BRR Nias Dinilai Gagal Pindahkan 345 KK Pengungsi
Ratusan Warga Pengungsi Terancam Digusur
Medan, (Analisa)
Tidak tercapainya target pemindahan 345 kepala keluarga (KK) pengungsi di sejumlah tempat di Kota Gunung Sitoli pada lahan yang telah disediakan Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Nias, merupakan bukti kegagalan institusi itu mengatasi persoalan korban gempa dan tsunami.
Demikian dikatakan Ketua Bidang Penanganan Bencana Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) Sumut, Y Restu Gulo kepada wartawan di DPRD Sumut Medan, Senin (29/1).
Hal itu dikatakannya menanggapi maraknya penggusuran pengungsi dilakukan BRR Nias menjelang rencana kedatangan Kepala BRR NAD-Nias Ir H Kuntoro Mangkusubroto pada hari ini (Selasa-30 Januari).
Gulo meminta kepada Kepala BRR Nias William Sabandar tidak memaksakan penggusuran pengungsi hanya untuk menunjukkan kepada Kepala BRR NAD-Nias, bahwa sudah baik penanganan pengungsi di Nias.
Padahal, katanya, pengungsi sendiri sangat keberatan dipindahkan ke tempat yang tidak jelas dan sulit dijangkau warga.
Ada tiga lokasi pengungsian disediakan BRR Nias yakni, Dahana sekira 109 unit rumah, Moawo 20 unit dan Olora sekira 28 unit. Ketiga lokasi penampungan pengungsi ini masih belum rampung, bahkan bermasalah dalam pelaksanaan dengan rekanan karena tidak sesuai dalam bestek.
Kalaupun ketiga lokasi ini sudah siap huni, katanya, hanya menampung 30 persen pengungsi di Kota Gunungsitoli.
Menurut Gulo, lokasi 109 unit rumah sudah dibangun BRR Nias di Dahana dan hampir seluruhnya ditolak pengungsi karena lokasinya jauh dari kota yang harus mendaki gunung.
Sementara itu, katanya, pengungsi yang mendapat rumah dari BRR kebanyakan berprofesi sebagai penarik beca, buruh kasar atau nelayan.
Jadi, BRR Nias jangan hanya bermanis-manis muka menunjukkan pelaksanaan proyek pembangunan rumah sudah berjalan baik pada kedatangan Kuntoro, kata Gulo juga mantan Ketua PNI Marhaenis Kabupaten Nias, pada sisi lain sekira 345 KK menjadi korban penggusuran.
Dia meminta kedatangan Kuntoro kali ini akan memberi pembaharuan rekonstruksi dan rehabilitasi Nias tepat sasaran, tepat guna dan berhasil guna.
Tidak perlu dipertahankan personil BRR yang tidak produktif dan menjadi benalu di BRR yang terkesan bermewah-mewahan menghambur-hamburkan uang negara baik personil BRR maupun rekanan dan konsultan.
MEMBANTAH
Sementara Manager Komunikasi dan Informasi Publik BRR Perwakilan Nias, Emanuel Migo, ketika dikonfirmasi secara terpisah membantah kalau BRR gagal menangani pengungsi di Nias. Dijelaskan, BRR di Nias telah berhasil menangani para pengungsi korban bencana gempa.
“Persoalan pengungsi di Nias sudah selesai, dan tidak ada masalah. Jadi tidak benar jika ada penilaian BRR gagal menangani pengungsi,†tegas Migo, seraya menambahkan kalau BRR sudah bekerja secara maksimal.
Disinggung dengan adanya pengusiran, Migo mengaku bingung karena selama ini BRR tidak pernah melakukan pengusiran bagi pengungsi. Yang dilakukan adalah mengimbau agar pengungsi pindah ke tempat penampungan sementara.
Hal ini dilakukan untuk menjadikan pengungsi hidup mandiri dan tidak tergantung dengan bantuan. Rencana pemindahan ini juga sudah mendapat restu dari Pemkab Nias. “Jadi tidak benar kalau BRR menggusur para pengungsi,†ujar Migo.
Di bagian lain juga dijelaskan Migo, saat ini mayoritas pengungsi yang belum menikmati batuan rumah adalah mereka yang selama ini tidak memiliki rumah dan tinggal di rumah kontrakan. Sedang BRR membangun rumah yang hancur.
