Bisnis 5 Milyar, Bukan Bisnis Kita

Monday, July 20, 2009
By nias

Berkali-kali Nias Online menerima imel dari orang-orang yang memperkenalkan bisnis di internet: Bisnis 5 Milyar. Dengan ikut bisnis ini, konon, Anda bisa mendapatkan keuntungan finansial yang lumayan, bisa sampai 5 milyar atau bahkan lebih. Berikut adalah penggalan beberapa kalimat dari imel yang diterima Nias Online (catatan: nama pengirim disamarkan).

Kenalkan saya A, mahasiswi salah satu universitas di X. Saya (A) pengen berbagi informasi nih buat kita semua, mudah2an bermanfaat. Barangkali ada dari rekan2 yg sedang butuh dana/income dalam jumlah besar…

Rekan2 bisa baca cara mendapatkannya disini (silakan klik atau copy-paste link berikut ke browser anda):
http://www.bisnis5milyar.com/?id=xxx

Selanjutnya pengirim email menjelaskan bagaimana ia mendapat ‘tambahan penghasilan’ yang spektakuler.

Tepat tiga minggu kemudian, pengirim imel yang lain menjawab si A sebagai berikut:

Hi A …

Terima kasih sekali atas informasinya, akhirnya saya gabung juga. Susah banget ya meyakinkan saya, hehhe.. Tadinya saya nggak yakin bisa menjalankan program ini karena sangat sibuk dg pekerjaan di kantor. Tapi ternyata apa yg kamu omongin bena juga, program ini tidak memerlukan banyak waktu utk menjalankannya. Cukup sebarin link website kita ke teman2 beberapa menit setiap harinya.

Hasilnya luar biasa, teman2 saya banyak sekali yg berminat. Di kantor saya ternyata belum ada satupun yg mengetahui program 5milyar ini, apalagi setelah kamu ngasih trik2 dari pengalamanmu, jadilah mereka berbondong2 jadi member saya semua. Dalam beberapa hari, ternyata mereka sudah nyebarin lagi mungkin ke saudara2 / teman2 mereka di tempat lain. Udah jutaan rupiah masuk ke rekening saya dlm seminggu ini, entah darimana saja datangnya, 50rb & 10rb banyak sekali, bahkan ada yg berasal dari pelosok papua nun jauh disana.

Beberapa minggu kemudian Redaksi menerima lagi imel yang sama dari pengirim lain (B) dengan kalimat yang mirip dengan kalimat dalam email si A, di mana perbedaannya hanya nama pengirim dan pekerjaan:

Dear Rekan2,

Kenalkan saya B, Karyawan salah satu Perusahaan BUMN. Saya (B) pengen berbagi informasi nih buat kita semua, mudah2an bermanfaat. Barangkali ada dari rekan2 yg sedang butuh dana/income dalam jumlah besar.

Iseng2 saya (B) udah coba, dan hasilnya udah lumayan banget utk ukuran saya (B) (lihat rincian income (B) dibawah).

Perlu dicatat bahwa pada akhir setiap imel, disertakan juga kesaksian orang yang pernah ‘berhasil’ dari bisnis ini. Berikut adalah contoh:

***
KESAKSIAN MEMBER LAIN, BAPAK C DARI KOTA Q

Bisa Menguliahkan Anak dan Biaya Berobat Ibu yg Sakit

Dear webmaster bisnis 5 milyar,

Saya ingin berterima kasih sekali kepada anda karena dengan adanya program ini saya betul2 terbantu dalam pemenuhan berbagai kebutuhan dana keluarga saya. Biaya ibu berobat ke rumah sakit, biaya kuliah anak2, dan insya Allah untuk biaya beli rumah yg lebih layak bulan depan
(mudah2an).

Apa itu Bisnis 5 Milyar ?
Bisnis 5 Milyar yang sedang kita bahas di sini adalah bisnis cari uang di internet yang informasi selengkapnya dapat diakses di situs Bisnis 5 Milyar: www.bisnis5milyar.net.

Bagaimana anda bisa meraup 5 milyar dijelaskan dalam situs tersebut; sebagian dari informasi tersebut didiskusikan dalam artikel ini.

