Menhub Akan Minta Merpati Tingkatkan Penerbangan Ke Nias
JAKARTA – Menteri Perhubungan (Menhub) Jusman Syafi’i Djamal mengatakan akan meminta maskapai penerbangan terdekat atau yang selama ini menerbangi Pulau Nias agar menambah kapasitas penerbangan. Hal itu dilakukan untuk mengatasi keterisoliran wilayah itu karena pembekuan operasi maskapai SMAC (Sabang Merauke Air Charter) yang selama ini melayani penerbangan ke Pulau Nias.Â
 “Soal penurunan kapasitas penerbangan ke beberapa wilayah, khususnya Pulau Nias, kami akan berunding dengan penerbangan lain seperti Riau Airlines dan Merpati untuk mengisi kekosongan penerbangan di sana . Itu yang akan kita lakukan sesegera mungkin. Nanti saya akan bicarakan itu dengan Direktur Jenderal Perhubungan Udara (Budhi Muliawan Suyitno, red),” ujar Jusman kepada wartawan usai pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pelayaran dengan Komisi V DPR RI di Jakarta, Kamis (12/7).Â
Seperti diketahui, sudah sejak lama maskapai Merpati dengan rute Polonia-Binaka (Kabupaten Nias) dan SMAC dengan rute Polonia-Binaka, Polonia-Lasonde (Kabupaten Nias Selatan) dan Binaka-Padang. Kehadiran kedua maskapai tersebut menjadi sangat penting terutama sejak kapal milik PT Pelayaran Nasional Indonesia (PT Pelni) menghentikan pelayaran dengan rute Tanjung Priok-Padang-Sibolga-Gunung Sitoli (Nias) pada Desember 2006. Kedua maskapai itu menggunakan pesawat jenis Fokker dan CASA.Â
Tetapi, pada pengumuman hasil pemeringkatan maskapai pada awal Juni lalu, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara membekukan operasional SMAC karena dinilai tidak memenuhi syarat keselamatan. Akibatnya, penerbangan ke Pulau Nias berkurang drastis dan hanya dilayani Merpati dengan kapasitas penerbangan yang terbatas.Â
Sebelumnya, anggota Komisi V DPR RI Syafii Hutauruk (F-PG) saat Rapat Kerja dengan Menhub Jusman, telah mendesak agar Dephub untuk bertindak cepat mengatasi kekosongan penerbangan ke wilayah Pulau Nias dan Meulaboh sebagai konsekuensi pembekuan operasional SMAC. “Apalagi, daerah tersebut sedang dalam proses rehabilitasi dan membutuhkan transportasi yang memadai. Penerbangan sangat penting di sana apalagi setelah kapal Pelni tidak lagi berlayar ke sana ,” jelas dia.Â
Namun, menurut Jusman, karena izin operasional SMAC hanya dibekukan dan tidak dicabut, masih ada kesempatan untuk memperbaiki  konsisinya untuk memenuhi syarat keselamatan yang ditetapkan oleh pemerintah. Tetapi, kata Jusman, bila dalam waktu tiga bulan, maskapai itu tidak bisa melakukan perbaikan minimal menempati kategori 2, maka izin operasionalnya akan dicabut.Â
Sebelumnya, Budhi mengatakan, berhentinya penerbangan ke beberapa daerah akibat pembekuan operasi penerbangan sejumlah maskapai tidak bisa dihindarkan. “Tetapi, kita harus memilih selamat, sekaligus untuk memperbaiki kondisi maskapai kita,†kata dia. Budhi juga mengungkapkan akan mendorong maskapai Merpati untuk menambah penerbangan ke Pulau Nias.Â
Terkait desakan agar kapal Pelni kembali melayari Pulau Nias, Menhub berjanji akan membicarakannya dengan Direktur Jenderal Perhubungan Laut agar kapal Pelni kembali berlayar ke sana . “Pokoknya tidak ada lagi daerah yang terisolasi,” tegas Jusman.(Etis Nehe)
Ya’ahowu…
Mudah-mudahan berita ini bisa menjadi sebentuk dorongan konkrit kepada Pemerintah Pusat (Dephub) terkait penyediaan sarana transportasi ke Pulau Nias dan daerah lainnya yang selama ini sangat tergantung pada penerbangan perintis seperti yang dilakukan SMAC dan Merpati.
Saudara-saudara bisa menemukan berita yang sama dimuat di koran Investor Daily, Seputar Indonesia, Bisnis Indonesia (http://web.bisnis.com/sektor-riil/transportasi/1id14364.html) dan Antara yang dikutip oleh beberapa media lainnya seperti SIB yang terbit hari ini. Mungkin juga Batak Pos akan terbitkan berita yang sama besok.
Sejauh ini baru media-media itu yang saya tahu sudah terbitkan berita itu. Masih ada beberapa media yang kemarin saya kirimkan berita itu agar dimuat.
Sekali lagi, yang ditunggu adalah action para pemimpin daerah Nias dan Nias Selatan serta anggota DPRD nya.
Info sementara yang saya dapat, Padang-Mentawai juga mengalami kekurangan transportasi dengan pembekuan operasi SMAC. Semoga mereka juga bereaksi.
Tks.
Aduh, Pak Etis Nehe, Makasih ya, atas liputannya! Apalagi Katanya Menhub mau melobi dirjen Hub Laut. Kalau lobbynya kencang dari atas, samping, & bawah, semoga ada lagi kapal Pelni ke Nias. Yeah! Hidup Nias!
Ya’whou…
Ibu Autha, saya hanya melakukan tugas saya, walau cuma sebegitu.
Sekedar info, sebenarnya, sejak awal Maret lalu, saya sudah beberapa kali bicara langsung dengan Dirut PT Pelni mengenai pengadaan kapal ke Nias.
Cuma karena saya yakin tidak akan terealisasi dalam waktu dekat (sebagaimana kemudian terbukti), beberapa kali Dirut PT Pelni itu berjanji kepada saya tidak saya muat di situs ini dan di koran Investor Daily tempat saya bertugas. Sebab, sebagaimana kita saksikan, sudah empat bulan berjalan, janji itu belum juga ditepati.
Berdasarkan penjelasan dari Dirut PT Pelni, sebenarnya sudah ada kapal yang akan disiapkan untuk melayari ke Pulau Nias yaitu KM Leuser. Kapal itu saat ini sedang naik dok sejak sekitar lima bulan lalu.
Masalahnya, peralatan yang harus diganti, harus dipesan dari Jerman, negara pembuat kapal-kapal milik PT Pelni tersebut. Sementara itu, proses pengadaan barang atau peralatan itu kan melalui proses yang lumayan berbelit dan hati-hati. Maklum, saat ini hampir seluruh pejabat di Indonesia mengidap ketakutan berlebihan terkait proyek. Supaya di kemudian hari tidak berurusan dengan KPK.
Dirut PT Pelninya sih, sejauh yang saya tangkap dari pembicaraan kami, sangat serius memberikan kapal untuk berlayar ke Nias. Tinggal menunggu penyelesaian perbaikan kapal itu. Semoga dia tidak ingkar janji. Saya akan menagihnya lagi.
Tetapi, saya lebih berharap, para pemimpin dan anggota DPRD kita yang menagih mereka. Serta memanfaatkan momen ini untuk mendesak Dephub mengadakan sarana transportasi yang memadai di Pulau Nias.
Terima kasih.