UNICEF Luncurkan Kampanye “Ayo Sekolah” di Nias
Gunung Sitoli, 27 Juli 2007 10:30
Badan dunia untuk anak-anak, UNICEF, bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Sumatera Utara, meluncurkan kampanye “Ayo Sekolah” untuk memajukan pendidikan dasar yang berkualitas bagi anak-anak.
Kampanye tersebut dipusatkan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Gunung Sitoli, Kabupaten Nias, Jumat, dihadiri Kepala Diknas Sumut Taroni Hia, Kepala Kantor UNICEF Perwakilan Nias Raoul de Torcy dan sejumlah pejabat setempat.
Pada kesempatan itu, UNICEF dan mitra kerjanya UNOPS menyerahkan MIN Gunung Sitoli yang baru selesai mereka bangun pascagempa di Nias 28 Maret 2005 kepada Kantor Departemen Agama Kabupaten Nias.
MIN Gunung Sitoli merupakan bagian dari 30 sekolah setingkat sekolah dasar (SD) yang telah selesai dibangun UNICEF di NAD dan Nias. UNICEF sendiri berencana membangun sebanyak 120 unit SD di Nias dan Nias Selatan, dimana 27 unit di antaranya kini tengah dalam tahap pembangunan.
Sekolah-sekolah itu merupakan bagian dari 367 unit SD yang akan dibangun UNICEF di NAD dan Nias. “UNICEF berkomitmen membangun sekolah-sekolah yang ramah anak dengan menggunakan bahan yang tahan gempa. Setiap bangunan sekolah memiliki denah standar dengan enam ruang kelas yang dilengkapi semua fasilitas yang dibutuhkan sebuah sekolah,” ujar Raoul de Torcy.
Dalam rangka kampanye “Ayo Sekolah” tahun ini UNICEF juga mengimbau kepada para murid, orang tua, guru-guru dan masyarakat untuk bersama-sama menjaga keutuhan bangunan sekolah berserta fasilitasnya. UNICEF sendiri juga akan melatih staf Dinas Pendidikan, para kepala sekolah dan guru-guru tentang bagaimana menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi proses belajar dan mengajar, termasuk membuat kelas yang interaktif.
Sebagai bagian dari kampanye tahun ini, UNICEF juga menyerahkan 58 set alat bantu ajar untuk mata pelajaran matematika, IPA dan IPS. Alat-alat bantu ajar itu akan diserahkan ke sekolah-sekolah dengan prioritas utama kepada sekolah-sekolah yang terdaftar dalam program “Creating Learning Communities for Children” (CLCC) atau Menciptakan Masyarakat Peduli Pendidikan Anak) hasil kerjasama UNICEF dan Pemerintah Indonesia.
Menurut de Torcy, program CLCC bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di Indonesia melalui manajemen berbasis sekolah, proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (AKEM) dengan peran serta masyarakat.
“UNICEF berharap program CLCC yang telah dilaksankaan sejak tahun 1999 ini akan menghasilkan model pendidikan dasar yang baik, yang akan disebarluaskan dan digunakan di seluruh Indonesia,” katanya. [TMA, Ant]
Sumber:http://gatra.com/artikel.php?id=106458, tgl. 27 Juli 2007
saya mau tanyakan SMA Swasta Masyarakat Damai apakah ada di Nias??
ini saya tanyakan berkaitan dengan karyawan kami di Program Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada Kampus Jakarta, bahwa karyawan kami yang bernama Simuaro Zebua pernah bersekolah di SMA tersebut diatas dengan no. Induk 39 tercatat SMA Swasta Masyarakat Damai Gunung Sitoli Nias Sumatra Utara, demikianlah kami sampaikan, kami mohon jawabannya agar dapat menjadi maklum
Ridwan Setiawan
Office of Human Resource Adm.
Program MM UGM Kampus Jakarta
Telp.: 021-2302980-81
Fax: 021-2302982
Yth. Bapak Ridwan Setiawan
Setahu saya, Sekolah Swasta Masyarakat Damai ada di Nias, tepatnya di Kecamatan Gunung Sitoli, sebab teman saya pernah mengajar di sekolah tersebut beberapa tahun lalu.
Demikian sementara yang bisa saya informasikan, semoga dapat bermanfaat.
Salam
Restu Jaya Duha
Ketika berbicara tentang mutu pendidikan dikalangan masyarakat nias, saya sangat senang sekali mendengar hal itu, dimana dinias selama ini yang hanya tamatan SD dan apalagi yang tidak bersekolah selama ini sangat banyak!
Dengan adanya infrastruktur yang memadai untuk belajar pada tingkatan sekolah dari SD, SMP dan SMA dan ditambah dengan adanya rasa keinginan dari segala pihak untuk memajukan daerah nias yang selama ini tertinggal akibat kurangnya mutu pendidikan dikalangan masyarakat nias yang mengakibatkan kebodohan dan kemiskinan.
