Enjoy Your Lunch, Brother …
*Sekali Lagi Tentang Gagasan Pembentukan Propinsi Tapanuli
Minggu ke 3-4 bulan November 2006 diwarnai dengan dinamika yang luar biasa tentang “Propinsi Tapanuliâ€. Pada tgl 22 November 2006, Redaksi menerima kiriman berita SIB dengan judul: Terkumpul Rp 1,1 Miliar untuk Perjuangan Propinsi Tapanuli. Ini tentu saja merupakan sebuah langkah maju Panitia untuk merealisasikan gagasannya: terbentuknya Propinsi Tapanuli.
Berkumpulnya putra-putri terbaik Tapanuli itu dan terkumpulnya 1.1 milyar dalam pertemuan yang mereka selenggarakan adalah hal yang patut mendapat pujian. Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai bukti kesungguhan para penggagas pembentukan Propinsi Tapanuli untuk menggolkan tujuan “luhurâ€: pembentukan Propinsi Tapanuli.
Masalahnya menjadi lain ketika Sanco Simanullang, salah seorang anggota Panitia Penggagas Pembentukan Propinsi Tapanuli (P4T) mengirim surat ke Redaksi situs ini. Ada apa ? Simanullang menyamaikan berita bahwa teman-teman kita dari Tapanuli “must be go on launch …â€. Apa itu “must be go on launchâ€? Karena artinya tidak jelas, terpaksa kita menafsirkan sendiri, barangkali maksudnya kita mau diajak “makan siang†(lunch).
“Makan siang†berkonotasi menikmati, bersenang-senang. Nah, Nias dan Dairi diajak “makan siang†(entah ditraktir atau bayar sendiri) tetapi ke dua daerah itu belum juga memutuskan apakah mau ikut atau tidak.
Ada apa sehingga ada acara makan siang segala ? Tentu saja, kelahiran Propinsi Tapanuli akan merupakan sebuah kemenangan, sebuah pesta yang harus dirayakan kelak oleh para penggagasnya yang sudah bersusah-payah untuk merealisasikannya. Kita tentu berharap semoga gagasan itu terealisasi, sejauh itu murni sebagai gagasan luhur, sejauh itu benar-benar bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tapanuli. Namun kiranya perlu dicatat di sini, bahwa sebagian kalangan masih mempertanyakan bagaimana kelahiran propinsi bernama “Tapanuli†bisa mewujudkan kesejahteraan rakyat Tapanuli kelak. Sedemikian jauh belum ada penjelasan tuntas atas pertanyaan ini dari pihak P4T. Situs ini misalnya, melalui Simanullang telah membuka pintu untuk memberi ruang bagi P4T melalui sebuah wawancara untuk menjelaskan berbagai hal yang masih “kabur†kepada masyarakat Nias. Sedemikian jauh belum ada jawaban.
Terhadap ajakan makan siang itu, masyarakat Nias tentulah menyampaikan terima kasih. Itu berarti, “brother†kita dari Tapanuli menunjukkan itikad baik (catatan: “brother†adalah istilah Sdr Simanullang dalam opininya). Sebagai masyarakat yang berbudaya luhur, Nias menyambut ajakan “makan siang†itu dengan mengucapkan Saohagölö, kata Nias untuk “terima kasihâ€. Akan tetapi sambutan “Saohagölö†dari Nias itu tidak serta merta harus diikuti dengan “mengiyakan†ajakan itu, tidak serta merta mengatakan: “ya, kami ikut bersenang-senangâ€, “ikut makan siang bersamaâ€.
Mengapa ? Mungkin karena belum waktunya makan siang; atau bisa juga karena memang sedang tidak “berseleraâ€. Siapa pun yang berada dalam kondisi ini, dapat difahami akan memiliki kecenderungan untuk mengatakan “tidak†terhadap ajakan macam itu. Maka, pihak-pihak yang ingin pesta, yang ingin mengajak “makan siang†hendaknya memahami sikap masyarakat Nias pada umumnya: sedang tidak berselera untuk diajak.
