ADB: Yang Kaya Makin Kaya, Yang Miskin Makin Miskin
Beijing – Golongan orang kaya makin cepat kaya, namun sebaliknya orang miskin terus terpuruk di Asia. Jika hal ini dibiarkan, maka akan mangganggu proses pertumbuhan di Asia. Demikian Laporan Key Indicators 2007 yang dirilis Asian Development Bank (ADB), Rabu (8/8/2007).
Laporan itu menyebutkan meski angka kemiskinan berkurang, namun kaum miskin relatif telat berkembang dibanding orang kaya.
Kesenjangan ini terjadi secara merata di seluruh benua Asia. Ketimpangan ini dihitung berdasarkan koefesien Gini oleh ADB.
Koefesien Gini adalah metode mengukur ketimpangan dalam satu masyarakat yang dikembangkan Corrado Gini, ahli statistik Italia.
Koefesien Gini di beberapa negara angkanya terus membesar. Misalnya di Bangladesh, Kamboja, Cina, Laos, Nepal dan Srilanka pada tahun 1990-2000.
Di Cina angka koefesien Gini mencapai 47 di tahun 2004 hampir sama dengan negara di Amerika Latin. “Di kawasan berkembang seperti Asia, pendapatan rendah yang diterima orang miskin mencerminkan adanya kelemahan dalam pola pertumbuhan. Ketimpangan ini bisa melemahkan ikatan sosial,” ujar Chief Economist ADB Ifzal Ali dalam laporan tersebut.
Dia mencontohkan di Nepal, negara yang ketimpangannya paling tinggi selama 10 tahun terakhir, minimnya kesempatan dalam ekonomi disebabkan karena kekerasan politik.
Laporan menyebutkan bila kemakmuran hanya dinikmati segelintir orang, maka kebijakan yang diambil pemerintah hanya untuk kepentingan mereka dan ini praktis melemahkan proses pertumbuhan.
Ketimpangan ini bisa terjadi karena kurangnya pembangunan infrastruktur di daerah pedesaan dan kebijakan pemerintah yang membuat investasi asing enggan singgah.
Di sisi lain pertumbuhan di daerah perkotaan tidak mampu menyediakan pekerjaan tambahan bagi warga yang datang dari desa.
Kesempatan kerja di perkotaan hanya diterima bagi mereka yang memliki level pendidikan tinggi, hal ini jelas menambah jurang antara si miskin dan si kaya.
Untuk mengatasi hal ini, ADB meminta para pengambil kebijakan di Asia untuk fokus pada perbaikan layanan kesehatan dan pendidikan.