Kemenparekraf: Lompat Batu Harus Dilestarikan
Sapta ditemani oleh para kepala daerah di Kepulauan Nias. Sapta dan rombongannya disambut dengan atraksi tari perang dan juga lompat batu.
Menyaksikan secara langsung atraksi lompat batu oleh sembilan orang pelompat, Sapta menilai warisan budaya itu sebagai sesuatu yang fantastis. Dia minta agar itu dijaga oleh generasi berikutnya.
“Saya sangat tersentuh dengan kebudayaan desa ini. Pelompat batunya juga fantastis. Budaya ini sangat adiluhung. Selain nilai sejarahnya, ini juga menjadi daya tarik wisatawan. Karena itu, pemerntah dan masyarakat harus menjaga warisan budaya Nias ini. Harus dijaga oleh generasi penerus,” ujar Sapta.
Usai menyaksikan atraksi tari perang dan lompat batu, Sapta dan rombongan juga mengunjungi Omo Sebua di desa itu.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadis Budpar) Nias Selatan Faböwösa Laia mengatakan, dalam kunjungan ke desa yang kini sedang diperjuangkan sebagai warisan dunia di Unesco tersebut, tidak ada kesepakatan atau komitmen khusus yang disampaikan oleh Sapta.
Dia juga mengatakan, agenda meninjau Pantai Sorake seperti dijadwalkan sebelumnya juga dibatalkan. Pasalnya, cuaca tidak mendukung dan juga mepetnya jadwal penerbangan untuk kembali lagi ke Jakarta.
Sapta dan beberapa pejabat pusat berada di Pulau Nias sejak kemarin, Selasa (17/6/2014) mengikuti lokakarya tersebut yang digelar di di Kantor Bupati Nias, Jl Pelud Binaka Km 9, Ononamölö 1 Lot, Gunungsitoli Selatan, Nias. Berbagai hal dibahas sebagai langkah untuk menyatukan pemahaman untuk memajukan kepariwisataan Kepulauan Nias. (en)