Mendesak, Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan di Kabupaten Nias
Pembangunan akan terus berlanjut dan tentu saja akan membutuhkan suplai listrik yang semakin meningkat. Setidaknya dalam 15 tahun mendatang, pembangunan sarana dan prasarana bagi masyarakat dan juga pemerintahan akan terus dilakukan mengingat masih banyak fasilitas dimaksud belum tersedia saat ini.
“Pembangunan ini juga dipastikan membutuhkan pasokan energi listrik dalam jumlah yang tidak sedikit. Di saat yang sama, upaya memenuhi kebutuhan listrik dalam skala rumah tangga yang paling minimumpun terus dilakukan baik oleh PLN maupun perorangan. Dalam hal ini, kebutuhan akan ketersediaan sumber-sumber energi terbarukan dan tak terbarukan guna memenuhi kebutuhan pembangunan yang sangat tinggi dan mendesak pula,†ujar Noniawati Telaumbanua, ST. M.Sc., dalam Seminar Nasional & Workshop Indonesia Menuju Kemandirian Energi Listrik Secara Berkelanjutan & Ramah Lingkungan di Graha William Soerjadjaja, Kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI) Cawang, Jakarta, Rabu (28/3/2012).
Seminar itu sendiri dihadiri oleh sejumlah pembicara ahli, baik dari kementerian ESDM, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Keuangan, Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), PLN, dan pelaku bisnis energi baru terbarukan.
Kabupaten Nias yang diwakili oleh Noniawati dari Bappeda Kabupaten Nias, merupakan satu-satunya perwakilan dari daerah dalam seminar tersebut. Noniawati menyampaikan presentasi dengan topik “Tranformasi Potensi Air dan Cahaya, Titik Terang Menuju kemandirian Energi Listrik: Studi Kasus Kabupaten Nias.”
Noniawati menjelaskan, bahkan sampai saat ini pun, masih ada tiga kecamatan di Kabupaten Nias yang paling kritis kondisi kelistrikannya. Yaitu, Kecamatan Ma’u, Kecamatan Ulugawo dan Kecamatan Somölö-mölö.
Dia memaparkan, dari kondisi yang ada saat ini, pasokan listrik yang ada sangat tidak memadai. PLN yang ada saat di berada di Kota Gunungsitoli masih berstatus cabang dan melayani seluruh Kepulauan Nias. Didukung oleh ranting Gunungsitoli yang melayani Kabupaten Nias, Kota Gunungsitoli dan Kabupaten Nias Utara serta ranting Teluk Dalam yang melayani Nias Barat dan Nias Selatan.
Kenyataannya, PLN tidak mampu memberikan layanan yang diharapkan. PLN sendiri masih mengandalkan PLTD sewaan untuk mendukung kinerjanya. Akibatnya, pemadaman listrik menjadi tak terhindarkan.
Dia mengatakan, tidak hanya pemadaman pada jam-jam tertentu, bahkan pernah, selama seminggu listrik tidak menyala sama sekali. Di sisi lain, masih ada wilayah-wilayah yang belum terjangkau layanan listrik sama sekali.
“Untuk menjangkau wilayah seperti ini dibutuhkan infrastruktur yang mendukung. Di lihat dari sisi konsumsi dan ekonomi, daerah-daerah terisolir harus didorong lai ntuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan memiliki nilai ekonomi,†jelas dia (EN)
Patut diapresiasi atas upaya Ibu Noniawati Telaumbanua, ST. M.Sc sebagai wakil dari PEMDA Nias menjadi pembicara dalam Seminar Nasional & Workshop Indonesia Menuju Kemandirian Energi Listrik Secara Berkelanjutan & Ramah Lingkungan di Graha William Soerjadjaja, Kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI). Bulan lalu Ibu Noniawati Telaumbanua pernah memunculkan topik ini pada niasonline. Ternyata ibu terus mem-follow-up bahkan sampai ke jakarta turut sebagai pembicara. Sekali lagi, tak banyak putra-putri Nias yang handal dalam negosiasi terutama dalam pengembangan IPTEK di kepulauan Nias. Sebenarnya banyak kok investor yang ingin mengembangkan pembangkit listrik, asal seluruh BAPEDA di kepulauan Nias bersatu padu, satu visi, ingin kemandirian listrik buat seluruh kepulauan Nias. Secara nilai ekonomi dan pasar, saya pikir bagi kalangan investor masih sangat menguntungkan jika pasokannya berlaku bagi seluruh kepulauan Nias.