Pemkab Nisel Targetkan Bandara Silambo Beroperasi 2013
“Bandara itu salah satu target kami untuk harus beroperasi. Paling lambat, 2013 sudah beroperasi. Percayalah, kita akan fokus ke sana,” ujar Bupati Idealisman Dachi kepada Nias Online dalam wawancara eksklusif di rumah dinasnya di ibukota Kabupaten Nisel, Teluk Dalam, Senin (16/5/2011).
Bupati Idealisman menjelaskan, bandara itu ditargetkan segera beroperasi karena keberadaan bandara itu akan memberi akses yang cepat bagi pariwisata Nisel dimana dunia luar dengan mudah menjangkaunya. Dia juga menegaskan, meski dalam rencana pemerintah pusat bandara itu hanya berkelas airstrip, namun Pemda akan mengembangkanya menjadi bandara yang berstandar dan bisa beroperasi secara komersil.
Dia juga mengharapkan agar masyarakat bisa bekerjasama dalam menuntaskan pembangunan bandara itu. kerjasama yang dibutuhkan, di antaranya, terkait masalah tanah dan ganti rugi.
Untuk diketahui, pemerintah pusat menjadikan bandara Silambo tersebut sebagai salah satu dari program pembangunan bandara untuk pulau-pulau terdepan dan daerah rawan bencana. Pembangunannya menggunakan dana APBN. Meski pendanaan telah berlangsung bertahun-tahun, namun sampai saat ini, pembangunan bandara itu tidak mengalami perkembangan signifikan. Pantauan Nias Online menunjukkan, bahkan jalan akses ke lokasi bandara itu, mulai dipadati rerumputan yang mulai menutupi jalan.
Pembangunan tahap pertama bandara itu dimulai pada 2007 dengan panjang landasan 1.100 meter dan akan dikembangkan hingga menjadi 1.700 meter dengan lebar 300 meter. Dengan spesifikasi itu, bandara itu bisa didarati pesawat jenis Fokker 58. Juga didesain bisa didarati pesawat jenis Hercules untuk keadaan darurat.
Pada awalnya, pembangunan tahap pertama bandara itu membutuhkan Rp 3,7 miliar dari Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Nias. Sedangkan pembangunan tahap kedua, membutuhkan biaya sekitar Rp 10 miliar yang diharapkan bersumber dari dana pemerintah pusat dan pemerintah daerah/provinsi. Namun, hingga 2009, data BRR Nias menunjukkan proyek itu sudah menyerap anggaran hingga Rp 27 miliar.
Sedangkan pengerjaan tahap ketiga yang akan dilanjutkan oleh Departemen Keuangan dengan pergantian dari BRR ke RRKN akan menghabiskan anggaran Rp 9 miliar. Namun, hingga saat ini, penyelesasian proyek baru mencakup landasan pacu sepanjang 900 meter. Kegiatan lainnya masih terkendala belum terbebasnya lahan warga sekitar.
Letak bandara itu di Desa Botohilitanö memang sangat strategis. Berada di desa yang sama dengan Pantai Sorake memberi akses mudah bagi para turis lokal atau mancanegara untuk menjangkau Pantai Sorake maupun Pantai Lagundri. Bandara itu juga berjarak sekitar 14 kilometer dari Desa Bawömataluo. Bahkan, Bandara itu terlihat jelas dari Desa Bawömataluo, sebagaimana halnya pantai Lagundri dan Sorake. (EN)
May 21st, 2011 at 8:52 AM
Semoga cepat terealisasi….
May 21st, 2011 at 4:36 PM
Great planning hope to see the realization as planned.