Dua Terpidana Mati “Bayur Berdarah” Kabur ke Luar Negeri
Padang, (Analisa)
Toroni Hia (28), Irwan Sadawa Hia (25), terpidana mati kasus perampokan dan pembunuhan di Bayur, Kabupaten Agam dikenal “Bayur Berdarah”, yang kabur dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Muaro Padang, Sumbar, pada Selasa (9/10) sekitar pukul 03.00 WIB hingga 06.00 WIB, diindikasikan lari ke luar negeri.
“Hasil pemeriksaan orang tua angkat dan teman napi terpidana mati itu, diperoleh keterangan bahwa mereka berupaya kabur ke luar negeri,” kata Kepala Devisi Pemasyarakatan Kanwil Depkum dan HAM Wilayah Sumbar, Budi Sulaksana, di Padang, Selasa (23/10).
Para napi lainnya yang kabur bersama dua terpidana mati kasus “Bayur berdarah” itu, Dodi Marsal (40), kasus pembunuhan dengan cara membakar tubuh korban, Fendi Markus (27), Khairul Firman (32), serta Hendra Sabelue (22), hingga kini masih dalam pengejaran polisi.
Budi menyatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dan menyebarkan photo-photonya para napi tersebut ke kantor keimigrasian di wilayah perbatasan, di antaranya Provinsi Riau, Kepri, Batam, Sumatera Utara, dan Jambi serta Sumatera Selatan.
Upaya itu, guna mencegah para napi kabur ke luar negeri dan pencarian di wilayah Sumbar terus dilakukan dan telah dibentuk tim khusus bersama aparat kepolisian.
Sebelumnya Kapolda Sumbar, Polda Sumbar, Brigjen Pol Drs Utjin Sudiana, menyatakan terus berupaya menangkap para napi yang masih termasuk daftar pencarian orang (DPO).
Polda Sumbar menurunkan dua tim dengan 18 petugas guna mempercepat perburuan enam napi LP tiga di antaranya divonis hukuman mati.
“Kami juga sudah meminta bantuan petugas ke Mabes Polri agar perburuan enam napi kabur yang meresahkan masyarakat itu bisa segera ditangkap,” kata Kapolda Sumbar.
Ke enam narapidana itu melarikan diri sekitar pukul 03.00 WIB hingga 06.00 WIB dengan cara menggergaji teralis langit-langit blok penjara.
Setelah keluar blok penjara, keenam terpidana dengan menggunakan beberapa kain sarung yang diikat meloncat ke luar tembok LP melalui pos jaga II. Petugas jaga LP baru mengetahui pelarian tersebut, Selasa pagi.
Menurut Utjin, para napi itu diduga dominan bersembunyi pada daerah kelahiran mereka yakni di Nias, Kepulauan Riau, Medan dan Palembang.
“Kami terus berupaya keras untuk kembali menangkap mereka. Jika para napi sudah ditemukan aparat namun bersikap melawan dan membahayakan orang lain, aparat kepolisian bisa melakukan tembak di tempat,” katanya.
Berdasarkan perkembangan terakhir, tim dikirim ke Pulau Nias dan sejumlah daerah yang diduga tempat pelarian yang cukup bagus bagi napi, belum memberikan laporan. (Ant)
Sumber: Analisa, 24 Oktober 2007