Tantangan Pembangunan Sekolah Pasca Gempa Di Pulau Nias

Monday, March 3, 2008
By nias

Oleh: Khairul Amri*

Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 28 Maret 2005 telah meluluhlantakkan Pulau Nias. Kerusakan terjadi dimana-mana, rumah, fasilitas umum dan sekolah. Jika rumah rusak tentu pemiliknya harus tinggal di tenda darurat. Jika fasilitas umum seperti jalan, jembatan dan rumah sakit rusak, maka masyarakat tidak dapat mengakses dan mendapatkan pelayanannya. Jika sekolah rusak maka murid sekolah juga terpaksa belajar di tenda darurat atau ruang kelas yang sudah tidak layak. Kondisi ini tentu sangat memiriskan hati melihat murid sekolah belajar secara darurat. Kegiatan belajar mengajar tidak berjalan dengan lancar karena murid belajar di ruang terbuka yang tidak nyaman dan rentan terhadap gangguan cuaca seperti panas dan hujan.

Melihat kondisi tersebut banyak lembaga yang telah memulai rekonstruksi sekolah dari ruang sekolah sementara dan sekolah permanen yang dilakukan oleh berbagai NGO dan kantor UN. Pembangunan ini jika dilihat memang sangat lambat dibandingkan dengan pembangunan rumah yang telah dilakukan. Jika pembangunan rumah dapat dikerjakan dengan tidak melibatkan banyak pihak, maka sekolah adalah fasilitas umum yang harus juga melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan di lingkungan sekolah tersebut. Hal ini yang menjadi kendala kenapa pembangunan sekolah begitu terlambat. Karena penyelenggara proyek harus menjaga keselarasan hubungan antara kontraktor, komunitas sekolah, instansi pendidikan hingga masyarakat sekitar proyek.

Program pembangunan sekolah yang dilakukan oleh UNOPS (United Nations Office for Project Service) atas dukungan UNICEF telah memperlihatkan bagaimana sebuah rencana pembangunan sekolah begitu membutuhkan kesabaran dan ketekunan dalam melewati proses demi proses. Pemilihan sekolah yang diusulkan oleh Pemerintah Indonesia kepada UNICEF, pelimpahan pembangunan kepada UNOPS sebagai pengawas, penawaran proyek dari UNOPS kepada kontraktor ditambah ketidaksabaran komunitas karena sangat lambatnya implementasi dimulai.

Pengadaan material juga sering menjadi masalah terlebih di daerah-daerah yang sulit dijangkau, diikuti oleh masalah-masalah yang timbul di antaranya masalah lahan, masalah ketidakmampuan kontraktor hingga tidak menyelesaikan proyek, masalah kerjasama antara komunitas dan kontraktor, masalah sosial dikarenakan adanya mobilitas orang dan barang yang melewati suatu komunitas, serta kurangnya pemahaman terhadap kebiasaan masyarakat lokal yang sering menimbulkan gesekan. Bahkan sekolah yang sudah selesai juga sering menjadi masalah karena ada tuntutan terhadap berbagai hal selama proses konstruksi. Terakhir adalah masalah pemeliharaan sekolah yang sedang dalam masa atau telah selesai konstruksi .

Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman UNOPS dalam pembangunan sekolah di Nias.

Community Relations Associate
UNOPS Region Nias
Jl. Diponegoro KM3, Gunung Sitoli
Kabupaten Nias
+(62-639)7000340
http://unops-niasregion.blogspot.com/

Leave a Reply

Kalender Berita

March 2008
M T W T F S S
 12
3456789
10111213141516
17181920212223
24252627282930
31