“Festival Nias Ya’ahowu†Diharapkan Dapat Menarik Dunia Internasional
Gunungsitoli, (Analisa)
Pelaksanaan “Festival Nias Ya’ahowu†yang merupakan tradisi masyarakat Nias yang hampir 10 tahun belakangan tidak pernah dilaksanakan.
Diharapkan pada pelaksaaan sekali ini dapat menarik investor dan dunia internasional dengan kebudayaan yang dimiliki Kabupaten Nias, terlebih-lebih setelah wilayah Nias telah dimekarkan.
Hal itu diungkapkan, Ketua Lembaga Budaya Nias (LBN) Drs. Baziduhu Zebua didampingi Ketua Harian Pelaksana Festival Nias Ya’ahowutahun 2007, Drs. Nehemia Harefa MM, Sekretaris harian pelaksana, Theodore Hulu S.Pd dan sejumlah unsure ketua dan wakil ketua serta Ketua Seksi Harian Pelaksana Festival Nias Ya’ahowu tahun 2007 kepada sejumlah wartwan saat melakukan konfrensi Pers di Kantor Bappeda Kabupaten Nias Jalan Pancasila Gunungsitoli.
“Dalam pelaksanaan Festival Nias Ya’ahowu ini kita sebagai pelaksana yang dipercayakan pemerintah daerah mengharapakan kegiatan ini dapat menarik dunia internasional untuk melirik wilayah Kabupaten Nias dengan segala budaya yang dimilikinya,†ungkap Baziduhu Zebua.
Lebih jauh ia mengatakan, pelaksanaan “Festival Nias Ya’ahowu yang direncanakan digelar pada 1 Oktober hingga 3 Oktober di Lapangan Merdeka Gunungsitoli mendatang merupakan pesta budaya masyarakat Nias yang 10 tahun terakhir belum pernah dilaksanakan lagi.
“pelaksanaan Terakhir Pesta Ya’ahowu ini dilaksanakan pada tahun 1996,†imbuhnya.
Selanjutnya Baziduhu Zebua mengatakan, sebelumnya pada tahun 2006 LBN kerjasama dengan Badan Rehabiltasi dan Rekontruksi Perwakilan Nias melalui Satker Budaya agama dan sosial telah melaksanakan beberapa kegiatan, seperti mengkaji ulang sejarah tentang “Fondarkoâ€.
Saat ini himpunan sejarah tentang “Fondrako†sedang diketik ulang dan kemungkinan akan di publikasikan ulang dalam minggu ini.
Ia mengatakan, setelah Nias dimekarkan kini menjadi satau kabupaten kelihatan wujud budaya pasti berbeda-beda.
Kesempatan festival 2007 merupakan awal bagi Nias untuk berdiri sendiri dengan ciri khas yang disampaikan menarik dunia luar yang mau menanamkan investasi di Nias lebih khusus dalam bidang pariwisata di wilayah Kabupaten Nias.
Karena budaya Nias yang dikenal cukup unik dan beranekaragam dapat tetap dilestarikan dan menjadi satu Nilai jual dalam bidang pariwisata.
Menurutnya, festival budaya Nias pernah tampil di luar Nias tetapi pada tahun 2007 ini merupakan momen khusus festival Nias tampil seperti busana tradisional Nias, dan bukan busana pengantin atai bangsawan.
Lagu rakyat bernuansa tradisional Nias yang meliputi, ngenu-ngnu,mbolombolo dan lailo dengan pemakaian alat musik pengiring utama dari doli-doli, langia, sigu, tamburu fondrakhi, durim baloduhi, tutuhao, riti-riti, yang akan dikemas melalaui standarisasi berisi kisah cerita rakyat tentang pendidikan remaja, gotong royong, bercocok tanam, cara pemnyambutan tamu, kelahiran anak, kisah perkawinan, kematian, peningkatan, peningkatan status sosial dana cara pendirian kampung adat (Banua Hada) dan Pendirian Tugu (Gowe).
Pada festival ini nantinya direncanakan akan dibuka secara langsung olah menteri Menteri Pariwisata dan Kebudayaan serta akan dihadiri Menteri Pendidikan, serta diharapkan para tokoh masyarakat Nias baik yang ada di Nias terlebih-lebih kepada tokoh masyrakat Nias yang berada di Luar Nias, untuk dapat melihat kembali wujud budaya Nias. (esp/kap)
Sumber: Analisa, 17 Oktober 2007
Ya’ahowu….
Acara lokal mengharapkan perhatian internasional.
Hmmm… patut didukung. Tetapi, ada beberapa hal yang saya rasa perlu mengingatkakannya kepada saudara-saudari di panitia acara dimaksud.
1. Alangkah baiknya jika panitia ‘memanfaatkan’ sejumlah media atau website terkait nias untuk memromosikan acara itu. Tentu saja, harus dilengkapi dengan paparan singat dan memadai mengenai latar belakang, isi dan tujuan acara tersebut. Termasuk apa saya yang akan ditawarkan dalam acara tersebut. Menurut hemat saya, tidak cukup hanya dengan pemberitaan secara sporadis melalui berbagai media massa lokal tentang acara tersebut.
2. Tidak lupa, panitia ‘wajib’ menyediakan diri atau pun personil khusus menjadi pemandu bagi para peminat acara itu sementara mereka masih berada di luar Nias atau bahkan di luar negeri. Dan, lebih luar biasa lagi, jikalau panitia menyiapkan panitia pemandu para ‘pendatang-peminat’ acara itu pada hari H-nya.
3. Saya pikir, hal-hal itu adalah langkah-langkah sederhana berdampak besar bila target ‘menarik perhatian dunia internasional’ harus dilakukan. Berdasarkan pengalaman, gawean tingkat nasional pun belum tentu diminati masyarakat internasional, bahkan sekalipun telah gencar dipromosikan. Nah, kalau acara ini saja sebenarnya acara lokal daerah Nias, tentu saja, jauh lebih besar upaya promosi yang harus dilakukan.
Demikian beberapa buah pikiran dari saya, semoga berguna.
Semoga sukses
Tks
Etis Nehe