Perlu Budi Daya Alam di Nias
Yogyakarta (Yaahowu)
Alam Nias yang sebenarnya makmur perlu dibudidayakan, agar kemiskinan dan kebodohan dapat ditanggulangi di Nias. Demikian diungkapkan Rektor Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Pdt. Dr. Budiyanto, M.Th., dalam semiloka ”Pengembangan Kualitas dan Kepemimpinan Ditinjau dari Aspek Agama, Budaya dan Pendidikan”, Sabtu, 26/5, di Auditorium UKDW Yogyakarta.
Setelah gempa bumi dahsyat tahun 2005, menurut Pdt. Dr. Budiyanto, M.Th. masyarakat Nias berada dalam keprihatinan dan penderitaan. Sehingga di Nias timbul ”pengharapan” yang luar biasa untuk dapat ke luar dari penderitaan itu, lanjut Rektor yang beberapa kali mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat di Nias pasca bencana.
Pdt. Dr. Budiyanto, M.Th. mengamati, masyarakat Nias baru dalam taraf sedekar memenuhi kehidupan sehari-hari dalam mengupayakan alam. Orang di Nias belum melihat peluang-peluang yang ada. Misalnya, hasil bumi belum dibudidayakan sehingga menghasilkan tanaman produktif yang dapat dipasarkan. Atau, orang-orang di tepi pantai menangkap ikan hanya untuk dikonsumsi sendiri, belum dijadikan komoditas perikanan. Di sektor jasa juga, contoh kecil, orang di Nias belum melihat peluang menata sistem retribusi parkir di kota Gunungsitoli.
Selain Rektor UKDW, pembicara lain dalam semiloka yang digelar Ikatan Keluarga Nias (IKN) Yogyakarta itu adalah: Pdt. Dr. Samuel Tandiassa, MA, Yupiter Gulö, SE, MM, dan dr. Victor Zebua, M.Kes. Dr. Fonali Lahagu, M.Sc. menjadi pengarah materi.
Dalam kondisi Nias yang penuh pengharapan sekarang ini, pemimpin yang ideal menurut Pdt. Dr. Samuel Tandiassa, MA adalah pemimpin yang punya missi menyelamatkan manusia dalam pengertian menyeluruh, bukan pemimpin yang ingin memperkaya diri sendiri. Ciri-ciri pemimpin seperti itu adalah gembala, pelayanan, dan hamba. Ciri-ciri ini merupakan kepemimpinan yang diteladani dari Yesus Kristus.
Dari aspek budaya, dr. Victor Zebua, M.Kes. melihat bahwa orientasi kehidupan sosial orang Nias cenderung bertumpu pada kampung (banua). Ini potensial menimbulkan pergesekan di antara orang-orang yang berbeda kampung, sehingga potensial pula menjadi hambatan bagi proses penyamaan gerak langkah untuk mendorong kemajuan masyarakat Nias. Padahal di berbagai kampung itu, dengan pendekatan keturunan, kita dapat mempersatukannya dalam clan-family (mado). Dan, bila ditelusuri hingga kelompok induk puak leluhur orang Nias, mulai dari Hulu, Hia, Gözö, Daeli, Silögu, hingga Ho, dengan adanya kawin-mawin di antara para keturunan mereka sejak 50-40 generasi yang lalu, sesungguhnya kita ini semua bersaudara. Mite Nias menunjukkan bahwa orang Nias merupakan sebuah keluarga besar Ono Niha. Ini merupakan salah satu modal dasar kita dalam upaya mengangkat Nias dari lingkaran penderitaan, bukannya malah menambah penderitaan, lanjut Victor Zebua.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua BRR Nias, Yupiter Gulö, menyampaikan bahwa untuk program tahun 2007 dan 2008 BRR Nias akan mengalokasikan dana yang relatif besar bagi program peningkatan sumber daya manusia (SDM). Juga diharapkan, para mahasiswa yang telah lulus dapat segera kembali ke Nias. Untuk itu BRR akan berupaya mengakomodasi hasil-hasil semiloka yang diselenggarakan IKN Yogyakarta.
Sebagai respons, para peserta seminar dan lokakarya (semiloka) merumuskan beberapa item program konkrit, beserta volume kegiatan dan anggaran, antara lain: kuliah kerja nyata (KKN) mahasiswa ke Nias (baik mahasiswa Nias maupun non-Nias, dari Yogya maupun dari luar Yogya), penelitian tentang Nias, pelatihan (mahasiswa, aparat desa hingga kabupaten, pelaku ekonomi pedesaan, kader desa, jemaat), pengadaan guru dan dosen tidak tetap, dan pengembangan pasar (harimbale) di Nias.
Selain kegiatan seminar dan lokakarya, acara dimeriahkan pertunjukkan tari maena dan tari moyo oleh para mahasiswa Nias yang relatif baru datang ke Yogyakarta. Semiloka dan pertunjukan seni ini juga dijadikan sebagai momentum kenangan, tepat 50 tahun lalu (tahun 1957) orang Nias pertama datang ke Yogyakarta. Saat itu, ada tiga orang pelajar asal Nias. Namun saat ini ada lebih dari 400 mahasiswa Nias tengah menimba ilmu di Yogyakarta. Demikian hasil peliputan Yaahowu dari kota pelajar Yogyakarta (wypj).
June 18th, 2007 at 11:51 AM
Selamat buat Desi yang diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Semoga tahun-tahun kuliah dimanfaatkan dengan baik, dan jangan lupa … kalau sudah lulus, ikut memikirkan pemecahan masalah-masalah kesehatan di Nias.
June 18th, 2007 at 4:01 PM
Khõ da fefu,
Lõ fasala na ta’oguna’õ ginõtõ simane da’a ba wanga’aro’õ fa talifusõta da ( untuk memperat tali silaturahmi). Ba hiza, ha wa’asõkhi ena’õ, ma abõlõ sõkhi, na bõi olifu ita duho huhuo da. Ta abakha’õ lala wangera-ngera da soguna khõ da fefu sanandrõsa ba duho huhuoda.
Ya’ahowu.