Menurut situs itu, menjadi anggota bisnis ini dimulai dengan “Pembelian Produk Bisnis 5MILYAR senilai Rp 180.000,- (yg sekaligus menjadi biaya pendaftaran anda) dibayarkan secara bertingkat:
– Rp 50.000 untuk Sponsor Level-1
– Rp 10.000 untuk Sponsor Level-2
– Rp 10.000 untuk Sponsor Level-3
– Rp 10.000 untuk Sponsor Level-4
– Rp 50.000 untuk Sponsor Level-5
– Rp 50.000 untuk Webmaster (pengelola website sekaligus pemilik produk)“

Uang sebesar Rp. 5.1 Milyar itu akan mengalir ke rekening Anda hanya dengan merekrut sebanyak 10 orang anggota dan masing-masing anggota itu merekrut 10 anggotanya, seterusnya hingga level 5.

Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Level 1 = 10 x Rp 50.000,- = Rp 500.000,-
Level 2 = 10 x 10 x Rp 10.000,- = Rp 1000.000,-
Level 3 = 10 x 100 x Rp 10.000,- = Rp 10.000.000,-
Level 4 = 10 x 1000 x Rp 10.000,- = Rp 100.000.000,-
Level 5 = 10 x 10000 x Rp 50.000,- = Rp 5.000.000.000,-
Total = Rp 5.111.500.000,-

Dan, bayangin kalau anggota yang anda rekrut 20 orang, dan masing-masing anggota pada level berikutnya hingga level kelima juga berhasil merekrut masing-masing 20 anggota, Anda bisa meraup: “Rp 161.685.000.000,- (Rp 161 MILYAR.. Wow!)”

Apakah Mungkin ?
Di atas kertas, hitung-hitungan di depan bisa terealisasi, tergantung dari agresifnya Anda menyebarkan informasi dan meyakinkan calon-calon ‘mangsa’ Anda. Sebagaimana ditulis pada situs tersebut:
“Siapa yang bekerja dan berusaha lebih keras akan mendapatkan hasil lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat …”

Penulis sengaja memakai istilah mangsa di depan, karena pada akhirnya, dari sekian banyak anggota yang masuk dalam jaringan bisnis ini, ada yang hanya menjadi ‘korban’ (mangsa) yang tidak mendapatkan apa-apa selain kerugian uang sebanyak Rp. 180.000 yang dibagi ke 5 sponsor dan webmaster.

Tak ada yang dirugikan?

Dalam situs yang sama ditulis:
Tidak ada satu pihak pun yg dirugikan dalam Bisnis 5MILYAR ini. Ada segelintir orang beranggapan bahwa member terakhir-lah yg dirugikan, tapi anggapan ini tidak benar, karena faktanya tidak ada “member terakhir” dalam Bisnis 5MILYAR ini. Pertumbuhan pengguna internet di Indonesia yg mencapai 6 juta orang lebih per tahun jauh lebih besar dibanding pertumbuhan peserta bisnis ini. Jadi bisnis ini abadi, tidak ada istilah “member terakhir” karena akan selalu ada 6 juta orang lebih pengguna baru internet tiap tahunnya yg berpotensi untuk menjadi member.

“Tidak ada satu pihak pun yg dirugikan dalam Bisnis 5MILYAR ini.”
Ini adalah pernyataan yang gegabah. Sebab, bila hitung-hitungan di atas diteruskan, maka pada level ke 8, maka peserta sudah mencapai 100 juta orang, dan pada level ke 9, anggota mencapai 1 milyar. Yang terakhir ini tentu tak mungkin, karena penduduk Indonesia hanya sekitar seperempat dari jumlah itu. Yang lebih mungkin, apabila dianggap semua pengguna internet indonesia masuk menjadi anggota bisnis ini, maka jumlah anggota total adalah: 111.111.11 (termasuk penggagas yang berada pada puncak). (Catatan: Dari berbagai sumber dunia maya, saat ini dperkirakan pengguna internet di Indonesia sekitar 25 – 30 juta orang, masih jauh di bawah angka 100 juta yang disebutkan di depan.)

Apabila anggota pada level ke delapan sebayak 100 juta itu masing-masing memenuhi kewajibannya pada level di atasnya, dan level ke tujuh demikian pada level di atasnya dan seterusnya, maka level 1 – level 7 akan mendapat ‘penghasilan’ yang lumayan, di mana level tertinggi akan mendapat yang terbanyak.

