Suster Klara Bingung Soal Biaya Perobatan Frida

Wednesday, January 20, 2010
By nias

Pascakejadian tewasnya tiga orang anak di tangan ibu kandungnya di Nias karena dipicu faktor ekonomi menyedot perhatian masyarakat. Sementara itu, Suster Klara yang membawa Frida Nduru ke rumah sakit umum swasta Elisabeth, pada (7/1), lalu, sampai saat ini mengaku belum mendapat bantuan pendanaan dari pemerintah.

Padahal dengan uang seadanya dan tanpa bantuan dari pemerintah, Suster Klara nekat menerbangkan Frida bersama dengan ayahnya ke rumah sakit Elisabet, agar bocah berusia 7 tahun itu mendapat perawatan maksimal. Terbukti, gadis kecil bermata sipit berkulit putih ini, sudah bisa tersenyum, meski masih malu-malu dan belum mau bicara banyak.

Suster Klra mengaku, banyak yang meminta agar Frida dirawat di RSU Dr Pirngadi Medan, agar biaya perobatannya menjadi tanggungan yang ada dalam dana talangan di Dinkes Sumut, sebesar Rp 7 miliar. Namun karena citra yang buruk bagi pelayanan gratis ini, ia enggan Frida dirawat di sana.

“Sampai saat ini, belum ada bantuan dari pemerintah hanya dari PKPA saja. Biarlah. Saya juga juga tidak mau RSU Elisabet menanggung semua. Karena rumah sakit ini, kan swasta punya, dan mereka juga harus membayar gaji-gaji para perawatnya.” kata Klara.

Sekalipun belum mengetahui jumlah semua biaya perobatan terhadap Frida, ia kini masih berusaha untuk mencari dermawan yang bersedia meringankan biaya tersebut. “Yang terpenting, anak itu sehat sehat dulu. Soal biaya memang sampai sekarang belum ada. Tapi saya percaya akan ada yang bantu,” kata Klara optimis.

Setelah Frida dinyatakan benar-benar sembuh dan sudah dapat dibawa, Klara memastikan akan membawa kembali ke Nias. “Namun bagaimana soal perlindungan dan perawatannya, apakah kembali ke bapakanya, karena mereka masih punya bapak, saya belum bisa mengatakan. Itu semua terserah pada bapaknya,” ujar Klara.

Selain harus lebih memperhatikan Frida, Suster Klara, juga saat ini harus memperhatikan adik Klara yang juga korban pembantaian yang selamat, Foloo Nduru (5) dan Kafina Nduru (1,5). Keduanya, berada di rumah inap Faomasi Kopleks Laverna Gunung Sitoli.

Khusus Foloo Nduru, yang sempat kena sabetan parang ibunya, sampai kini kondisinya semakin sehat. Namun tidak dalam kejiwaannya. Sebab, bocah laki-laki berusia 5 tahun tersebut masih takut jika didekati orang lain, termasuk oleh Suster Klara. Sehingga di rumah inap tersebut, nenek korban ikut menemani.

“Kalau ada orang yang datang untuk melihatnya, dia sembunyi di ketiak neneknya, sepertinya ia masih belum mau didekati orang lain,” kata Suster Klara. (Harian Global, 19 Januari 2009)

2 Responses to “Suster Klara Bingung Soal Biaya Perobatan Frida”

  1. Buat Suster Klara dan Pembaca Nias Online

    Usaha untuk mencari pembiayaan bagi Ferida dan Juga Folo’o memang trus kita lakukan. dan sudah banyak orang yang berpatisipasi untuk membantu, mereka yang datang ke Rumah Sakit Elisabet ada yang memberikan sumbangan dana untuk membayar sebagian biaya rumah sakit langsung ke Pihak Rumah Sakit dan ada yang memberikan uang saku kepada bapak korban. PKPA sendiri telah membentuk tim Piket dan Juga Mobilisasi bantuan bersama Biro Pemberdayaan Perempuan, Anak dan KB Setda. Prov. Sumut dan Dinas Sosial Prov. SUMUT.

    Beberapa waktu lalu BUPATI NIas Bpk. Binahati B. Baeha juga telah datang ke RS Elisabeth dan berjanji akan menanggung biaya Rumah Sakit Ferida. mungkin ini bias di di Follow-up oleh Siapapun nantinya yang bisa menjadi jembatan antara pihak Rumah Sakit dengan Bupati Nias terkait pembiayaan Rumah Sakit.