“Inilah yang selalu menjadi problem bagi BRR. Karenanya, diimbau mereka tinggal di tempat penampungan sementara yang sudah disiapkan BRR,†jelasnya.
TERANCAM
Dalam pada itu, laporan dari Nias ratusan warga pengungsi di dua lokasi pengungsian yakni di Desa Lasara Bahili Kecamatan Gunungsitoli dan Desa Sifalaete Tabaloho Kecamatan Gunungsitoli terancam digusur oleh pemilik tanah yang ditempati oleh para warga pengungsi.
Hal itu sesuai dengan perjanjian dengan pemilik tanah beberapa bulan setelah gempa dengan para pengungsi yakni tanah tersebut dapat digunakan dalam jangka waktu satu tahun.
Sementara tanah lokasi yang sedang ditempati oleh para pengungsi saat ini sudah hampir lebih 10 bulan dan sudah beberapa kali diingatkan oleh pemilik tanah untuk mengosongkan tanah pengungsian karena akan digunakan oleh pemiliknya.
Ketua posko Desa Sifalaete Pius Bulolo, kepada Analisa menjelaskan, mereka sangat kebingungan dengan kondisi mereka saat ini disatu sisi mereka memikirkan kepastian tempat tinggal.
Hal yang sama juga diungkapakan oleh para warga pengungsian di lokasi Desa Lasara Bahili Kecamatan Gunungsitoli yang sebelumnya para warga di dua lokasi ini bertempat dilokasi yang sama yakni di daerah Tabita dekat gereja Paroki Santa Maria.
Manejer perumahan pemukiman masyarakat BRR Perwakilan Nias, Bambang Irawan W saat dikonfirmasikan Analisa di kantornya jalan Dr. Cipto Mangunkusumo mengungkapkan, dari 346 pengungsi yang telah didata oleh pihak BRR perwakilan Nias di 14 lokasi pihak BRR telah mengklarifikasi para pengungsi dua kriteria yakni, pengungsi yang sebelumnya punya tanah dan rumah oleh pihak BRR akan memberikan bantuan rumah langsung.
Sedang korban yang tidak mempunyai tanah dan rumah sebelumnya oleh pihak BRR akan memberikan bantuan sosial perumahan bertempat tinggal yakni 20-40 persen dari harga rumah. Dan hal ini sedang dijalankan.
Sedangkan pengungsi di dua lokasi yakni di lokasi Desa Lasara Bahili dan di Desa Sifalaete Kecamatan Gunungsitoli para pengungis di dalam hal pembangunan rumah dibantu oleh salah satu NGO yakni Yayasan Caritas Keuskupan Sibolga yang konsenr di Nias.
Manager Project perumahan Gunungsitoli Yayasan Caritas Keungkupan Sibolga Kabupaten Nias, Marta Kristensen yang dijumpai di kantornya Jalan Diponegoro mengungkapkan, pihak Caritas sendiri yang konsen kepada pengungsi khususnya warga pengungsi di dua lokasi yakni di lokasi Desa Lasara Bahili dan dilokasi Desa Sifalaete Kecamatan Gunungsitoli yang terdiri dari 42 KK.
Yang akan dibantu oleh pihak Caritas sebanyak 37 KK sedangkan yang 5 KK lainnya tidak dibantu karena sesuai dengan hasil survei pihak Caritas ke 5 KK tersebut masih mempunyai rumah yang layak dihuni.
Kemudian, pihak Caritas sendiri telah siap membangun rumah kepada para pengungsi sementara set plan perencanaan sedang dibuat dan dalam minggu ini akan selesai.
Sedangkan saat ini kendala yang dihadapi oleh pihak Caritas sendiri yakni maslah tanah yang belum pasti oleh pihak BRR Perwakilan Nias kepada para warga pengungsi. (sug/kap)
sumber dari : www.analisadaily.com
tanggal : 30 Januari 2007
Hello,
I live in Holland.
In my home town there is an organisation Howu Howu.
There was an information meeting last year about culture and development of Nias.
I wish to visit Nias.
I will hold a kpt identification pass with me.
As an expatriat I am looking for a place to stay for half a year.
Could you inform me of the possibilities.
Thank you and Yaahowu
Regards
Arjsto
Dear Arjsto,
Thank you for your interest in Nias. The founder of Yayasan Howu-howu Mr. Menyerah Bu’ulölö who lives in Holland will be able to help and tell you much about Nias.
Redaksi