Nasib Pengungsi Di Nias Masih Terkatung-katung
WASPADA Online
Dua tahun peristiwa bencana gempa yang melanda Nias telah berlalu, namun terlihat masih banyak pengungsi di Nias yang tinggal di tenda-tenda maupun rumah selter.
Mereka tersebar dibeberapa lokasi camp pengungsian, baik di sekitar Kota Gunungsitoli maupun di beberapa kecamatan di Nias. Para pengungsi korban bencana gempa ini masih terkatung-katung dan belum mendapatkan kepastian sampai kapan harus menunggu mendapatkan rumah permanen. Masalah pengungsi ini memang sangat pelik dalam hal penanganannya, karena banyak juga dari mereka saat terjadi gempa bertempat tinggal di rumah-rumah kontrakan/sewa dan hancur total. Sedangkan rumah bantuan baik yang diberikan BRR maupun NGO hanya diperuntukkan kepada pemilik rumah sehingga para korban gempa yang mengontrak rumah nasibnya terkatung-katung.
Memang BRR Perwakilan Nias telah berupaya melakukan relokasi pembangunan rumah bagi para pengungsi yang rumah kontrakannya hancur di beberapa tempat, seperti relokasi di Desa Dahana. Tetapi harapan para pengungsi untuk mendapatkan dan menempati rumah bantuan tersebut sampai sekarang belum ada kepastian. Ketidakpastian ini disebabkan pembangunan rumah di tempat relokasi itu masih terkendala dan boleh dikatakan, pembangunannya sudah dihentikan kontraktor karena menurut informasi, dana dari BRR belum dicairkan. Memang, penanganan pengungsi di beberapa lokasi di sekitar Kota Gunungsitoli seperti di Lapangan Pramuka Moawo Desa Saewe, Jalan Supomo, Lasara Bahili dan di Desa Sifalaete kemungkinan tinggal menunggu waktu untuk dilanjutkan jikalau dana BRR sudah dikucurkan kepada kontraktor. Namun yang menjadi permasalahan dan belum ada titik terang, penanganan pengungi di beberapa kecamatan.
Seperti halnya di camp pengungsian di Kec. Bawolato, terdapat puluhan kepala keluarga lagi masih tinggal di rumah sementara bantuan Palang Merah internasional. Nasib sama juga dirasakan para pengungsi di lokasi lapangan Lemcadika Pramuka Moawo Desa Saewe Gunungsitoli serta di beberapa lokasi lainnya di sekitar Kota Gunungsitoli. Ketua Posko Pengungsi Bawolato, Nazmun Aceh bersama puluhan kepala keluarga pengungsi lainnya ditemui Waspada di lokasi, Kamis (29/3) menuturkan, mereka sudah beberapa kali didata petugas BRR Nias, namun sudah dua tahun mereka tinggal di rumah selter belum juga mendapat kejelasan sampai kapan harus menunggu mendapatkan rumah bantuan permanen.
Menurut Nazmun Aceh, sebelumnya pengungsi yang menempati rumah sementara bantuan Palang Merah Internasional mencapai 50 KK. Tetapi sebagian pengungsi lainnya telah mendapatkan rumah bantuan, baik dari BRR maupun NGO. Mereka yang masih tinggal di rumah sementara merupakan para korban bencana gempa dari Desa Botohaenga dan Desa Tagaule. Dituturkannya, pada peristiwa bencana gempa, wilayah Desa Tagaule sebagian besar terendam air laut, termasuk seluruh harta benda dan rumah milik warga. Sampai sekarang, mereka tidak bisa kembali ke Desa Tagaule karena lahan milik mereka tidak dapat lagi ditempati setelah terendam air laut. Mereka hanya bisa berharap kepada BRR membantu menyediakan rumah bagi keluarga mereka di tempat relokasi baru. “Kami sudah tidak tahan tinggal dilokasi pengungsian tanpa ada kepastian kapan mendapatkan rumah bantuan yang layak ditempati,” ujar Nazmun, mewakili pengungsi lainnya.
Beberapa minggu sebelumnya kata dia, petugas BRR kem-bali datang ke lokasi pengungsi Bawolato dan meminta para pengungsi melengkapi data administrasi seperti Kartu Keluarga, KTP, Surat Keterangan Kepala Desa dan turut ditanda-tangani camat. Mereka berupaya melengkapi data administrasi dan menyerahkannya kepada BRR bidang pemberdayaan masyarakat. Setelah data yang diminta diserahkan, beberapa hari kemudian data yang mereka serahkan dikembalikan dengan alasan belum lengkap dan harus dibuat format baru. Menurut para pengungsi, format yang baru tersebut tidak ada bedanya dengan data administrasi sebelumnya, sehingga menimbulkan pertanyaan di antara para pengungsi, apakah mereka sengaja dipermainkan BRR.
Manager Informasi dan Komunikasi BRR Nias, Emanuel Migo dikonfirmasi Jumat (30/3) mengatakan, BRR pada prinsipnya ingin para pengungsi segera dapat ditangani dengan menempatkan mereka di rumah permanen. Tetapi masalah pengungsi di Nias merupakan hal yang spesifik dan perlu kehati-hatian cara penanganannya agar tidak terjadi permasalahan di kemudian hari. Dijelaskannya, saat ini BRR sedang membahas bagaimana cara yang terbaik dalam penanganan para pengungsi. Setelah kebijakan ditetapkan, mudah-mudahan segera dituntaskan.
(Bothaniman Jaya Telaumbanua) (wns)
Sumber: Waspada, 4 April 2007