Gembala Yang Baik
Oleh: P. Metodius Sarumaha, OFM Cap.
Dengan rendah hati Yesus berkata „Akulah gembala yang baik“ (Yoh. 10,11). Setelah itu apa yang akan Dia lakukan atau wujudkan? Ia akan memberi perhatian penuh kepada domba-domba-Nya.
Ia akan memimpin dan melayani domba-domba-Nya sampai mereka bisa memiliki kesejahteraan hidup. Dia akan menyediakan waktu-Nya untuk mengenal domba-domba-Nya. Usaha untuk mengenal domba-domba , bagi Yesus, itu sangatlah penting sebab karakter dan harapan masing-masing domba berbeda-beda. Dia mau mengenal mereka sebab Dia mau mengasihi mereka sebagaimana Bapa mengasihi Dia.
Sebagai gembala yang baik, Yesus bertanggungjawab penuh atas kenyamanan domba-domba-Nya sehingga tak seorang pun dapat merebut mereka dari Dia. Demi keselamatan domba-domba-Nya, Ia memberikan seutuhnya hidup-Nya sebagai kurban cinta-Nya.
Sebagai gembala yang baik, Ia bukan hanya dikenal oleh domba-domba, melainkan Ia juga mengenal domba-domba-Nya. Dengan pengenalan timbal balik itu, maka komunikasi kasih pun lebih mudah terjadi. Walau begitu, masih juga sang gembala dituntut lebih setia dari domba-domba-Nya, agar kesetiaannya menjadi model yang dapat diteladani.
Dalam setiap situasi dan kondisi kebersamaan Ia hadir sebagai gembala yang berbelaskasih. Ia tampil untuk memberi kekuatan ketika domba-dombanya berada dalam kondisi lemah, kebingungan, dan tak ada jaminan keamanan hidup. Ia hadir sebagai pemberi harapan pada saat dipenuhi perasaan pesimis dan patah semangat. Ia masih harus menjadi jalan ketika domba-domba dalam situasi kehilangan ‘pedoman arah jalan hidup’.
Yesus sebagai gembala yang baik, telah menghayati secara radikal penggembalaan itu dalam hidupnya sebagai “imam-altar dan kurban”
Gembala yang baik mempunyai banyak tugas dan tanggungjawab. Tugas dan tanggungjawab gembala yang baik meliputi segala dimensi kehidupan domba-domba baik sendiri maupun sebagai kelompok. Hal itu, tidak akan menjadi alasan untuk mengeluh baik pada awal maupun pada akhir penggembalaan-Nya. Dia akan melaksanakan tugas dan tanggungjawab-Nya dengan tekun dan setia dan tanpa pamrih.
Dalam situasi dan kondisi manapun, Ia akan berusaha menunjukkan suatu semangat pelayanan yang menyentuh kehidupan nyata, dan bersikap lemah-lembut tapi tegas. Bila ada kesedihan, Ia akan memberikan penghiburan. Bila domba-domba mengalami patah semangat, Ia akan menghadirkan pengharapan. Bersama Dia, domba-domba tidak akan mengalami kesulitan besar untuk mendapatkan bahan-bahan kebutuhan jasmani maupun rohani. Dalam masa penggembalaann-Nya, tidak akan dialami krisis multidimensi yang berkepanjangan. Setiap domba berjumpa dan bersama dengan Dia pasti memiliki pengalaman tersendiri. Pengalaman itu umumnya membuahkan sebuah kegembiraan , kasih dan syukur.
Bagi Yesus, menjadi Gembala yang baik adalah suatu komitmen kepemimpinan dan pelayanan yang tidak mungkin direlatifkan sekalipun banyak tantangan dan menuntut banyak pengorbanan. Dengan komitmen itu, Dia akan selalu hadir di tengah-tengah kawanan domba-Nya dan memimpin mereka hingga sungguh mengalami kesejahteraan hidup.
Masa kepemimpinan-Nya, bukanlah saat-saat untuk bertakhta di atas singgasana melainkan saat untuk turun dan menjadi pelayan. Ia sendiri menegaskan itu : “Aku datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani”. Karena itu, Dia dapat berjumpa dengan domba-domba-Nya dan domba-domba-Nya pun mudah bertemu dengan Dia.
Tidak ada Satpam di pintu gerbang rumahnya, cukup dipagar dengan kelemahlembutan dan kerendahan hati. Yesus adalah seorang pemimpin yang rendah hati dan lemah lembut, dekat pada domba-domba-Nya , turut merasakan apa yang sedang mereka rasakan sebagai problema hidup; ada kesediaan mendengarkan pengalaman suka dan duka mereka. Bila terjadi perselisihan, Ia akan menjadi penengah yang adil dan baik. Kata-kata bijak dan suara kepemimpinan-Nya bukan saja menyejukkan perasaan sesaat tetapi sungguh menyelamatkan dari situasi dan kondisi yang penuh gejolak tak menentu akibat gelombang dan badai kepentingan kelompok atau golongan.
Gembala yang baik adalah pemimpin yang baik. Sebagai pemimpin Dia berkepentingan sekali dalam menjamin kelangsungan hidup domba-domba-Nya atau semua saja yang mengikuti Dia, baik waktu mereka sedang berada di tengah-tengah “padang rumput yang hijau” dan lebih-lebih di saat “lapangan sedang ditimpa musim kemarau yang panjang”. Tujuannya supaya mereka semua tetap dapat hidup sejahtera dan lebih lagi supaya bisa mengalami hidup yang kekal.
Sebagaimana umum tahu bahwa perubahan-perubahan yang terjadi dalam wilayah luas dan sempit adalah produk dari konflik yang satu ke konflik yang lain diantara masyarkat manusia yang sangat majemuk.
Karena itu mengenal, mengelola dan menuntaskan akar konflik yang masih selalu terulang adalah tugas penting dan mendesak bagi seorang gemabala atau pemimpin.
Tujuan luhurnya ialah agar semua hidup dalam damai, sejahtera hidup jasmani dan rohaninya, memiliki iman yang hidup dan menyelamatkan.
Apakah masih ada keterbukaan hati orang, terutama yang menyandang tugas menggembalakan atau memimpin, untuk memiliki sikap baru dengan melihat keutamaan dari keteladanan hidup Yesus sebagai gembala yang baik?. Kita harap dan kita doakan.