Mafia Pupuk Semakin Merajalela di Sumut
MEDAN – Kelangkaan pupuk yang terus terjadi di sejumlah daerah Sumatera Utara, diyakini karena ulah mafia atau spekulan. Hal ini semakin menguat mengingat pasokan pupuk dari distributor seperti PT Pupuk Sriwijaya dan PT Petro Kimia Gresik ke petani terus terserap sangat signifikan.
Anggota Komisi B DPRD Sumut, Bustami, mengaku dirinya merasa heran mengapa stok pupuk di tingkat petani terus krisis, padahal dari pengakuan distributor pupuk, bahwa serapan petani daerah cukup signifikan.
“Kalau seperti ini, sudah pasti ada keterlibatan mafia atau spekulan,” tegasnya, tadi sore.
Keheranan itu muncul setelah Asisten II Pemko Binjai, Walubi, dan Asisten II Pemko Nias, Syaiful, membeberkan bahwa di daerahnya masing-masing hingga kini pupuk merupakan barang yang sangat langka bagi petani.
Menurut pihak PT Petro Kimia Gresik Medan, serapan pupuk bersubsidi di kedua daerah cukup signifikan. Bahkan trennya dari tahun ke tahun terus meningkat.
Hal ini dibuktikan capaian serapan hingga 20 April 2010 untuk pupuk jenis ZA mencapai 12.990 ton dari alokasi setahun 61.735 ton. Kemudian serapan pupuk jenis Superphos/SP-36 mencapai 14.112 ton dari alokasi setahun 48.000 ton, serapan pupuk NPK sebesar 31.660 ton dari alokasi setahun 110.000 ton, dan serapan pupuk organik sebesar 9.166 ton dari alokasi setahun 50.864 ton.
Diakui, jika serapan yang cukup signifikan ini masih membuat petani di Sumut mengalami kelangkaan pupuk menjadi sebuah keheranan. “Serapan pupuk dari kami juga cukup signifikan. Jadi aneh juga, kalau masih ada petani yang tak kebagian pupuk,” kata, Herder Tambunan, dari PT Pusri Medan.
Dijelaskan, tren serapan pupuk yang terus melonjak dari tahun ke tahun, adalah jenis organik. Kendati produk pupuk jenis ini masih tergolong baru bagi petani Sumut, namun Herder melihat perkembangannya cukup menggembirakan.
“Tahun 2008 lalu, serapan pupuk organik mencapai 3.155 ton. Namun tahun 2009, serapannya meningkat empat kali lipat hingga mencapai 14.607 ton, dan sampai 20 April 2010, serapannya sudah mencapai 8.300 ton,” bebernya.
Menyiasati persoalan kelangkaan pupuk karena campur tanggan mafia/spekulan ini, seluruh peserta rapat sepakat untuk meminta bantuan aparat kepolisian.
“Bantuan aparat Polda Sumut untuk mengatasi praktik mafia pupuk ini, sangat perlu. Karena, pasokan yang sudah mencukupi, ternyata tak sampai ke tingkat petani akibat diselewengkan para mafia/spekulan,” kata Asisten Pemprovsu, Djaili Azwar.
(waspada, pakarpangan)