Alexander Yablontsev, Pilot Terbaik Rusia Untuk Sukhoi Superjet 100

Monday, May 14, 2012
By susuwongi

Cptain Alexander Yablontsev di kokpit Sukhoi Superjet 100 (Foto: sergeydolya.livejournal.com)

NIASONLINE, JAKARTA – Badannya tinggi besar. Rambutnya putih. Tetap terlihat segar dan fit diusianya yang tak lagi muda.

Namanya, Alexander Yablontsev. Dia adalah pilot dari pesawat Sukhoi Superjet (SSJ) 100 yang menabrak tebing curam di salah satu sisi Gunung Salak, Bogor, pada promo flight pesawat itu pada Kamis (9/5/2012).

Pada penerbangan itu, Yablontsev didampingi oleh ko-pilot Aleksandr Kochetkov, navigator Oleg Shvetsov, Aleksey Kirkin (insinyur penerbangan), Dennis Rakhmanov (kepala insinyur uji penerbangan), dan Nikolay Martyshenko (kepala uji penerbangan).

Banyak telunjuk dan analisis mengarah pada pria berperawakan tenang ini. Pasalnya, adanya permintaan untuk turun dari ketinggian 10 ribu kaki ke 6 ribu kaki sebelum kecelakaan itu terjadi. Permintaan itu, khususnya di lokasi terakhir koordinatnya, dianggap janggal mengingat tinggi obstacles di lokasi itu bahkan melebih 7 ribu kaki.

Lalu, siapa sebenarnya Alexander Yablontsev itu?

Membaca riwayat karirnya, akan membuat mata terbelalak. Pria ini sangat luar biasa. Tidak heran dia menjadi pilot pertama sekaligus pilot penguji dan instruktur pada SSJ 100 yang sedang digeber pemerintah Rusia menjadi pesawat berkelas dunia itu.

Yablontsev adalah pensiunan angkatan udara Rusia dengan pangkat terakhir letnan kolonel. Di angkatan udara dia mengawali karir sebagai pilot pesawat tempur.

Kemudian, pada 1989-1996, pria berusia 57 tahun ini bergabung dalam korps kosmonot (di Amerika Serikat, Astronot). Dia bahkan menjadi pilot ujicoba termuda dalam proyek pesawat ulang alik “Buran” era Uni Sovyet itu. Meski begitu, dia belum pernah sekalipun terbang ke luar angkasa.

Pada 1997, program “Buran” dihentikan. Karirnya di korps kosmonot itu juga berakhir. Dia pun banting setir ke penerbangan sipil. Di penerbangan sipil itu dia mulai berpengalaman menerbangkan Boeing 737 dan juga aspek bisnis penerbangan sipil.

Di penerbangan sipil, dia mengawali karir di maskapai Transaero. Namun tidak lama, karena dia diberhentikan akibat pengurangan karyawan di maskapai akibat krisis keuangan Rusia pada 1998.

Kemudian, dia berkarir di maskapai Transeuropean dan menerbangkan pesawat Tupolev, buatan Rusia, Tu-20. Tak lama, perusahaan itu bangkrut karena lesunya penerbangan Rusia. Dia hengkang lagi.

Dari situ, Yablontsev pindah ke lembaga riset penerbangan sipil milik negara (Civil Aviation State Research Institute).

Setahun kemudian ia menjadi inspektur penerbangan di Pusat Penerbangan Sipil (Central Civil Aviation Office). Di situ dia bertugas menginspeksi kru penerbangan di beberapa pesawat termasuk Aibus A320.

Dia juga bertanggungjawab memastikan praktik dan kemampuan penerbang berjalan sesuai standar, serta mengevaluasi kemampuan pilot agar kualitas penerbangan terjaga keamanannya.

“Pekerjaan itu memberi saya pengetahuan tentang hal-hal ‘di balik layar’ transportasi udara,” katanya.

Dari situ kemudian dia digaet untuk ikut dalam proyek pesawat komersil Sukhoi mulai 2004. Sukhoi membutuhkan keahliannya karena membutuhkan banyak penyesuaian dalam membuat pesawat komersil. Maklum, selama ini Sukhoi sangat fokus pada produksi pesawat tempur yang salah satu produksinya itu kini mengisi jajaran armada tempur TNI Angkatau Udara.

Ujicoba perdana pesawat Sukhoi Superjet 100 dilakukan pada 2008. Yablonstev pula yang mengendarai pesawat tersebut.

“Saya senang sekali bisa menjadi orang pertama yang menerbangkan pesawat yang mengagumkan ini. Pesawat ini sangat hebat. Saya berani mengatakan ini adalah pesawat terbaik yang pernah saya terbangkan sebagai kapten,” ujarnya mengenang penerbangan ujicoba yang berjalan sukses empat tahun lalu itu.

Pertama dan Terakhir ke Indonesia

Pada 8 Mei 2012, Yablonstev menerbangkan pesawat kebanggaannya itu untuk pertama kalinya ke Indonesia. Itu juga adalah kunjungan dan penerbangan pertamanya di wilayah Indonesia.
Dia datang dengan bangga bersama tim dalam rangka tur Asia untuk memromosikan pesawat komersil kebanggaannya dan negaranya itu.

Dalam rangka promo flight itu, Yablonstev dijadwalkan menerbangkan SSJ 100 pada Kamis, 9 Mei 2012 sebanyak dua kali.

Penerbangan pertama berjalan sukses. Selanjutnya, pada pukul 14.00 Wib, penerbangan demo flight kedua dilangsungkan.

Naas, bagi Yablonstev. Keberhasilan demo flight di beberapa negara sebelumnya tidak terjadi di Indonesia. Pada penerbangan kedua, pesawat itu jatuh dan menabrak tebing di Gunung Salak.

Yablonstev mengakhiri semuanya di Indonesia. Tepat pada penerbangan dan kunjungan pertamanya di negeri ini. Diapun pergi bersama pesawat hebat yang dikaguminya itu.

Bersama dia, 45 orang lainnya yang ikut penerbangan gembira (joy flight) itu menjadi korban. 8 warga Rusia, 2 warga negara asing lainnya dan selebihnya warga Indonesia. Termasuk lima orang wartawan di antara mereka.

Saat ini, tim SAR sedang berjuang keras mengevakuasi mereka dari lokasi yang sangat sulit itu.

Hingga akkhir karirnya, Yablontsev telah menerbangkan 221 jenis pesawat dan mengantungi lebih dari 14 ribu jam terbang. Selamat jalan, Captain! (EN/SPC-15)

Sumber: Suarapengusaha.com

Leave a Reply

Kalender Berita

May 2012
M T W T F S S
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031