Putri Nias Menimba Ilmu di Yogya
Kemajuan bagi daerah Nias, putri Nias banyak yang kuliah. Hal ini membuktikan, Nias telah membuka diri untuk kemajuan. Demikian diungkapkan Dr. Sayangi Halawa kepada Nias Online menanggapi banyaknya putri Nias yang melanjutkan studi di Yogyakarta. Dr. Sayangi Halawa lulusan SMA Negeri 1 Gunungsitoli, diterima di FK-USU lewat PMDK, dilantik sebagai dokter tahun 2002. “Selama ini cewek-cewek Nias terkungkung, gak boleh sekolah jauh. Sebuah terobosan luar biasa, sekarang orangtua kita berpikir tidak hanya laki-laki yang bisa merubah nasib, tapi putri juga bisa merubah nasib menjadi lebih baik dengan sekolah tinggi”, lanjut putri Nias yang tengah mengikuti pendidikan dokter spesialis THT di FK-UGM ini.
Hal senada disampaikan Dewi Marninta Lase, mahasiswi semester-3 FK-UGM. “Keren, putri Nias banyak kuliah di Yogya. Ini peningkatan luar biasa, kita gak cepet-cepet punya momongan, tapi bisa melanjutkan sekolah”, ujar lulusan SMA Negeri 1 Gunungsitoli ini. Dewi Lase diterima di FK-UGM lewat penjaringan bibit unggul. “Mudah-mudahan makin banyak putri Nias yang dapat kuliah di Yogya”, lanjut putri Nias yang bercita-cita menjadi dokter spesialis obstetri-gynekologi (kebidanan dan penyakit kandungan) ini.
Melihat banyaknya putri Nias melanjutkan studi di Yogya, Dr. Kesatrianita Fany Hondrö berpendapat, “Cukup bagus, hal ini membuka wawasan putri-putri Nias melihat dunia luar. Kalau diasah dan diberi kesempatan, kita bisa sama dengan orang lain”. Lulusan SMA Negeri 1 Gunungsitoli ini, lewat UMPTN kuliah di kampus yang relatif jauh bagi seorang putri lulusan SMA asal Tanö Niha, di FK-Unhas (Universitas Hasanuddin) Makassar. Dr. Fany Hondrö dilantik sebagai dokter tahun 2004, saat ini mengikuti pendidikan dokter spesialis anak di FK-UGM.
Tuty Margareth Mendröfa, S.Th. agak kaget saat diinformasikan sekarang ratusan putri Nias kuliah di Yogya. “Sangat berterima-kasih, para putri Nias berkesempatan menimba ilmu di Yogya”, kata Etha, nama akrab Tuty Margareth Mendröfa. Wajar Etha agak kaget, karena kurun waktu 1981-1986 dialah satu-satunya putri Nias yang kuliah di kota pelajar tersebut. Selama itu pula Etha menjadi ketua seksi kerohanian IKN (Ikatan Keluarga Nias) Yogya. Lulusan PGA Gunungsitoli ini, seusai menimba ilmu di STT Duta Wacana Yogya, aktif dalam kegiatan pelayanan di Jakarta.
Jejak Etha Mendröfa di Yogya diikuti Sherly Indrawati Waruwu, mahasiswi semester-3 Fakultas Agama Kristen jurusan Musik Gereja, Ukrim (Universitas Kristen Immanuel). Putri Nias lulusan SMA Negeri 1 Gunungsitoli ini berpendapat, ”Setelah lulus tidak harus kembali ke Nias, tergantung di mana saja saya dapat ditempatkan dalam tugas pelayanan.” Sherly Waruwu berpesan kepada para putri Nias yang kuliah di Yogya, “Tetap semangat, jaga diri, jaga nama keluarga.”
Menurut pengamatan Nias Online, selain teologia dan kedokteran (baca artikel Bangga Putri Nias Kuliah di Kedokteran), program studi yang banyak diminati putri Nias adalah: ekonomi, teknik sipil, dan teknik informatika (komputer).
Adil Kurniawati Hia lulusan SMA Negeri 1 Pekanbaru, kuliah di jurusan manajemen FE-Ukrim, semester-7. Adil Hia ingin menjadi berkat buat anak Nias. “Saya ingin membekali diri sendiri dulu, cari kerja di luar Nias, baru kembali ke Nias buka usaha, misalnya usaha warung makan”, katanya. Jiwa wirausaha sudah dirintis Adil Hia. Sambil kuliah dia kerja, mencari pengalaman sekalian menambah uang saku. Ketika Nias Online menghubunginya, Adil Hia sedang berkemas berangkat ke tempat kerjanya di konter pulsa dekat kampusnya “Mari kita putri Nias di Yogya menjadi teladan, berjuang semaksimal mungkin, sekalipun orangtua kita gak mampu”, pesan putri Nias yang ramah dan energik ini.