Bagaimana dengan level ke delapan yang jumlahnya 100 juta orang itu ? Karena mereka berada pada level terbawah, maka jalan satu-satunya bagi mereka untuk merekrut anggota baru adalah mengirim informasi bisnis ini kepada mereka yang berada pada level lebih tinggi dari mereka. Dengan kata lain, mereka harus merekrut orang-orang yang barangkali pernah juga ikut merekrut mereka sebelumnya. Mungkinkah itu? Jawabannya diserahkan kepada para pembaca tulisan ini.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa keberlanjutan jangka panjang dari bisnis ini jelas sangat diragukan. Perhitungan yang diuraikan secara ‘detail’ oleh penggagasnya seperti diuraikan di depan adalah perhitungan ‘di awang-awang’. Penjelasan itu misalnya tidak memperhitungkan keadaan terburuk di mana seseorang yang menjadi anggota berusaha merekrut orang-orang lain yang sudah menjadi anggota sebelumnya. Hal ini sangat mungkin terjadi karena tidak ada mekanisme yang bisa menjamin bahwa anggota baru mengetahui daftar anggota yang sudah mendaftar. Juga tidak ada mekanisme yang bisa menjamin bahwa setiap anggota baru tidak mengirim undagan kepada orang-orang yang pernah mendapatkan undangan keanggotaan itu sebelumnya. Contoh nyata kelemahan sistem ini terlihat dari banyaknya undangan keanggotaan kepada Nias Online. Hingga saat ini, ada sekitar 30 imel serupa diterima Redaksi.

Dengan demikian, pemekaran keanggotaan yang diprediksi oleh sang penggagas bisnis awang-awang ini tidak akan menjadi kenyataan.

Cerita sukses orang-orang yang menjadi anggota yang Anda baca dari imel yang Anda terima bisa jadi benar, bisa juga hanya fabrikasi alias fiktif. Tetapi dapat dipastikan semakin lama bisnis ini berlangsung, semakin sedikit kisah sukses yang akan kita dengar atau baca dari para anggotanya, khususnya anggota yang berada pada level bawah.

Etika Bisnis ?
Adakah etika bisnis dari bisnis 5 milyar ini ? Kalau Anda penjual telur, maka Anda tentu tidak akan menjual telur busuk kepada langganan Anda. Kalau pun sebagian dari telur yang Anda jual adalah telur busuk, barangkali itu bukan kesengajaan. Dan kalau pelanggan mengembalikannya, hampir dapat dipastikan Anda akan menggantinya dengan telur lain yang segar.

Dalam bisnis 5 milyar ini, agaknya etika itu tidak dipertimbangkan. Begitu Anda mengirim uang pendaftaran kepada webmaster, maka tidak ada lagi harapan Anda mendapat uang itu kembali dari orang yang Anda kirim, dan karenanmya hanya berharap anggota pada level lebih rendah akan ‘mengembalikannya’ secara berlipat ganda kepada Anda. Jadi, kunci keberhasilan di tangan Anda: mengirim email sebanyak-banyaknya kepada teman yang Anda kenal, atau kepada siapa saja, walau pun Anda tidak mengenal siapa dia, asal Anda mengetahui alamat email yang bersangkutan. Dan bagi sejumlah orang, termasuk penulis artikel ini, imel-imel semacam itu jelas-jelas sangat mengganggu, karena tidak dikehendaki datangnya dan juga karena tidak diminati isinya. Agaknya sopan-santun berkomunikasi tidak lagi diperhatikan demi mengejar keuntungan finansial yang diklaim bisa berlipat ganda tetapi diragukan kehalalannya.

Para anggota yang terjaring juga tidak lagi mau berpikir panjang, bagaimana ia bisa mendapatkan uang berlipat ganda hanya dengan menyebarkan informasi bisnis ini lewat email ke orang lain, informasi yang belum tentu benar. Belum tentu benar, karena kita tidak tahu misalnya apakah klaim-klaim yang ditulis dalama kesaksian itu sungguh-sungguh kenyataan atau fabrikasi alias ditambah-tambah supaya calon mangsa ikut ‘tergiur’.

Bahwa Anda bisa mendapatkan keuntungan dari Bisnis 5 Milyar tidak dapat dibantah, sebagaimana kami uraikan di depan. Namun Anda juga perlu mempertimbangkan bahwa pada akhirnya ribuan, ratusan ribuan atau bahkan jutaan rakyat Indonesia tidak akan mendapatkan apa-apa dari bisnis 5 miluar ini, kecuali tips berbisnis di internet dan kerugian materil sebesar Rp. 180 ribu per orang.