Dan selera itu makin hilang kalau pihak-pihak yang mengajak “memaksakan†ajakan itu, bahkan mencari “terompet†di mana-mana untuk mengumumkan ajakan yang jelas-jelas tidak lagi tulus itu. Semakin hari, semakin jelas di mata masyarakat Nias, bahwa ajakan itu bukan lagi ajakan yang tulus, tetapi sudah menjurus kepada pemaksaan.
Di manakah ketulusan, kalau publik dibombardir secara terus menerus dengan berita-berita artifisial tentang dukungan masyarakat Nias terhadap Propinsi Tapanuli? Di manakah ketulusan kalau DPRD dan Pemda Nias melalui berbagai cara yang di luar kewajaran ditekan untuk mengeluarkan dukungan formal ?
Kalau mau melihat sikap masyarakat Nias, lihatlah berbagai pendapat di situs ini dan situs saudara: NiasIsland.com. Kalau mau melihat sikap masyarakat Nias, datanglah ke Pasar Gomo, Pasar Beringin, Pasar Nou, ke terminal Gunungsitoli, ke harimbale-harimbale di setiap kecamatan yang ada di Nias.
Benarkah kita bersaudara (“brotherâ€) sebagaimana dikatakan Simanullang dalam opini pribadinya, kalau “Tapanuli Sudah Layak Jadi Propinsi, Tanpa Nias dan Dairi“? Adakah ketulusan dalam pernyataan: “Kalo Nias dan Dairi mau ikut, we’re welcome brother…!, Kalupun tidak, provinsi Tapanuli must be go on launch…†?
***
Situs ini mengadakan Diskusi Online I tentang Pembentukan Propinsi Tapanuli 10 Juli – 17 Agusus 2006 dengan tujuan melihat sejauh mana pemikiran dari para peserta terhadap gagasan itu. Topik Diskusi itu: “Menyambut dan Menyikapi Kelahiran Propinsi Tapanuli†mencerminkan sikap terbuka para peserta untuk menyambut gagasan yang kita anggap luhur itu. Dan hasilnya, sebagaimana bisa diperkirakan, adalah keberagaman pendapat dan sikap, dan munculnya ide-ide segar yang tadinya masih terpendam. Inilah yang kita harapkan dari Diskusi semacam itu. Interaksi gagasan dan pemikiran membawa pencerahan, memperluas wawasan, menjadikan kita semakin kritis, tidak lagi mudah menelan mentah dan bulat-bulat pernyataan-pernyataan atau janji-janji indah yang sebenarnya jauh dari kenyataan. Itulah sebabnya selama Diskusi tersebut kita hadirkan pendapat pihak luar.
Sayangnya, rententan peristiwa menjelang berakhirnya diskusi hingga minggu-minggu terakhir ini memperlihatkan sinyal-sinyal yang semakin kabur dari pihak penggagas (lihat: Sinyal “Kabur†dari Seberang Sana – dalam Topik “Fokus”).
Sinyal “kabur†yang sangat “jelas†akhirnya muncul lewat opini Sanco Simanullang dari Situs ini (baca: Tapanuli Sudah Layak Jadi Propinsi, Tanpa Nias Dan Dairi – dalam ruang “Opini”).
Melalui opini ini, pihak penggagas (P4T) memperjelas posisi Nias dan Dairi (baca: Bertambah Jelas Posisi Nias Dan Dairi Dalam Gagasan Pembentukan Propinsi Tapanuli oleh M.J. Daeli – dalam ruang “Opini”).
Apa mau dikata, ketulusan dan keterbukaan kita ternyata disambut dengan cara yang mengecewakan masyarakat Nias.
Kini, gagasan pembentukan Provinsi Tapanuli telah dibawa ke dan menjadi usul inisiatif DPR.
Apa lagi yang mau kita katakan selain: “Enjoy your lunch, brother …†? (*)
Sudah siap atau belum siap makan siangnya ? Makan sendirilah ! Hanya diingatkan jangan sampai yang lain dimacam-macamin waktu mempersiapkannya. Mereka memiliki cara sendiri mempersiapkan keperluan mereka . Tentu yang lebih sesuai dengan hati nurani dan kesehatan masa depan anak cucu mereka dalam lingkungan bangsa Indonesia.