang paling murah. Oleh seafaring foreigners itu, Batak Slaves semuanja sadja disebutkan “Orang2 Nihe” (=Orang2 Nias). Pemerintah Koloniaal Inggris paling banyak membeli Batak slaves, jang menjadi plantation coolies sampai di Kepulauan Seychelles, antara India dan Madagaskar. Udjung Karang (= Padang) semula populated oleh Pemerintah Koloniaal Inggris, dengan Batak slaves. Hingga ini hari, di Padang masih ada sedjumlah kampung2 jang penduduknya 100% seluruhnya Orang2 Nihe. Semuanya masih tau mereka punja nama2 marga, jang bukannja ex Nias akan tetapi ex Humbang, Toba, dan Silindung…” (hlm. 465-466).

    Laso Telaumbanua

    #5339
  2. Ama Warisa

    Kenyataan yang sahih dan benar adalah Inggris membawa budak dari Afrika dan singgah di Nias untuk melapor pada Belanda karena di Nias ada pos Belanda yang mengontrol pembangunan di wilayah pantai bagian barat Sumatera. Sumber pernyataan Bapak darimana Pak Arisman? Budak emang gak ada dlm kosakata bahasa Nias, yg dikenal neeh… ‘sawuyu’.

    #5404
  3. Akbar Zega

    SIB : “Kalau memang tidak berniat denotatif, orang Nias pasti memakluminya. Bila tidak, kami orang Nias ingin ada klarifikasi positif biar masalahnya tidak berkembang dan menyimpang,” tandas Arisman Zagõtõ yang dihubungi di Medan, Rabu (11/3). Komen Bapak itu kiranya setelah baca buku tsb. Denotatif a konotatif Pak? Denotatif ada kt punya istila sawuyu, harakana, binu sauri, binu solili. Konotatif artinya ingin timbulkan kesan yg nada melecehkan “orang Nias = etnis sawuyu” : apa benar ini perlu klarifikasi ke orang Sibolga.

    #5430
  4. ferdinand

    Makasih untuk Pak Arisman atas inisiatif dan tindakan tegas dalam pemusnahan buku tersebut, namun dari cobalah kita merevisinya agar tidak ada kesalahpahanan dari masyarakat orang Nias. Trim’s

    #5526
  5. kebenaran harus di perjuangkan …!!
    support me on kampanye damai pemilu indonesia 2009

    #5851

Leave a Reply

Kalender Berita

March 2009
M T W T F S S
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
3031