Membangun Pulau Nias: Mimpi Yang Menjadi Kenyataan (1)
Oleh Etis Nehe
Menjelang petang pada 11 Januari 2008, saya mendapat forward email dari Pemimpin Redaktur Investor Daily untuk meliput kegiatan rombongan Pendiri Yayasan Pendidikan Pelita Harapan James T Riady. Surprised. Sejujurnya, terutama bukan karena rombongan siapa yang saya liput, tetapi karena ini terkait daerah tercinta, Pulau Nias. Ada momentum untuk meliputnya – tentu saja karena ada kesempatan sekalian pulang kampung. Tetapi, yang membuat hati saya senang bukan main adalah, tujuan rombongan YPPH tersebut datang ke Pulau Nias.
Saya sempat bertanya-tanya, ada apa James pergi ke Nias. Emangnya ada bisnis apa disana yang akan digarap putra pebisnis bertangan dingin, Mochtar Riady tersebut. Jujur, dalam hati saya merasa ragu bahwa saat ini di Pulau Nias ada sesuatu yang akan dijadikannya ‘garapan’.Â
Ternyata, dan inilah yang membuat saya sangat bersyukur kepada Tuhan, dia datang sebagai Pendiri YPPH untuk meresmikan sarana yang merupakan wujud dari apa yang disebutnya ‘ambil bagian’ membangun kembali Nias dan masa depan generasinya. Yaitu, Sekolah Lentera Harapan (SLH) pertama di Nias. SLH Nias bersaudara kandung dengan Universitas Pelita Harapan (UPH), Sekolah Pelita Harapan (SPH) dan Sekolah Dian Harapan (SDH).
Bahkan, ketika tahu bahwa tujuan mereka ke Nias untuk meresmikan SLH, saya masih tidak percaya. Mengapa? Kehadiran SLH di Nias, bagi saya, adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Jawaban atas doa yang selama ini terserak dipojok kerapuhan keyakinan karena kabut pesimisme bahwa Pulau Nias akan masuk dalam ‘radar’ YPPH.
Sebab, kadang-kadang saya merasa, sepertinya bagi banyak orang luar, apalagi untuk berbisnis, Nias itu ‘tidak punya sesuatu’ untuk diperhitungkan. Saya lebih kaget lagi ketika mendengar, bahwa SLH di perbukitan menghadap laut di Desa Afia tersebut hanyalah embrio untuk rencana yang lebih besar lainnya. Setidaknya, info yang saya dapat, akan dibangun dua SLH lagi. Doakan.
Memang, selama ini banyak bantuan diberikan di Pulau Nias. Tetapi lebih banyak dalam bentuk bantuan fisik dan tanpa fokus yang integratif dengan perencanaan sistematis serta penyiapan sumber daya manusia berkualitas.
Tidak hendak membesar-besarkan. YPPH telah teruji komitmennya, baik dari program dan integritas para pengelolanya untk menjadi bagian penting pembangunan pendidikan di negeri yang anggaran pembangunan pendidikannya setiap tahun tersebut menjadi bahan bakar pertarungan politik di Senayan.
SLH Nias adalah ke-18 dari total 1000 yang direncanakan dibangun di seluruh Indonesia. YPPH juga sering menginduksemangi sekolah-sekolah yang sudah ‘kepayahan’ dari sisi manajemen mutu maupun operasionalnya. Setelah kerjasama penguatan selama periode tertentu, sekolah tadi dilepas lagi untuk mandiri.
Entah apa yang ada dibenak para birokrat Pemda Nias tersebut ketika mengetahui James T Riady, pebisnis kelas dunia tersebut akan datang ke Nias. Mudah-mudahan tidak karena melihatnya sebagai sosok ‘orang berduit.’ Tetapi, sejak mendarat di Bandara Binaka, James dan rombongannya disambut dengan spanduk, dan tentu saja, Bupati dan istrinya. Plus petugas satpol PP, mobil patroli dan bus jemputan yang akan menyertai perjalanan selama dua hari di Gunungsitoli.
Di Pendopo, rombongan disambut seluruh pejabat Muspida, para pegawai, anak-anak sekolah yang dinaungi tiga tenda besar.Di Pendopo, penyambutan dibuka dengan tarian ‘Pemberian Sekapur Sirih’ dari sanggar SMUN 1 Gunungsitoli. Tidak ketinggalan tarian perang, Faluaya, di Lapangan Merdeka yang diakhiri dengan atraksi hombo batu (lompat batu) oleh tiga pelompat yang didatangkan secara khusus dari Desa Bawomataluo, Teluk Dalam, Nias Selatan.
James sendiri merasa ‘kaget’ dengan sambutan luar biasa tersebut. Yang unik adalah, responsnya atas penyambutan itu seraya berterimakasih. “Kami berterima kasih atas sambutan hangat yang tak terduga ini. Kami juga menyampaikan bahwa sambutan itu melebihi yang pantas kami terima,†ujar dia. Sekedar selingan. Sebelumnya, saat makan malam di Hotel Aryaduta Medan, James dengan tegas berkata kepada panitia bahwa seluruh acara di Nias harus ‘no formality.’ Tapi, tentu saja, dalam tata cara sosial masyakat Nias, menyambut tamu adalah hal yang sangat penting dan terhormat.