Jiwa kewirausahaan juga dimiliki Ilka Permanasari Gea, mahasiswi jurusan manajemen FE-Ukrim, semester-3. Lulusan SMA Negeri 1 Gunungsitoli ini ingin jadi jurnalis. “Saya mengambil jurusan manajemen yang sama sekali saya gak punya dasar dalam setiap mata kuliahnya. Karena di SMA saya jurusan bahasa. Saya mulai uring-uringan dan cari kerja sebagai penulis atau penyiar radio sesuai cita-cita saya sejak SMA, namun gagal”, kata Ilka Gea. “Akhirnya saya bulatkan tekad masuk Ukrim. Harapan saya, setelah lulus saya bisa jadi eksekutif atau pebisnis yang handal, tanpa mengharapkan direkrut oleh pemkab di Nias. Saya mau buka usaha sendiri, entah di sini ataupun di Nias”, lanjut Ilka Gea.
Teman seangkatan Ilka Gea di jurusan yang sama, Erlina Harefa, juga punya harapan yang sama. “Saya berharap bisa menjadi seorang pebisnis yang handal, sesuai kemampuan yang aku miliki, dan setelah kembali ke Nias bisa membangun Nias”, kata Erlina Harefa, lulusan SMK Swasta Kristen BNKP Gunungsitoli ini. Erlina Harefa percaya, datang dan kuliah di Yogya bukan karena kebetulan, tapi itulah rencana Tuhan yang terbaik dan indah dalam hidupnya pribadi.
Mahasiswi Ukrim angkatan 2008, Jeanny Harefa, kagum pada kemajuan di luar Nias. “Saya mengambil prodi Teknik Sipil, karna saya tertarik kenapa orang-orang dari daerah lain, negara lain yang sudah maju, mampu merancang gedung-gedung mewah, pencakar langit, jalan raya yang luas, jalan tol, landasan udara yang bagus, penataan kota yang bagus, pelabuhan yang bagus, dan sebagainya di daerahnya, di negaranya”, kata Jeanny Harefa, lulusan SMA Negeri 1 Gunungsitoli ini. Harapan putri Nias calon insinyur ini, setelah lulus dia ingin membangun Nias bersama teman-teman, untuk itu dia berharap agar pemkab di Nias memperhatikan mereka dan mendukung cita-cita mereka. “Rebuild Nias for the Best Future”, kata Jeanny Harefa.
Yeni Marthalina Gea mahasiswi semester-7, jurusan manajemen konsentrasi apotek di STIE Ekata Upaweda Yogya. “Bagus, Nias ada perkembangan. Pola pikir sekarang jauh lebih maju, cewek-cewek gak usah selalu di rumah atau di dapur”, kata Yeni Gea melihat banyaknya putri Nias kuliah di Yogya. Putri Nias lulusan SMU Hang Tuah Tarakan, Kaltim, ini menargetkan tahun 2009 lulus, dan ingin bekerja di dinas kesehatan atau di PBF (Pedagang Besar Farmasi) di mana pun Tuhan menempatkannya. Pesan Yeni Gea untuk para putri Nias yang kuliah di Yogya, “Sukses, jangan lupa mengembangkan pulau Nias tercinta!”
Setelah lulus, Yestika Asni Buulölö berencana tidak segera pulang kampung. Lulusan SMA Negeri 3 Gunungsitoli ini masih ingin sekolah lebih tinggi lagi. “Saya ingin lebih pintar, melanjutkan studi ke S-2, atau mencari pekerjaan dulu di luar Nias, kemudian baru balik ke Nias untuk membangun Nias”, kata putri Nias yang sekarang kuliah di Teknik Sipil Ukrim, semester-3. Yestika Buulölö berpesan kepada para teman putri Nias yang kuliah di Yogya, “Usahakan berhasil, jangan sia-siakan harapan orangtua, balik ke Nias supaya Nias jangan ketinggalan. Ngapain kita bangun daerah orang lain, sementara daerah kita ketinggalan terus”.
Bekerja di birokrasi perkantoran juga merupakan harapan beberapa putri Nias, terutama mahasiswi yang menekuni jurusan komputer. Mercy Yunita Harefa, lulusan SMA Negeri 3 Plus Gunungsitoli, angkatan 2008 di Ukrim. “Saya pengen sekolah kesehatan, tapi biayanya besar. Jurusan saya komputer, setelah lulus pengennya pemerintah kabupaten dapat menempatkan saya kerja, saya berharap pemkab di Nias ke depan bisa adil dan jujur, se’nggaknya saya bisa kerja di kantor ternama”, kata Mercy Harefa. Harapan senada disampaikan Prisca Harefa, lulusan SMA Swasta Pembda 1 Gunungsitoli. “Jurusan saya di Ukrim Teknik Sipil. Apabila saya lulus nanti, saya ingin bekerja di perkantoran”, kata Prisca Harefa, mahasiswi angkatan 2008.