    Untuk langkah perlindungan menjadi hal penting, saran saya ada pertemuan yang difasilitasi oleh pemerintah Kabupaten Nias melibatkan Kesusteran Laverna, PKPA, Dinas KB,PP dan Anak, P2TP2A dan Dinas Sosial. guna membicarakan lebih lanjut rehabilitasi mental dan perlindungan bagi Ferida dan Folo’o. bagi PKPA sendiri komitmen untuk melakukan pendampingan dan perlindungan dalam proses hukum yang akan di hadapi keluarga ini, baik Ibu Korban (Pelaku)dan Anak-anaknya.

    Terkait dengan posisi Ayah Korban, memang pengasuhan dan perlndungan terbaik ada dikeluarga terutama keluarga inti. namun kami mencatat keterangan dari Ibu korban dan kemungkinan bapak korban juga telah melakukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. sehingga sebelum kedua anak tersebut benar2 dikembalikan kepada ayahnya perlu ada konseling maupun pengawasan dari lembaga berwenang maupun keluarga besar korban. ini hanya sekedar kekhawatiran yang perlu diwaspadai saja. pembuktiannya harus melakukan pemeriksaaan intensif oleh pihak berwajib.

    Ya’ahowu

    #14283
  2. Pantas seorang Pemimpinan Negative Thinking??

    Ditengah kegelisahan dan kegundahaan seorang Ibu yang menghuni rumah sakit Jiwa dan sesaat lagi akan mendekam disel tahanan, meski sesungguhnya di juga korban. disisi lain ada anak-anak yang membutuhkan biaya tidak sedikit dan dukungan moril yang intensif agar jiwanya bisa diselamatkan dan mentalnya dapat dipulihkan. tapi seseorang yang seharusnya menjadi panutan, publik figur dan pengayom rakyatnya malah menuduh dan memfitnah satu institusi yang sejak awal konsern mendampingi anak-anak tersebut dan juga ibu korban (pelaku kekerasan). disaat orang-orang hanya bisa membaca peristiwa tragis itu di media, disaat orang-orang hanya bisa mendengar peristiwa dari kejauahan sambil mengumpat “Kasihan anak-anak dan Kejam x lah Ibu itu” tapi PKPA mencoba menggalang Solidaritas, mengajak Kesusteran, Pemerintah dan Siapa saja yang punya kesemapatan untuk bersama-sama membantu menyelamatkan nyawa Ferida dan Folo’o serta mendampingi Ibu korban dalam menjalani proses hukum.

    Tapi sangat di sayangkan, seseorang yang seharusnya lebih peduli, lebih melindugi dan lebih memotivasi bahkan bisa menggaransi jaminan pelayanan terbaik karena memiliki kewenangan untuk itu. namun baru tergerak untuk melihat korban setelah diyakinkan dan minta oleh seorang Istri Gubernur. dan akhirnya benar-benar datang melihat Ferida di RS ELISABETH Medan.

    Karena melihat yang menemani korban dan keluarga korban saat itu adalah staf PKPA Medan, seseorang ini menjadi berfikir Negative.
    1. Iya menyampaikan kepada staf Dinas Sosial Provsu yang kebetulan mendapat jadwal untuk ikut menemani korban. kepada staf dinsos tersebut iaya mengakan “Saya tidak percaya dengan LSM (PKPA) bisa mereka akan mencari keuntungan dari kasus ini. Mereka nanti menjual data-data nya untuk mendapatkan uang”

    2. “Kenapa harus diliput media ini kan memalukan padahal masyarakat Nias tidak seperti itu budayanya, seharusnya dikordinasikan dengan PEMDA kalo mau diekspose” ini adalah tuduhan yang seolah2 PKPA lah yang pertama x mengekspose, menurut saya bisa di kroscek ulang siapa sumber pertama yang mengangkat kasus ini ke media, dan apakah media bisa dihalang-halangi untuk mendapatkan berita? aneh statemen itu…

    Apa pendapat saudara-saudara saya baik masyarakat Nias sendiri maupun masyarakat luas tentang sebuah kejadian di atas….

    ===============================================================

    #14612

Leave a Reply

Kalender Berita

January 2010
M T W T F S S
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031