Ahli Geologi ITM, Ir Lisnawaty, MT: Sumut Terancam Gempa Besar
Ahli Geologi Institut Teknologi Medan (ITM), Ir Lisnawaty MT mengatakan Indonesia sangat rawan terjadi gempa bahkan wilayah Sumut berpotensi alami gempa sangat besar. Kerawanan gempa itu berada di sepanjang pesisir pantai barat.
“Di Sumut ada dua sumber jalur gempa yang sangat berpotensi terutama jalur sepanjang pantai barat dan sumber jalur darat yakni Bukit Barisan,” ungkap Ahli Geologi Institut Teknologi Medan (ITM), Ir Lisnawaty MT saat memberikan kuliah umum, Sabtu lalu di kampus Institut Teknologi Medan.
Kerawanan gempa itu ada di sepanjang pantai barat yang sumbernya dari laut dan berpotensi tsunami. Menurutnya, gempa yang bersumber di laut disebabkan daerah itu masuk dalam lempeng Asia yakni tempat pertemuan lempeng benua Asia dan lempeng Samudera Hindia.
Tumbukan kedua lempeng itu mengakibatkan kepulauan kecil terdepan, seperti Nias dan daerah pesisir barat yakni Tapsel, Taput dan Madina sekitarnya terlebih dulu dihantam gempa. “Gempa akibat tubrukan dua lempeng sifatnya bisa menyeluruh dan getarannya dirasakan daerah lain yang sangat jauh dari sumber gempa,” ungkap Lisnawaty yang juga Sekretaris Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumut.
Tidak itu saja, menurutnya pulau-pulau yang terdekat dengan sumber gempa juga bisa hilang diakibatkan naiknya permukaan air laut dan turun akibat retakan bumi.
Dijelaskannya, sepanjang pegunungan Bukit Barisan merupakan jalur gempa di darat yakni pada jalur patahan semangko. Di Sumut jalur patahan itu masuk pada tiga segmen patahan, terdiri sekmen patahan Renun melalui Dairi, Karo, Langkat, Pakpak Barat, Tobasa dan Humbang Hasudutan.
Pada segmen patahan Toru yakni melintasi Tapanuli Utara dan Tengah dan segmen lainnya adalah patahan angkola meliputi Tapsel dan Madina.
Lisnawaty mencontoh jalan di Aeklatong Tapsel tidak pernah bagus karena jalan itu masuk jalur sehmen patahan angkola.
Di Sumut Utara gunung-gunung yang tergolong aktif dan berpotensi gempa yakni Gunung Sibayak, Sinabung, Martimbang, Sibual-buali, Sorik Marapi dan Gunung Lubuk Raya. “Dari sisi keilmuan, potensi gempa selalu ada namun belum bisa dipastikan kapan terjadi dan berapa besar skala richter. Karena itu sebaiknya pemerintah melakukan mitigasi yakni antisipasi sebelum dan sesudah gempa terjadi,” tegasnya.
Perbedaan kondisi gunung api di kawasan Pulau Sumatera berbeda dengan di Pulau Jawa. Menurutnya, komposisi perbedaan kedua gunung api tersebut dilihat dari komposisi magma yang dikeluarkan gunung berapi tatkala meletus.
“Secara umum, magma gunung api di Jawa komposisinya intermidiatis hingga basa atau adesitic. Sedangkan gunung api yang ada di Sumatera cenderung intermidiatis hingga asam atau granitis,” kata Lisnawaty.
Lisnawaty mengatakan, debu vulkanik yang dikeluarkan Gunung Merapi yang saat ini sedang meletus, ke depan bernilai ekonomis untuk mengembalikan kesuburan tanah. Bahkan pasir yang dimuntahkan memiliki kualitas terbaik untuk bahan bangunan dibandingkan pasir sungai. (Sumber: www.harian-global.com – 18 November 2010)
August 4th, 2015 at 10:38 PM
Kami harap sama ibu Lisnawaty agar dapat mengakses kapan terjadinya di nias….
Karena ini sangat menakutkan dan mohon bantuan pada pemerintah??
August 4th, 2015 at 10:38 PM
Kami harap sama ibu Lisnawaty agar dapat mengakses kapan terjadinya di nias….
Karena ini sangat menakutkan dan mohon bantuan pada pemerintah??