Demikian kisah dan harapan beberapa putri Nias yang menimba ilmu di Yogya. Eksistensi putri Nias itu, sebagaimana dikatakan Dr. Sayangi Halawa, menunjukkan kemajuan daerah Nias. Orangtua Nias telah membuka diri untuk putra dan putrinya, menyekolahkan mereka setingginya meskipun jauh di mata, untuk merubah nasib menjadi lebih baik. Apakah para pejabat pemerintahan kita di daerah Nias telah memperhatikan dan memperhitungkan betapa besar potensi dan kemajuan sumber daya manusia Nias ini? Apakah Tanö Niha dapat mengakomodasi setelah para putri Nias lulus? Kebijakan yang mereka telorkan sebagai pejabat pemerintahan hari-hari inilah yang dapat membuktikan.
Kepada para rekannya yang kuliah di Yogya, Dr. Fany Hondrö berpesan, “Rajin belajar, buktikan bahwa orang Nias ada kelebihan”. Sementara itu, Dr. Sayangi Halawa berharap, “Kesempatan ini agar dipergunakan sebaik-baiknya, jangan disalahgunakan. Kuliah sungguh-sungguh untuk membuahkan hasil yang terbaik”.
Sebagai alumni Yogya, Etha Mendröfa berpesan, “Harus ingat komitmen, kita ke Yogya itu ngapain. Sudah ninggalin Nias, ninggalin orangtua, untuk menimba ilmu dan prestasi, jangan pulang kalau tidak bawa apa-apa. Pintar-pintar bawa diri, di mana bumi dipijak, kita mengikuti adat-istiadat setempat. Semoga sukses dan berhasil!” Mantan aktivis seksi kerohanian IKN ini mengingatkan pula, agar seksi kerohanian IKN-Yogya harus lebih aktif. “Back to Bibel, takut akan Tuhan adalah awal ilmu pengetahuan (Amsal 1:7)”, kata Etha Mendröfa. (moyo).
January 2nd, 2009 at 11:59 AM
Bung Redaksi yth.
Sungguh menggembirakan kemajuan pendidikan dari putri-putri Nias dan mudah-mudah lebih banyak lagi yang melanjutkan pendidikannya.
Maju terus putri Nias.
Bung Moyo, kami rasa di luar Yogya masih banyak putri Nias yang kuliah.. moga-moga dapat di buat artikelnya juga.
Ya’ahowu
January 2nd, 2009 at 1:11 PM
Ya’ahowu..
Selamat Natal & Tahun Baru kepada semua warga Nias.
Sungguh suatu kebanggaan dimana banyak putri Nias yang sekarang kuliah. Hal ini menandakan bahwa sekarang di Nias semakin terbukanya mata hati masyarakat kita akan pentingnya kesetaraan pendidikan tanpa memandang gender.
Selama ini di Nias kita tau bahwa biasanya yang kuliah cuma para pria sedangkan wanitanya selesai SMA langsung dinikahin dengan alasan biar si Bapak dapat cucu.
Belajar yang benar, jaga nama orang Nias agar kelak kita semua dapat berkarir dalam berbagai bidang dan dapat membawa kemajuan buat Nias.
Buat redaksi Niasonline selamat bekerja tingkatkan terus liputannya agar semakin menarik….
January 2nd, 2009 at 3:24 PM
Ya’ahowu…
Perasaan saya sama seperti ketika membaca artikel sebelumnya “Bangga Putri Nias Kuliah di Kedokteran”, sangat bahagia mengetahui begitu banyak saudara saya, khususnya putri-putri Nias yang berani keluar dari Nias untuk melanjutkan studi sebagai salah satu bentuk kecintaan pada Nias karena sekembalinya dari Yogyakarta dengan membawa gelar sarjana, putri-putri Nias diharapkan membawa ‘angin pembaruan’ bagi Nias tercinta.