Artinya, ‘penghasilan’ yang Anda peroleh tidak ‘halal-halal amat’, melainkan merupakankerugian yang diderita oleh ribuan, bahkan jutaan anggota pada level paling bawah yang tak mendapatkan apa-apa kecuali harapan kosong menjadi jutawan atau orang kaya mendadak.

Kalau Anda tak tega menengguk keuntungan ratusan ribu, jutaan atau ratusan jutaan rupiah dari kantong orang-orang lain yang tidak bakal mendapat apa-apa, maka bisnis 5 milyar ini bukanlah bisnis Anda, ia jelas bukan bisnis kita. (brk/*)

28 Responses to “Bisnis 5 Milyar, Bukan Bisnis Kita”

Pages: [1] 2 3 » Show All

  1. 1
    ArifinBasyir Says:

    Ya saya sangat setuju dengan pendapat anda. Di dunia nyata saja sudah banyak contoh kasus penipuan semacam itu. Antara lain MLM, Bank Century dan Bank di Bandung beberapa waktu yl. Karena itu jangan pernah menanggapi sesrius ajakan seperti ini (dengan megngirim sejumlah uang tetentu). Kecuali sama-sama mau iseng saja (tidak mengirim sejumlah uang). Ini sudah termasuk teror. Jangan menambah teror lagi. Sudah banyak teror, antara lain teror bom, teror penyakit flu dan banyak lagi,teror politik dan kehidupsn lainnya

  2. 2
    Safaraz Says:

    Selalu ada pro dan kontra di setiap bisnis.
    Setiap orang pasti akan mengalami kegagalan, dan dari situ justru orang tsb dapat belajar. saya sudah pernah coba beberapa bisnis MLM dan sejenisnya, dan kerap kali gagal. tapi kalau saya tidak pernah mencoba, saya tidak akan pernah tahu bagaimana sistemnya. Ilmu prospek saya dapatkan dari beberapa bisnis tersebut, dan benar2 berguna untuk pekerjaan yang berhubungan dengan sales, seperti asuransi dan lainnya.
    Jadi, tidak ada kata rugi dalam mencoba sesuatu, mendapatkan ilmu justru lebih mahal dari nilai bergabung. So, ini bisnis, jangan di campur adukkan dengan hal lain, yang mau bergabung silahkan saja, mengingatkan boleh saja, namun setiap orang yang ingin mencoba bisnis justru perlu support, bukan di jatuhkan semangatnya. Salam.

  3. 3
    Rakhmat Says:

    Bagaimana kalau bisnis online yang satu ini? http://www.secret-body.com/hidden/?id=cantik

  4. 4
    Bisnis 5 Milyar adalah Penipuan (Scam), Spammer, Haram, dan Illegal! « Sanji’s Secret Says:

    […] …dan pada level ke 9, anggota mencapai 1 milyar. Yang terakhir ini tentu tak mungkin, karena penduduk Indonesia hanya sekitar seperempat dari jumlah itu. …dapat disimpulkan bahwa keberlanjutan jangka panjang dari bisnis ini jelas sangat diragukan. …Anda juga perlu mempertimbangkan bahwa pada akhirnya ribuan, ratusan ribuan atau bahkan jutaan rakyat Indonesia tidak akan mendapatkan apa-apa dari bisnis 5 milyar ini, kecuali tips berbisnis di internet dan kerugian materil sebesar Rp. 180 ribu per orang. Artinya, ‘penghasilan’ yang Anda peroleh merupakan kerugian yang diderita oleh ribuan, bahkan jutaan anggota pada level paling bawah yang tak mendapatkan apa-apa kecuali harapan kosong menjadi jutawan atau orang kaya mendadak. http://niasonline.net/2009/07/20/bisnis-5-milyar-bukan-bisnis-kita/ […]

  5. 5
    Bisnis 5 Milyar adalah Penipuan Says:

    […] …dan pada level ke 9, anggota mencapai 1 milyar. Yang terakhir ini tentu tak mungkin, karena penduduk Indonesia hanya sekitar seperempat dari jumlah itu. …dapat disimpulkan bahwa keberlanjutan jangka panjang dari bisnis ini jelas sangat diragukan. …Anda juga perlu mempertimbangkan bahwa pada akhirnya ribuan, ratusan ribuan atau bahkan jutaan rakyat Indonesia tidak akan mendapatkan apa-apa dari bisnis 5 milyar ini, kecuali tips berbisnis di internet dan kerugian materil sebesar Rp. 180 ribu per orang. Artinya, ‘penghasilan’ yang Anda peroleh merupakan kerugian yang diderita oleh ribuan, bahkan jutaan anggota pada level paling bawah yang tak mendapatkan apa-apa kecuali harapan kosong menjadi jutawan atau orang kaya mendadak. http://niasonline.net/2009/07/20/bisnis-5-milyar-bukan-bisnis-kita/ […]

