Pengakuan Tersangka Pembunuh Dari Nias
*Dalam Tidur Ada Suara-suara Aneh
WASPADA Online
PEMBUNUHAN sadis siang bolong di Desa Sifalaete, Kota Gunungsitoli, Nias, Selasa (20/3) menyimpan berbagai cerita. Banyak orang bertanya, mengapa FL (foto) tega membantai dengan keji anak-anak yang masih kecil, hanya karena dendam kepada orang tua anak-anak tersebut.
Pada keterangan tersangka di hadapan petugas dan wartawan, dia mengaku nekad melakukan itu karena merasa dicemooh dan dibenci warga sekitar lingkungannya. Dia mengaku sering merenung, mengapa orang-orang di sekelilingnya membenci dirinya dan keluarganya, padahal tidak pernah melakukan tindak kejahatan.
“Saya tidak pernah memperkosa atau mencuri, tetapi orang-orang di lingkungan kami tinggal selalu menghina dan mencemooh kami dengan mengatakan saya memiliki ilmu hitam,” ujarnya. Selama ini kata dia, keluarga Yafati Lase yang dibantainya sering mencemooh dan menghina dirinya dengan menyebar isu bahwa dia memiliki ilmu hitam. Demikian juga guru SDN Sifalaete, Suriati Laia alias Ina Yanto, yang ikut tewas dibantai tersangka.
“Dia sering mempermalukan saya menagih utang Rp400 ribu. Padahal utang itu sudah dibayarkannya kepada suaminya Ama Yanto.” Tersangka mengaku pernah konsultasi kepada seorang tetangganya, menyampaikan keluhan dan berharap dapat memberi jalan keluar dari masalah utang yang dihadapinya. Tapi tetangganya tidak memberi tanggapan maupun solusi, sehingga dia putus asa. Akibat sakit hati yang lama dipendam, timbul niat buruk kepada orang-orang yang dirasa telah membencinya.
Pagi saat kejadian, FL yang seharinya bekerja serabutan sebagai tukang potong babi itu merasa resah. Dia keluar dari rumahnya tanpa tujuan, hingga sampai perbukitan di belakang Kantor PDAM Tirtanadi Cabang Gunungsitoli, tidak jauh dari rumah kontrakannya. Sesampainya di atas bukit, dia mengaku berhalusinasi, mendengar teriakan orang-orang mengatakan, “Dia ada disana.”
Perasaannya saat itu ketakutan, karena seperti dikejar-kejar orang. Setelah suara aneh itu berhenti, sekira pukul 09:00 dia kembali ke rumahnya, tapi masih dihantui perasaan takut. Menghilangkan rasa takut, dia mengambil parang dan pisau, lalu mencoba berbaring di tempat tidur.
Sambil tidur, parang dan pisau diletakkan di sampingnya. Namun dalam tidurnya dia mendengar suara memberitahukan bahwa malam nanti dirinya akan dibunuh. Mendengar suara aneh itu, dia mengambil sikap, ‘biar dirinya mati dibunuh tetapi harus lebih dulu membunuh orang-orang yang membencinya.’
Setelah terbangun, dia mengambil parang dan dua pisau yang diletakkan di sampingnya. Kemudian keluar dari rumah mencari Yafati Lase yang sudah lama dia dendam. Tersangka mengaku saat keluar dari rumah pandangan matanya sudah gelap.
Tersangka yang sudah dibakar api dendam, masuk ke dalam rumah Yafati Lase, tanpa basa-basi membacoknya, namun korban yang menderita luka parah masih sempat melarikan diri, keluar dari rumah kontrakkannya. Tersangka sempat mengejar hingga di luar rumah, tetapi korban dengan sisa tenaga berhasil meloloskan diri.
Karena dendamnya tidak terkendali, FL kembali ke rumah Yafati Lase. Mendengar suara gaduh, istri korban, Atilia Daeli saat itu berada di dapur keluar. Belum sempat bertanya, istri korban sudah berhadapan dengan tersangka. Tanpa ampun, dia dibacok hingga tewas.
Tiga anaknya yang masih kecil, dan tidak tahu apa-apa juga menjadi korban kebuasan tersangka. Oktavianus Lase, 8, dibacok hingga kepala serta punggung luka lebar, dan tewas ditempat. Nasib yang sama dialami Zulfan Lase, 3, tewas mengenaskan. Sedangkan bocah perempuan, Darmayanti Lase, 7, sempat dibawa ke RSU Gunungsitoli, namun tidak tertolong karena mendapat luka parah.
Usai membantai kelima korban, tersangka hendak melarikan diri melalui belakang gedung SDN Sifalaete, yang bersebelahann dengan rumah kontrakkannya. Dia melihat Suriati Laia, yang kebetulan sedang duduk-duduk di halaman sekolah. Dendam karena sering ditagih hutang, tersangka mendatangi korban dan membantainya hingga tewas.
Tidak Tahu
Istri tersangka, Roniba Halawa ditemui Waspada di Mapolres Nias, Selasa (20/3) mengaku tidak pernah mengetahui suaminya mempunya hutang. Juga tidak tahu kalau sangat dendam terhadap keluarga korban, apalagi berencana melakukan pembunuhan.
Dituturkannya, sebelum pindah ke Gunungsitoli 8 tahun lalu, mereka berasal dari Desa Lawa-Lawa Luo, Kec. Lolomatua, Nias Selatan. Saat masih di Lawa-Lawa Luo, suaminya pernah menderita penyakit lumpuh. Berkat saran keluarga, mereka pindah ke Gununsitoli, dan ajaib penyakit lumpuh suaminya sembuh.
Mengadung Dua Bulan
Mertua Yafati Lase, Faigiziduhu Lase, warga Desa Ononamolo Talafu, Kec. Botomuzoi dijumpai di RSU Gunungsitoli mengaku sangat terpukul atas peristiwa tragis itu. “Tersangka berbuat seperti tidak mengenal Tuhan, sehingga anak-anak tak berdosa ikut dibantai,” katanya menjelaskan, menantunya Yafati Lase yang tewas dibantai dalam keadaan mengandung 2 bulan.
Namun dia masih terhibur atas selamatnya seorang cucunya dari pembantaian, karena bersembunyi di bawah tempat tidur. “Lilin Lase, 2, saat ini mendapat perlindungan dan perawatan gereja,” sebutnya mengatakan, rencananya jenazah para korban, Rabu (21/3) dikebumikan di pekuburan Santa Maria Gunungsitoli.
* Bothaniman Jaya Telaumbanua
Sumber: www.waspada.co.id
Tanggal: 22 Mar 07 04:49 WIB
selamat untuk melanjutkan aktifits setiap hari?