Saya merasa ikut prihatin dan merasa terguncang jiwa melihar masyarakat nias yang sampai sekarang ini katanya masyarakat yang paling miskin disumatera utara,itu tidak hanya disebabkan oleh karena kurangnya pendidikan,kurangnya lapangan pekerjaan,ataupun kurangnya minat belajar atau kurangnya penghasilan orangtua untuk menyekolahkan anaknya,tetapi disini banyak sekali saya melihat SDA yang diexploitasi oleh pejabat2 pemerintah daerah nias sendiri tanpa mengembangkan dan dijadikan sebagai untuk kesejahteraan masyarakat nias sepenuhnya tetapi dijadikan harta dan peninggalan warisan kepada anak cucunya sendiri.
Masyarakat nias pada umumnya adalah masyarakat yang tidak mau hidup dengan keadaannya sekarang ini tapi ingin merubahnya menjadi lebih baik.
Berbicara tentang daerah nias SDA dan penghasilan daerah yang sebenarnya sangat luar biasa hasilnya ketika ada kesadaran dari para pihak dan oknum untuk memajukan suatu daerah nias yang lebih maju dan lebih tampil dari daerah2 lain.
Banyak andalan dari daerah nias yang sesungguhnya ketika ada kesadaran dari pemerintah daerah untuk memajukannya sehingga juga bisa menjadi penghasilan daerah dan penghasilan masyarakatnya,contoh2 konkrit SDA dan daerah pariwisatanya ialah?karet,perikanan,kayu,kopra,cengkeh dll,sedangkan untuk daerah pariwisatanya ialah: Lagundri (Teluk Dalam), Muara Indah (Gusit), Toyo Lawa (Lahewa), Moale (Lölöwa’u), dll.
Apakah setelah kejadian gempa tahun 2005 kemarin barulah pemerintah daerah bekerja sama dengan pihak2 dari luar dan inisiatif untuk membangun daerah2nya dengan alasan baru adanya dana,infrastruktur dsb,berarti selama ini kerja pemerintah daerah nias terutama itu apa? Atau masyarakat nias maupun lembaga2 dinias dan pemerintah daerah tdk membangun dan mengembangkan daerahnya tanpa campur tangan pihak luar?
Bangkitlah masyarakat nias dari kebodohan,menuju masyarakat yang adil dan sejahtera,menuju masyarakat dengan dunia baru, masyarakat tanpa penindasan, tanpa exploitasi dan tanpa kebodohan. Marilah kita bersama2 bekerja sama membangun kehidupan yang lebih baik dari sekarang ini.masyarakat dalam UU punya hak untuk hidup sejahtera, hidup dari penghasilan daerahnya, tuntutlah hak2mu kepada pemerintah daerah untuk memberikan kesejahteraan yang lebih baik.
Aku bangga jadi orang NIAS tanpa exploitasi dan pembodohan!!!
Bpk. Ridwan Setiawan, mendukung apa yang disampaikan oleh Sdr. Restu Jaya Duha di atas, terkait dengan pertanyaan Bapak tentang keberadaan SMA Swasta Masyarakat Damai, bahwa sekolah tersebut adalah benar-benar ada, tepatnya di Desa Madula Tabaloho, Kecamatan Gunungsitoli, Nias.
Saya tidak tahu persis apakah sekolah tersebut hingga sekarang ini masih ada. Tetapi dulu sewaktu saya masih di SMA tahun 1990-1991 sekolah tersebut benar-benar ada.
Terima kasih
YTH.
Bpk. Ridwan Setiawan
Sepengetahuan saya, SMA tidak ada. Tapi yang ada SMP Masyarakat Damai. Saya lahir di Desa Lolomboli, bersebelahan dengan Desa Madula Tabaloho. Jadi mohon di tinjau lagi. Terakhir saya pulang kenias januari 2007, SMA Masyarakat Damai TIDAK ADA. Bisa kemungkinan dulu pernah ada.
Bapak Ridwan Setiawan.
Dulu SMA Masyarakat Damai ada, akan tetapi karena jumlah siswa tidak mencukupi akhirnya ditutup. Yang ada sampai sekarang adalah SMP Masyarakat Damai. Jadi semua penjelasan kawan-kawan terdahulu ada benarnya.
Saya senang membaca komentar saudara-saudara saya di situs Ya’ahowu. Khususnya komentar tentang perkembangan pendidikan di Pulau Nias. Saya tidak memberikan komentar apa-apa. Cuman saya ingi menghimbau kepada seluruh Putra-Putri Nias yang sudah berhasil dibidang pendidikan atau bisnis, Agar kita memikirkan dan kembali ke Nias untuk membangun daerah kita. Kalau kita mengharapkan orang lain, daerah lain, negara lain membangun NIAS, percayalah bahwa hal itu tidak akan terjadi. Menurut hemat saya, seyogyanya yang membangun daerah NIAS adalah kita Putra-Putri NIAS. Saya cinta Pulau NIAS. Maka saya sedang memikirkan langkah-langkah apa yang harus saya lakukan untuk membangun NIAS. Khusunya di bidang pendidikan, karena saya sangat terbeban di dunia pendidikan. Pergumulan saya sekarang ini, adalah ingin anak-anak NIAS yang putus sekolah akan menikmati pendidikan yang selayaknya. Rencana saya jika Tuhan menmghendaki, mau membuka Home School bagi anak yang tidak mampu dan putus sekolah. Rencana ini tidak mudah, oleh sebab itu saya mengajak saudara-saudara yang ada di perantauan dimanapun berada untuk memikirkan tentang hal ini.