  6. 6
    Cahaya Says:

    Apapun nama bisnisnya yang penting ada produknya dan kalau tidak ada produknya baru penipuan nnamanya, nah produknya itu bisa bermanfaat atau tidak bagi penggunanya. Kalau bermanfaat ya pakai saja produknya dan tidak usah tergiur bisnisnya kalau takut tidak berhasil, apabila tergiur dengan bisnisnya ya jalankan sesuai program yang ada pada bisnis tersebut. Banyak orang yang sukses dalam bisnis MLM dan sejenisnya atau bisnis apapun, ternyata mereka itu adalah orang-orang yang konsisten dalam menjalankan bisnisnya dan mempunyai cita-cita yang ingin dicapai. Banyak juga yang gagal karena dari awal sudah takut gagal, artinya tidak mempunyai cita-cita yang jelas untuk bisa dicapai.

  7. 7
    Amboina's Blog Says:

    […] http://niasonline.net/2009/07/20/bisnis-5-milyar-bukan-bisnis-kita/ […]

  8. 8
    Tan Says:

    Kenapa ya di Indonesia banyak orang yang mengukur segala sesuatunya dari HARAM dan HALAL????? Seharusnya di jaman yang SUSAH ini kita manusia harus pintar pintar dalam memanfaatkan peluang bisnis. Apapun itu! Mau MLM ataupun Online Business yang lain. “Jangan mengukur segalanya dengan emosi, gosip yg negatif, negative thinking, takut gagal ataupun kepercayaan agama semata!!!” Saya yakin orang Indonesia memiliki kepintaran untuk berpikir dan merubah hidupnya menjadi sukses asalkan kita berani mencoba, ulet, pintar mencari informasi, sabar, dan tidak mudah membuat asumsi gagal sebelum melihat buktinya. CARANYA????? Rajin rajinlah ikut SEMINAR BISNIS, UNDANGAN BISNIS, KOMUNIKASI / TANYA JAWAB dengan orang orang yang sudah terlibat dan memiliki pengalaman di bidang tersebut. Pepatah berkata “MALU BERTANYA SESAT DI JALAN!”, “TAKUT MENCOBA MENYESAL KEMUDIAN!”

  9. 9
    Penulis Says:

    Sdr Tan,

    Tidak harus “halal” dan “haram” dari sudut agama. Menjalankan bisnis kan harus ada etikanya juga, etika yang orang tak beragama pun memilikinya. Kalau mau jual telur, ya jangan jual yang busuk dengan sengaja, yang merugikan pihak pembeli.

    Bisnis 5 miliar itu jelas-jelas akan merugikan banyak anggotanya. Cari makan dengan merugikan orang lain kan tidak etis, melawan suara hati kita juga.

    Jadi masalahnya bukan mengukur segalanya dengan “emosi, gosip yg negatif, negative thinking, takut gagal ataupun kepercayaan agama semata” melainkan kewajiban kita memberikan pencerahan agar masyarakat banyak jangan mudah tertipu dengan iming-iming akan kaya mendadak, dan agar para calon penipu yang memanfaatkan kelihaiannya menjaring mangsa berpikir berkali-kali sebelum memutuskan melangkah membuka bisnis tipu-menipu semacam ini.

    “Saya yakin orang Indonesia memiliki kepintaran untuk berpikir dan merubah hidupnya menjadi sukses asalkan kita berani mencoba, ulet, pintar mencari informasi, sabar, dan tidak mudah membuat asumsi gagal sebelum melihat buktinya.”

    Benar sekali itu, asal .. ya itu tadi … menjunjng tinggi etika bisnis, jangan sampai merugikan pihak lain.

    “Rajin rajinlah ikut SEMINAR BISNIS, UNDANGAN BISNIS, KOMUNIKASI / TANYA JAWAB dengan orang orang yang sudah terlibat dan memiliki pengalaman di bidang tersebut.”