Namun saudara2ku, putri-putri Nias, kita tidak boleh hanya menjadi ‘Sardjono’, yaitu orang yang memiliki kemampuan dan keterampilan mengolah otak, tetapi juga harus menjadi ‘Sudjono’, yaitu orang yang memiliki kemampuan dan keterampilan mengolah rasa batin, sehingga menjadi ‘Sudharsono’ yaitu orang yang melakukan hal-hal yang bermanfaat dan sempurna… karena seseorang yang hanya menjadi ‘Sardjono’ tanpa ‘Sudjono’ cenderung melakukan hal-hal yang merugikan orang lain, sedangkan kalau hanya menjadi ‘Sudjono’ tanpa ‘Sardjono’ cenderung berbuat yang kurang bermanfaat (Sutikno, Varia Peradilan No.98/1983).
Dalam sebuah film barat yang saya lupa judulnya, suami adalah kepala keluarga, yang akan memimpin ke mana sebuah keluarga akan di bawa… namun istri adalah leher… yang menyangga kepala ke manapun kepala berputar… jadi, tidak ada alasan untuk saudaraku putri-putri Nias untuk tidak berusaha meraih pendidikan setinggi2nya dengan alasan ‘toh nanti hanya ikut suami’, karena kualitas kita pun dibutuhkan dalam membangun keluarga kita kelak…
Selamat Tahun Baru 2009…
Selamat mewujudkan mimpi-mimpi yang telah dibuat di tahun sebelumnya…
Tuhan memberkati.
January 3rd, 2009 at 2:11 PM
Bung Red. salut liputan Niasonline menampilkn sisi cerah perempuan Nias. Kami tunggu liputan ttg putri Nias yg lainnya. Bravo perempuan Nias… 🙂 Yaahowu fefu!
January 3rd, 2009 at 10:45 PM
wah wah mbak asni udah keluar pepatah jawanya nih, maaf ini mbak asni yang tinggal disemarang dulu ya?, salam deh buat bapak sama mama, udah kelar kedokterannya?, tinggal dimana sekarang
January 3rd, 2009 at 11:07 PM
Pro Pak Fery:
…Dan… maaf, apakah ini Pak (Bang) Fery yang dulu pake kacamata? Baik Pak… akan Asni sampein ke Pa n Ma. Skrg masih kos di Yogya, mbil ngurus surat2, kmrn baru pelantikan tgl 23 Des..
Maaf kalo pake pepatah dr Jawa… tp saya juga sangat berkeinginan meng-explore pepatah2 Nias… Mohon bantuan dr Pak Fery…
Ya’ahowu…
January 4th, 2009 at 10:19 AM
Sebagai Info ada Putri Nias yang kuliah di Program Studi Ilmu Keperawatan UGM, namanya SWASTI ELISABETH DUHA
January 4th, 2009 at 11:28 AM
selamat tahun baru 1 januari 2009.saya bangga kakak-kakak saya yang kuliah di UGM semoga sukses selalu dan jangan lupa pulau nias
dr….buala WH. Halawa
kelas….6A SD.ST ANTONIUS, MEDAN
Ya’ahowu ita fefu..
January 4th, 2009 at 8:33 PM
Buat Bapak Bendris Tazuno (resp. 1), waah kapan-kapan kita bareng tour jurnalistik ke beberapa kota ya, seperti dulu pernah kita lakukan… Sementara ini fokus kita di Yogya dulu, tempat Pak Bendris pernah menimba ilmu. Di luar Yogya memang banyak putri Nias yang kuliah.
Buat Bapak/Bung Dodo Hura (resp. 7), Nias Online telah mewawancarai Swasti Elisabeth Duha, alumni tahun 2005 Akper Gunungsitoli yang kini menimba ilmu di UGM.
Sedikit bocoran nih, Nias Online juga telah bertemu para mahasiswi pemain voli yang baru saja menyabet 2 trofi, Rantimas Restuti Duha dkk. Juga aktivis kampus, Ketua KEMASIKA (Keluarga Mahasiswa Fisika) Rostuti Zebua. Nantikan artikelnya beberapa hari lagi.
Ya’ahowu!
Redaksi-moyo
January 7th, 2009 at 6:19 AM
wanita tidak seharusnya tidak di bawah lelaki, melainkan sejajar dengan mereka. apalagi wanita mengemban tanggung jawab yang tidak kalah besarnya dengan lelaki dalam membina rumah tangga. ini tidak berarti bahwa wanita segalanya harus berakhir di kasur, sumur, dan dapur, tetapi lebih dari itu wanita bertanggung jawab membentuk generasi yang terbaik dan ketika mereka berani “keluar” dari keterkungkungan, itu akan membantu mereka termasuk mendapatkan pengetahuan yang memadai dalam membina anak-anak mereka. mungkin kita perlu kembali koreksi budaya patrilineal yang cenderung mengutamakan pria begitu jauh di atas wanita dan wanita cenderung hanya dijadikan “perhiasan sangkar madu”.
untuk drg. Asni Zebua, kalo udah inget judul filmnya, kasih tau ya.