Pemerhati bintang Vatikan mencari surga
Artikel ini ditulis oleh David Willey (Koresponden BBC di Roma) pada situs BBC sebagai bagian penting bahwa gereja hingga kini pun masih tetap eksis dengan penelitian luar angkasa. Sebuah fakta menarik, bahwa sekalipun menjadi topik yang kontroversial, gereja, melalui ordo pelayannan atau pun kaum awam, sedari awal menelusuri berbagai rahasia di cakrawala sana. Gedung-gedung bersejarah di seluruh penjuru Eropa ternyata pada faktanya menyimpan dan menginformasikan secara terang-terangan mengenai ilmu perbintangan dan ilmu ruang angkasa pada pengikutnya, yang kemudian dicap dan lebih dikenal sebagai ilmu takhyul, dll. Ini bisa dilihat pada dinding-dinding gereja dan atau kastil-kastil. Lebih jauh lagi, pada prakteknya, ilmu perbintangan dan atau ilmu pengetahuan luar angkasa, sangat banyak berfaedah dalam kehidupan sehari-hari, seperti penentuan waktu (hari dan jam), arah mata angin, analisa gerakan bumi dan matahari, dll. (ya’ahowu/katitira)
Vatikan astronomi
Untuk kedua kalinya dalam tujuh tahun, Vatikan menjadi tuan rumah satu konferensi ilmiah bagi para astronom.
Lebih dari 200 ilmuwan dari 26 negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jerman, Rusia dan Jepang berkumpul di Roma untuk membahas lingkaran galaksi-galaksi selama lima hari.
Di Universitas Kepausan di Roma yang biasanya dipenuhi oleh para ahli teologi Katolik yang mempelajari Kitab Suci, para ilmuwan itu termasuk para pastor Jesuit yang bekerja di observatorium Vatikan sendiri, akan bergulat dengan simulasi matematik dan formula yang sulit dimengerti mengenai asal muasal fisik planet bumi, termasuk konsep lubang hitam dan materi dingin dan gelap.
Pastor Jose Funes, kepala Observatorium Vatikan mengatakan penemuan-penemuan baru yang menggembirakan sudah dibuat berkat teleskop angkasa luar sejak pertemuan terakhir membahas galaksi di tahun 2000.
“Lingkaran galaksi-galaksi adalah satu topik yang hangat,” kata dia.
‘Topik hangat’
Pastor Funes punya satu tim kecil yang terdiri dari hanya 13 ilmuwan yang bekerja penu, kebanyakan mereka adalah pastor dari ordo Jesuit, untuk menjalankan program riset astronominya, tetapi juga bekerjasama dengan banyak universitas ternama di seluruh dunia.
Gerhana
Kenapa Vatikan mendanai penelitian astronomi setelah berabad-abad terjadi perdebatan publik mengenai peran relatif ilmu dan agama?
Pastor Jesuit, Guy Consolmagno, seorang anggota tim Pastor Funes dan kurator salah satu koleksi meteroit terpenting di dunia yang disimpan di kediaman musim panas Paus di Castlegandolfo, menjelaskan.
“Mereka ingin dunia tahu bahwa gereja tidak takut akan ilmu,” kata dia.
“Ini adalah cara kami melihat Tuhan menciptakan bumi dan mereka ingin membuat pernyataan setegas mungkin bahwa kebenaran tidak bertentangan dengan kebenaran; yaitu jika anda memiliki iman, lalu anda tidak akan pernah takut mengenai apa yang terungkap oleh sains.”
“Karena itu adalah benar”
Konferensi itu dimulai dengan satu pembahasan mengenai galaksi kita sendiri yaitu Milky Way yang di Indonesia dikenal sebagai galaksi Bimasakti sebelulm akhirnya melanjutkan diskusi dengan konsep-konsep yang lebih sulit mengenai ruang dan waktu termasuk bagaimana galaksi-galaksi, bintang-bintang dan planet-planet terbentuk dan berkembang.
“Bertentangan dengan Ayat”
Gereja Katolik menjadi sangat tertarik mengamati bintang-bintang mulai empat abad lalu, ketika Paus Gregory ke-13 mendirikan satu komite untuk menyelediki dampak reformasi kalendar yang dilakukan Paus tahun 1582 terhadap sains.
Pada tahun ini, kalendar Julius yang digunakan sejak zaman Julius Caesar diganti dengan kalendar Gregorian yang secara ilmiah lebih akurat.
Kalendar Julius dihitung agak terlalu lama dan setelah berabad-abad equinox pada musim semi yaitu jumlah siang dan malam sama lamanya, semakin mundur dan kesalahan ini hanya bisa diperbaiki dengan mengubahnya ke satu sistem kalendar yang baru.
Kemudian datanglah Galileo Galilei, warga Italia yang oleh Albert Einstein disebut sebagai ‘bapak sains modern’.
Galileo, yang laihr dan belajar di Pisa, pertama kali mengunjungi Roma pada tahun 1612 untuk berbagi hasil observasinya atas bulan Jupiter dengan teleskopnya yang baru, dengan para ahli matematik dan ahli filsafat Jesuit.
Dia beralasan bahwa hasil penelitiannya membuktikan kesalahan pandangan Aristotle soal bumi dan kebenaran teori seorang ahli matematik asal Polandia dan ilmuwan Nicolaus Copernicus.
Copernicuslah yang pertama menciptakan teori, seabad sebelum Galileo, bahwa bumi mengitari matahari dan bukan sebaliknya.
Klenik
Galileo belakangan diserang oleh para ahli teologi Katolik yang berpendapat teori dia bertentangan dengan ayat-ayat Kitab Suci, dan akhirnya diadili atas dakwaan bida’ah oleh Inkuisisi.
Baru pada masa Paus Yohannes Paulus ke-2 menjabat, yaitu sekitar 4 abad berikutnya, akhirnya gereja Katolik mengakui bahwa teori Galileo benar dan nama dia secara resmi direhabilitasi.
Apa yang akhirnya menjadi observatorium astronomi Vatikan yang pertama akhirnya didirikan tahun 1789 di satu gedung yang masih berdiri dekat Istana Kepausan, bernama Menara Angin.
Satu abad berikutnya, pada tahun 1891, Paus Leo ke-XIII dalam upaya mengatasi persepsi gereja yang secara persisten tidak terlalu mendukung sains, mendirikan satu lagi observatorium astronomi di satu bukit di belakang Basilika Santo Petrus.
Akhirnya observatorium ini ditinggalkan pada tahun 1930-an karena polusi lampu dari kota Roma menghalangi penelitian bintang dan satu observatorium Vatikan yang baru dengan memakai teleskop-teleskop buatan Jerman didirikan di Castelgandolfo di Bukit Alban, sekitar 25 km sebelah Tenggara kota Roma.
Perluasan ibukota Roma dan semakin terangnya langit kota Roma pada waktu malam memaksa pemerhati bintang Vatikan sekali lagi pindah ke lokasi yang lebih tinggi, tempat yang tidak terlalu terganggu oleh polusi.
Pada tahun 1981 mereka memilih satu puncak gunung di dekat Tucson, Arizona, Amerika tempat Teleskop Vatikan yang lebih maju selesai dibangun pada tahun 1993, dilengkapi dengan satu cermin baru buatan Amerika setinggi 1,8 meter.
Sumber:http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2007/10/071001_vaticanstargazers.shtml, on-line tgl. 02 Okt. 2007
Tulisan ini? Saya kira sindiran untuk Vatikan. Tapi diharapkan kerja sama antara Para Saintis dan Kaum Religius or Teolog dan tidak saling mencela atau memusuhi.