    Pengamatan saya, banyak seminar bisnis yang hanya melihat dari sisi penjual: teknik pemasaran yang efektif agar barang apa pun ‘laku’, pokoknya laku, entah barang itu berkualitas atau tidak, bermanfaat atau tidak. Sepak terjang para pelaku pemasaran luar biasa, di pihak lain pihak konsumen tidak memiliki semacam badan pelindung di mana mereka bisa mengadukan keluhan ketika membeli ‘produk’ tipuan misalnya. Kita memang memiliki Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, tetapi sejauh saya amati kalah pamor dibanding dengan para pelaku pemasaran.

    Tulisan yang sedang kita diskusikan ini merupakan bentuk sumbangsih untuk memberikan pencerahan kepada konsumen, selagi hukum kita dan pihak-pihak lain yang seharusnya bisa melindungi – tak berdaya memberikan perlindungan.

    “Pepatah berkata “MALU BERTANYA SESAT DI JALAN!”, “TAKUT MENCOBA MENYESAL KEMUDIAN!””

    Benar sekali. Tolong baca sekali lagi artikel di atas, dan mudah-mudahan Anda tidak lagi akan terjun ikut aktif menjadi salah seorang di antara para pelaku bisnis tipuan semacam ini. Saya berharap Anda tidak mengirim kepada saya “Buku Tabungan Rina” yang sering saya dapat dari para pelaku bisnis 5 milyar ini.

    Saya berpendapat, sebaiknya Anda membaca kembali tulisan di atas dengan baik, dan coba endapkan debu-debu kesadaran anda sebelum memutuskan untuk menjadi bagian dari bisnis 5 milyar.

    Jawaban ini berlaku juga bagi para pemberi komentar sebelumnya.

    Salam,

    Penulis

  10. 10
    Made Sandiyasa Says:

    Terimakasih atas pencerahannya dalam blog ini. Saya pun sering menerima undangan melalui email tentang bisnis ini. Yang saya lakukan adalah menghapus email-email tersebut. Saya tidak percaya dengan bisnis-bisnis semacam ini bukan tanpa alasan. Dulu saya sempat rugi Rp. 3,5 juta karena ikut Goldquest. Sebelumnya saya juga sempat rugi Rp. 85 ribu (tahun 1995) karena gagal ikut Amway dengan Network 21-nya. Untuk selanjutnya banyak undangan MLM yang saya terima baik langsung maupun melalui email yang saya abaikan. Bahkan ada yang nekat datang ke rumah untuk presentasi. Saya senang ketika presentor tidak bisa menjawab pertanyaan saya; berapa orang yang akan menjadi korban bisnis ini ? Saya tidak mau menjadi salah satu dari mereka.

    Memang benar dalam setiap bisnis MLM harus ada yang dikorbankan. Saya contohnya. Saya tidak pernah keluar dari sistem yang harus diduplikasi, saya kerja keras mengundang dan datang ke seminar, tentu saja ada biaya ekstra yang harus saya keluarkan selain starting kit tadi. Hasil yang saya dapat adalah kekecewaan dan kerugian material. Jika uang Rp. 3,5 juta itu saya gunakan untuk biaya pendidikan anak saya, tentu akan lebih bermanfaat dari pada saya gunakan untuk memperkaya orang yang sudah sangat kaya. Tapi toh menyesal kemudian tidak ada artinya.

    Memang biasa dalam mengkritisi sebuah layanan MLM pasti ada yang membela, biasanya para membernya yang kadung sudah dicuci otaknya. Saya lebih senang menyebutnya para pemimpi. Saya pun dulu pemimpi dan menyebut para pengkritisi adalah orang yang kalah dan akan menjadi penonton atas keberhasilan kami (member). Saat itu saya merasa menjadi orang tangguh, berjiwa besar dan akan menjadi pemenang. Namun setelah direnungkan saat ini, betapa saya dengan tidak tahu malu memaksa orang untuk bergabung. Sekarang saya bersyukur tidak ada satu pun member yang bisa saya rekrut, sehingga saya tidak ikut menjerumuskan mereka dan menjadikan mereka korban. Meski demikian saya harus mengakui kalau saya telah banyak membuang waktu mereka.

    Untuk pembaca, apa yang disampaikan penulis benar adanya. Ini testimoni saya yang bertujuan untuk mengajak anda berfikir positif, bukan emosional. Alangkah baiknya uang seberapa pun kecilnya, dapat digunakan untuk hal-hal yang berguna, bukan untuk membangun impian koosong.

Pages: [1] 2 3 » Show All

Leave a Reply

Comment spam protected by SpamBam

Kalender Berita

July 2009
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031