“Bawömataluo 2011” Menuai Hasil, Pengunjung Desa Bawömataluo Meningkat Drastis
Kepala Desa Bawömataluo Ariston Manaö mengungkapkan, pada 2010, pengunjung pada hari minggu biasa (di luar hari libur/hari raya) sangat sepi. Kalaupun ada, paling 50 orang saja. Hanya pada hari Minggu yang bertepatan dengan hari libur/hari besar, pengunjung paling banyak per bulan sekitar 300 orang. Sedangkan pada hari di luar hari Minggu, seringkali tanpa pengunjung sama sekali.
“Namun, paska pagelaran “Bawömataluo 2011”, pada hari Minggu biasa saja pengunjung bisa mencapai 200-300 orang per hari. Itu baru pengunjung domestik. Pada hari Senin-Sabtu pengunjung juga banyak, terutama dari luar pulau Nias dan mancanegara. Sekarang, paska Mei 2011, rata-rata pengunjung per bulan sekitar 1000-1500 orang,†ujar Ariston kepada Nias Online ketika mengunjungi desa itu bulan lalu.
Dia menambahkan, saat ini, jumlah pengunjung non-lokal (dari luar Pulau Nias) selama Senin-Sabtu bahkan melebihi jumlah total pengunjung lokal yang biasanya ramai sekali pada hari Minggu.
Pengamatan Nias Online secara langsung pada bulan lalu, menunjukkan hal itu. Ada indikasi jelas peningkatan minat desa itu. Dalam perbincangan dengan beberapa pengunjung mancanegara, ada indikasi bahwa kini Bawömataluo kembali masuk daftar objek wisata yang wajib dikunjungi di wilayah Sumatera bahkan di Indonesia.
Pantas Dicontoh
Saat itu, panitia mengemas sedemikian rupa berbagai penampilan kekayaan budaya di desa itu. Selain atraksi budaya, Panitia juga menggelar sejumlah permainan tradisional yang selama ini mulai terlupakan.
Untuk atraksi kebudayaan, selain lompat batu, yang paling menarik perhatian adalah atraksi kolosal tari perang. Atraksi yang melibatkan ratusan orang dengan senjata lengkap dan pakaian khas tersebut dipimpin oleh seniman terkenal, Hikayat Manaö.
Atraksi tari perang sendiri merupakan peragaan simbolik dari perang yang secara historis sering terjadi pada masa lalu. Atraksi itu menggambarkan secara lengkap peperangan jaman dulu. Mulai dari persiapan, sistem komando, perang massal, perang individual (tarung satu lawan satu) hingga prosesi perayaan kemenangan.
Varian lain atraksi itu adalah peragaan Famadaya Harimao sebagai bagian dari sesi tari perang. Acara kemudian ditutup dengan atraksi lompat batu yang secara simbolik juga menggambarkan kemampuan para ‘pasukan elit’ dalam melompati benteng lawan.
Sanggar seni juga diberi tempat untuk menunjukkan kekayaan seni desa itu. Sementara untuk memamerkan hasil kerajinan tangan serta makanan tradisional, panitia menyediakan tempat khusus untuk itu.
Kesuksesan pagelaran “Bawömataluo 2011” adalah kisah sukses (success story) bahwa asal ada inisiatif dan komitmen kebersamaan, berbagai potensi di setiap desa dapat diangkat ke permukaan (bernilai jual, selain nilai edukasinya) tanpa harus menunggu inisiatif atau dukungan pemerintah daerah, apalagi pusat.
Tidak hanya di Nias selatan, di berbagai wilayah di Pulau Nias banyak desa yang memiliki kekayaan dan keunikan. Mungkin tidak semua harus melakukannya sendiri-sendiri seperti yang dilakukan Desa Bawömataluo. Bisa dilakukan secara bersama. Bisa juga dengan melibatkan pihak swasta.Namun sekali lagi, saatnya untuk belajar mandiri, dan mengurangi ketergantungan pada Pemda yang dalam banyak hal, memang sulit untuk diharapkan. Apalagi bila pemda sendiri mengalami keterbatasan, baik dana, maupun komitmen selain masalah birokrasi yang berbelit. Dan sejatinya, pengalaman Desa Bawömataluo itu, juga menjadi pelajaran/koreksi bagi Pemda Nias Selatan.
Bravo Desa Bawömataluo. Semoga sukses untuk persiapan pagelaran “Bawömataluo 2012”. (Etis Nehe)
Catatan: Artikel di atas baru ditayangkan karena masalah teknis pada situs beberapa waktu lalu. Artikel tertunda lainnya, akan ditayangkan bertahap.
Syukurlah kalau sudah ada perubahan. saya rasa para tetua dan tokoh desa bawomataluo dan orahili perlu diajak jalan-jalan ke bali dan tempat-tempat situs yg dijadikan objek wisata.
Juni 2010 saya dan istri berkunjung di hari biasa, dan kita tidak nafsu sama sekali untuk mengabadikan keindahan situs-situs itu (baik foto maupun video) karena jemuran bertebaran dimana-mana. untunglah kekecewaan itu terobati setelah istri saya (yg bukan asli Nias) melihat pantai sorake yg luar biasa indah.
Perlu sangat ditekankan untuk tidak membiarkan premanisme beroperasi. Layanilah setiap pengunjung tanpa harus membuat mereka merasa terpaksa membayar/membeli jasa atau barang yang ada. Make everyone feel comfortable.
Jasa parkir asalkan resmi dan wajar, mestinya tidak menjadi persoalan, tetapi semua harus ditata dengan baik. Saya kadang berani ribut dengan tukang parkir kalau ketika kita butuh untuk ngatur kendaraan dia menghilang entah kemana, tapi ketika mau pulang baru pluitnya berbunyi.
Semoga semua bisa berjalan semakin baik
Syukurlah mulai ada perkembangan. Perlu ditindak lanjuti.
Satu hal yang sangat penting adalah dengan banyaknya para pengunjung maka perlu di pikirkan ttg WC umum beserta air dan p. jawab kebersihan.
Semoga!
semangat lah untuk meningkatkan rasa kebudayaan kita NIAS kita mendukung ok.
saya mewakili masytarakat desa bawomataluo, memohon ma’af atas tindakan-tindakan masyarakat setempat yang membuat pengunjung terasa tidak terhargai. kita akan sampaikan dan evaluasi setiap yang merupakan hal-hal yang merugikan pengunjung di desa bawomataluo
dan terima kasih juga atas telah berkunjungnya ke desa tertua ini, dan semoga di hari akan datang dapat kembali lagi dan menyaksikan perubahan-perubahannya,
wilhelmuas haria
wilhari@gmail.com
bawahogo jimate,…
gae so ba khendra galae.,,
ae faguru gae khe nisekhe..
ae wa alui kheda juluma’ae ba idane soyo dawa sawolo,..
doro khwu uja-uja’e…